Jumat, 03 Agustus 2018

BUDIDAYA BELUT ( Synbranchus )

BUDIDAYA BELUT ( Synbranchus )

BUDIDAYA BELUT  Synbranchus )
1.            SEJARAH SINGKAT
Belut merupakan jenis   ikan konsumsi air tawar   dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
2.            SENTRA PERIKANAN
Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan di  daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
3.            JENIS
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus  bengalensis Mc clell (belut  rawa); Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belutkali/laut)
Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.
4.           MANFAAT
Manfaat dari budidaya belut adalah:
1.   Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2.   Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3.   Sebagai obat penambah darah.
5.            PERSYARATAN LOKASI
1.  Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2.  Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak  tercemar bahan-bahan kimia  beracun,  dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3.  Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C.
4.   Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2  cm. Sedangkan  untuk perkembangan selanjutnya belut  dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
6.            PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1.  Perlu diketahui bahwa jenis kolam  budidaya  ikan belut  harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu  untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2.    Bangunan  jenis-jenis kolam  belut secara umum  relatif sama  hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3.    Ukuran  kolam induk kapasitasnya 6  ekor/m2 . Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2 . Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2 . Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya  100 ekor/m2 . Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2 , 
hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
4.   Pembuatan  kolam  belut  dengan  bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.
5.   Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat  penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
6.  Media  dasar  kolam  terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan  beberapa saat agar sampai  menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.
6.2. Penyiapan Bibit
1.     Menyiapkan Bibit
a.  Anak  belut yang sudah  siap  dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
b.  Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
c.   Pemilihan bibit bisa diperoleh  dari kolam  peternakan atau pemijahan.
     Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ±  30 cm dan belut jantan   
     berukuran  ±  40 cm.
d.  Pemijahan dilakukan  di kolam  pemijahan dengan  kapasitas  satu ekor pejantan  dengan dua  ekor betina untuk kolam seluas 1  m2 . Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan  belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam  ukuran ini  belut  segera  diambil untuk ditempatkan  di  kolam pendederan calon benih/calon  bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon  bibit selama     ± 1 (satu) bulan  sampai  anak belut tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan  ukuran ini  anak belut  sudah bisa diperlihara  dalam kolam belut untuk konsumsi selama  dua bulan  atau empat bulan.
2.   Perlakuan dan Perawatan Bibit
Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
1.   Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran  yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
2.    Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3.   Pemberian Vaksinasi
4.   Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan  pada  pemeliharaan  belut adalah menjaga  kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
7.     HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1. Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu  
    kehidupan belut.
2.  Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut
    antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan 
    ikan gabus.
3.  Di  pekarangan,  terutama yang ada  di perkotaan,  hama yang sering
    menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak
    banyak diserang hama.
7.2. Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah  penyakit yang disebabkan oleh organisme  tingkat  rendah  seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
8.    PANEN
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1.  Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2.    Berupa hasil  akhir pemeliharaan belut yang siap  dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara Penangkapan  belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.
9.   PASCAPANEN
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut  dapat  diterima  oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.
10.        ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1.     Biaya Produksi
a.        Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,-Rp.      28.000,-
b.         Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp.    225.000,-
c.        Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp.      45.000,-
d.         Lain-lain  Rp.      30.000,- Jumlah Biaya Produksi Rp.   328.000,-
 2.    Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- = Rp. 750.000,-
3   Keuntungan Rp.    422.000,-
4.     Parameter Kelayakan Usaha 2,28
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya  ikan  belut,  baik  dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.
11.        DAFTAR PUSTAKA
1.   Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya (Anggota IKAPI).   
                      Jakarta.
2.   Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas Editor : Kemal Prihatman

Sabtu, 21 Juli 2018

BEDA NILA GIFT DENGAN NILA BIASA

BEDA NILA GIFT DENGAN NILA BIASA

BEDA NILA GIFT DENGAN NILA BIASA
Nila menjadi sangat populer di masyarakat, termasuk masyarakat dunia, karena pertumbuhannya yang cepat, pakannya yang berasal dari bahan nabati (herbifora), prosentase dagingnya besar, serta tidak ada duri kecil-kecil didalamnya. Kelemahan ikan mas, bandeng, dan gabus, disebabkan oleh adanya duri lembut yang menyatu dengan daging. Hingga bandeng dan ikan mas lebih banyak dimasak presto serta pepes, serta gabus dijadikan ikan asin, agar duri dalam daging itu tidak mengganggu. Nila juga lebih populer dibanding gurami yang lamban pertumbuhannya.Nila juga adaptif untuk dibudidayakan secara massal dan modern, maupun dalam skala rumah tangga.
Mujair (Tilapia musambica) dan nila (Tilapia nilotica) adalah ikan konsumsi dari satu genus, namun beda spesies. Budi daya mujair sudah berkembang sejak tahun 1940an, sedangkan nila baru mulai populer tahun 1970an. Yang Anda maksud ikan mas, sebenarnya ikan karper (Cyprinus carpio), yang salah satu strainnya bersisik warna emas, atau oranye. Lele yang sekarang banyak dibudidayakan, sebenarnya lele dumbo, asal Afrika (Clarias gariepinus). Sedangkan lele lokal kita (Clarias batrachus), hampir tidak ada yang bersedia membudidayakannya.
Di antara jenis-jenis ikan konsumsi, gurami (Osphronemus goramy, Polyacanthus fasciatus, dan Trichogaster trichopterus),  termasuk yang paling tinggi harganya. Tingginya harga gurami, terutama disebabkan oleh pertumbuhannya yang sangat lamban. Nila kemudian menjadi ikan konsumsi yang sangat populer, karena pertumbuhannya yang sangat pesat, dan rasa dagingnya mirip dengan gurami. Nila adalah ikan pemakan plankton (algae, lumut). Ikan ini berkembang biak dengan bertelur, yang ditetaskan di dalam mulut induk betina. Anak nila akan berada di mulut induk betina sampai siap untuk dilepas di perairan bebas.
Pembiakan ikan nila berlangsung secara alamiah tanpa campur tangan manusia. Namun dalam agribisnis modern, pembenihan nila sudah dilakukan dengan pemijahan buatan sebagaimana halnya ikan mas dan lele, jambal (patin) dan lain-lain. Dalam perkembangan lebih lanjut, nila peliharaan tidak lagi mengandalkan plankton sebagai pakannya, melainkan juga diberi pelet. Sama halnya dengan lele yang karnivora, dan gurami yang herbivora, yang  sekarang juga sudah bisa mengkonsumsi pelet. Bahkan akhirnya, nila yang 100% ikan air tawar ini bisa dipelihara di air payau (tambak bandeng dan udang windu), bahkan juga di dalam karamba air laut.
Nila air payau dan air laut ini punya kelebihan dagingnya lebih padat, ukurannya lebih besar dan warna sisiknya lebih hitam. Nila yang dipelihara dalam karamba di sungai Kapuas, Barito dan Mahakam pun ukurannya bisa lebih besar dari yang dipelihara dalam kolam ikan (empang) konvensional. Bobot nila yang semula rata-rata 2 ons per ekor, bisa mencapai 0,5 kg per ekor, hingga potensial menjadi substitusi gurami. Warna sisik nila yang berhasil menggeser mujair itu memang abu-abu kehitaman, ada yang sedikit kehijauan. Namun sejak tahun 1990an para peternak ikan mulai mengenal nila merah.
Kalau nila hitam berpotensi menjadi substitusi gurami, maka nila merah bisa menjadi alternatif dari kakap merah. Karena eksklusifnya, maka pasar nila merah juga menjadi khusus pula. Terbanyak dipanen dengan bobot minimal 0,5 kg. kemudian dibuat fille dan dikeringkan atau dibekukan untuk diekspor. Upaya untuk memperoleh jenis nila yang mampu tumbuh pesat dengan kuantitas dan kualitas daging lebih baik pun terus dilakukan. Caranya dengan melakukan penyilangan  antar spesies Tilapia Sp. Upaya ini menghasilkan strain baru yang populer dengan sebutan nila gift. Baik strain bersisik merah maupun bersisik abu-abu.
Pertumbuhan nila gift, memang relatif sangat pesat jika dibanding dengan nenek-moyang mereka. Namun para peternak ikan masih kecewa, sebab nila gift yang berkelamin betina, sekitar 50% dari total populasi, menghasilkan rendemen daging lebih sedikit dibanding yang jantan. Pertumbuhan nila betina juga tidak sepesat nila jantan. Para peternak pun bermimpi, seandainya mereka bisa memelihara nila jantan semua, pasti akan lebih menguntungkan.  Pertumbuhan dan prosentase daging pada ikan, udang, unggas dan ternak ruminansia maupun ternak lainnya, memang lebih pesat dan lebih banyak pada jantannya.
Untuk dapat memperoleh benih nila yang 100% jantan, dilakukan pemberian hormon Methyl Testosterone pada air, ketika burayak (anak ikan) sampai pada tahap pertumbuhan mata. Bisa juga dilakukan perendaman induk betina pada hormon tersebut pada saat akan diambil telurnya. Dengan perlakuan ini, pembenih bisa menghasilkan benih nila 100% jantan. Impian peternak untuk menghasilkan ikan yang murah, bisa diproduksi dengan cepat, namun dengan kualitas daging mendekati gurami dan kakap merah, bisa menjadi kenyataan. Saat ini agribisnis pembesaran nila, baik yang bersisik abu-abu maupun merah, sudah menjadi alternatif usaha yang cukup menarik.
Nila gift lebih unggul dari ikan mas dan lele, pertama karena prosentase kepala, tulang, sirip dan rongga perut relatif kecil. Kedua, kualitas dagingnya juga lebih bagus dibanding mas, lele maupun “patin” Pangasius sutchi. Kelebihan-kelebihan inilah yang memungkinkan nila abu-abu menjadi substitusi gurami dan nila merah menjadi substitusi kakap merah untuk dijadikan file. Namun pola agribisnis demikian, juga mengandung kelemahan. Peternak menjadi sangat tergantung pada satu dua pasar. Ketika industri file menurunkan harga karena adanya perubahan kurs US $ terhadap rupiah misalnya, maka peternak tidak mungkin melempar produknya ke pasar umum.
Berikut ini pemaparan lengkap perbedaan antara nila biasa (lokal) dengan nila gift.
I. Nila Biasa (Lokal)
Nila biasa merupakan jenis nila yang pertama Kali didatangkan dari Taiwan ke Indonesia. Setelah melalui serangkaian uji coba nila ini disebarluaskan ke masyarakat dan dalam waktu singkat sudah menyebar ke seluruh pelosok tanah air.
Begitu akrabnya masyarakat kita dengan nila jenis ini, tidak mengherankan jika ada yang menyebutnya dengan nama nila lokal. jenis nila inilah yang pertama kali disebut sebagai "nila" dan namanya ditetapkan oleh Direktur jenderal Perikanan pada tahun 1972 julukan sebagai nila biasa atau lokal ditujukan untuk membedakannya dengan jenis nila merah dan nila gift yang merupakan pendatang baru.
Nila lokal memiliki warna tubuh abu-abu atau hitam, terutama di tubuh bagian atas.Tubuh bagian bawah (perut dan dada) berwarna agak putih kehitaman atau kekuningan. AwaInya, nila lokal memiliki laju pertumbuhan yang cukup baik, tetapi akhir-akhir ini kualitasnya menurun akibat keterbatasan pengetahuan masyarakat dalam mengendalikan potensi genetisnya Akibatnya, kualitas genetis keturunannya pun ikut menurun. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan laju pertumbuhan dan ukuran tubuh. Malah tidak jarang terjadi perkawinan silang antara nila dan mujair sehingga keturunan berikutnya memiliki kualitas genetis yang tidak menguntungkan.
2. Nila Gift
Nila gift (genetic improvement of farmed tilopias) merupakan hasil persilangan dan seleksi jenis-jenis nila dari Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal, dan Kenya. jenis ini dikembangkan pertama kali oleh International Center for Living Aquatic Research Management (ICLARM) di Filipina pada tahun 1987. Program tersebut dibiayai oleh Asian Development Bank (ADB) dan United Nations Development Programme (UNDP).
Nila gift didatangkan ke Indonesia pada tahun 1994 melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar) yang merupakan salah satu anggota. International Network for Genetic in Aquaculture (INCA). Nila gift yang pertama kali didatangkan ke Indonesia tersebut merupakan generasi keempat. Setelah itu, didatangkan lagi nila gift berikutnya yang berasal dari generasi keenam pada tahun 1997.
Sepintas, sosok nila Gift dan nila lokal agak sulit dibedakan, terutama ketika masih dalam stadium benih. Perbedaannya hanya bisa diketahui dari bentuk proporsi dan warna tubuh. Tubuh nila gift lebih pendek, dengan perbandingan panjang dan tinggi 2 : I, sedangkan perbandingan panjang dan tinggi tubuh nila lokal 2,5 : 1. Dari segi tinggi dan lebar tubuh, nila gift tampak lebih tebal dengan perbandingan 4 : 1 dan nila local tampak lebih tipis dengan perbandingan 3: 1. Sementara itu, ukuran kepala nila gift relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran kepala nila lokal. Namun ukuran mata nila gift cukup besar jika dibandingkan dengan ukuran mata nila lokal.
Ciri lain yang membedakan antara nila gift dan nila lokal adalah warna tubuh. Warna tubuh nila gift hitam keputihan dan bagian bawah tutup insangnya berwarna putih, sedangkan nila lokal berwarna putih. Sementara kehitaman dan ada yang berwarna kuning jika dibandingkan dengan nila lokal, nila gift memiliki beberapa berat komparatif sebagai berikut :
-    Jumlah telurnya lebih banyak 20-30%
-    Berat benihnya mencapai 17,5 gram dan pertumbuhannya lebih cepat 300-400%.
-   Pertumbuhan saat pembesaran lebih cepat 100-200% dengan konversi pakan rendah, yaitu berkisar 0,8-1,2.
-    Tahan terhadap lingkungan yang kurang baik dan memiliki toleransi hidup di perairan dengan salinitas 0-15%0, sehingga bisa dipelihara di perairan payau.
Sumber :
-            F. Rahardi
-            Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008

Sabtu, 07 Juli 2018

Cara Mengukur PH Perairan Kertas Lakmus Dan Kadar Oksigen

Cara Mengukur PH Perairan Kertas Lakmus Dan Kadar Oksigen

Cara Mengukur PH Perairan Kertas Lakmus Dan Kadar Oksigen

Bagi anda yang baru memulai hidroponik dan belum mempunyai alat Pengukur pH, bisa mengunakan alat pengukur sederhana dan murah yaitu dengan kertas lakmus (kertas pH). Dengan memasukan kertas pH kedalam air atau pasir, amatilah dengan hati-hati perubahana warna.

Warna merah berarti menandakan asam kuat 1-6
Warna hijau berarti menandakan basa kuat >7
Warna kuning berarti menandakan  tingkat pH netral 5,5 – 6,5, ini berati asam dan basa berada dalam keadaan seimbang.

Perlu diperhatikan bahwa kandungan air akan asam cenderung akan meningkat akibat penggunaan bahan kimia untuk menjernihkan air atau karena adanya pencemaran
Jadi mengatur pH sangatlah perlu agar tanaman tumbuh sesuai dengan yang kita harapkan.

Dengan pengukuran pH diharapkan kondisi perairan sesuai dengan keadaan organisme budidaya ikan, sehingga ikan dapat hidup sehat dan tidak mengalami stres. Penyimpangan terlalu jauh dengan sifat ikan yang dibudidayakan dapat menyebabkan kematian pada ikan budidaya.


Penanganan pH
Seperti disebutkan sebelumnya, pengananan atau pengubahan nilai pH akan lebih efektif apabila alkalinitas ditanganai terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa cara pangananan pH, yang kalau diperhatikan lebih jauh, cenderung mengarah pada penanganan kesadahan atau alkalinitas

Penurunan pH
Untuk menurunkan pH, pertama kali harus dilakukan pengukuran KH. Apabila nilai KH terlalu tinggi (12 atau lebih) maka KH tersebut perlu diturunkan terleibh dahulu, yang biasanya secara otomatis akan diikuti oleh menurunnya nilai pH. Apabila nilia pH terlalu tinggi (lebih dari 8) sedangkan KH tergolong bagus ( antara 6 -12)maka hal ini merupakan petunjuk terjadinya proses keseimbangan yang buruk. 

Penurunan pH dapat dilakukan dengan melalukan air melewati gambut (peat), biasanya yang digunakan adalah peat moss (gambut yang berasal dari moss). bisa juga dilakukan dengan mengganti sebagaian air dengan air yang berkesadahan rendah, air hujan atau air yang direbus, air bebas ion, atau air suling (air destilata). Selain itu bisa juga dapat dilakukan dengan menambahkan bogwood kedalam akuairum. Bogwood adalah semacam kayu yang dapat memliki kemampuan menjerap kesadahan. Sama fungsinya seperti daun ketapang, kayu pohon asam dan sejenisnya. 




Peningkatan pH 
Menaikkan pH dapat dilakukan dengan memberikan aerasi yang intensif, melewatkan air melewati pecahan koral, pecahan kulit kerang atau potongan batu kapur. Atau dengan menambahkan dekorasi berbahan dasar kapur seperti tufa, atau pasir koral. Atau dengan melakukan penggantian air.

Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang.
Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm.

Garam merupakan senyawa yang terbentuk dari reaksi asam dan basa.  Kalian tahu garam dapur bukan? Garam dapur (NaCl) merupakan salah satu contoh garam yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari.  Selain itu ada juga Baking Soda (NaHCO3) yang digunakan untuk menetralkan sengatan lebah yang bersifat asam, serta tawas dengan rumus senyawa Al2(SO4)3 yang digunakan untuk proses penjernihan air.
   
 Adapun ciri-ciri dari garam antara lain:
  • Dalam bentuk leburan (cairan) atau lelehan dapat menghantarkan listrik
  • Sifat larutannya dapat berupa asam, basa, atau netral tergantung jenis asam (kuat atau lemah) dan basa (kuat atau lemah) pembentuknya.
  • asam kuat dan basa kuat akan terbentuk garam yang bersifat netral
  • asam kuat dan basa lemah akan terbentuk garam yang bersifat asam
  •  asam lemah dan basa kuat akan terbentuk garam yang bersifat basa
  • Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter lain seperti kob dan kod.

    Tabel Bahan Yang digunakan

    BahanUkuranKeterangan
    Botol BOD125 ml
    MnSO41 mlMengikat oksigen dalam air sampel
    NaOH dalam KI1 mlMengikat oksigen dalam air sampel
    H2SO4 pekat1 mlMengurai oksigen dalam air sampel
    Na2S2O3 0,025 N ?Sebagai titran titrasi uji kelarutan oksigen
    Indikator amilum 2 tetesSebagai indikator dalam uji kelarutan oksigen.

    Metode yang digunakan dalam pengukuran kadar oksigen terlarut adalah
    • Mengambil sampel air dengan menggunakan botol BOD 125 ml (tidak boleh ada udara yang masuk), 
    • Kemudian menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml NaOH dalam KI, 
    • Tutup botol tersebut dan kocok hingga larutan homogen dan terjadi endapan. 
    • Langkah selanjutnya menambahkan 1 ml H2SO4 pekat kemudian menutup botol BOD, 
    • kocok sampai endapan hilang dan larutan berwarna kuning, 
    • setelah itu memasukkan 50 ml sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml.
    • Melakukan titrasi dengan 0,025 N  Na2S2O3 hingga larutan berwarna kuning muda. 
    • Menambahkan 2 tetes amilum, apabila timbul warna biru kemudian 
    • Melanjutkannya dengan titrasi Na2S2O3  0,025 N hingga bening. 


    Untuk mengetahui berapa jumlah volume titran dengan membaca skala penurunan titran dan memasukkan dalam rumus :
    Titrasi oksigen

    Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri.

    Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan standar atau titran atau titrator, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di Erlenmeyer dan larutan ini disebut sebagai analit.

    Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi dengan analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalen.

    Mungkin kamu bertanya apabila kita menggunakan dua buah larutan yang tidak bewarna seperti H2SO4 dan NaOH dalam titrasi, bagaimana kita bisa menentukan titik equivalent?

    Titik equivalent dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, cara yang umum adalah dengan menggunakan indicator. Indikator akan berubah warna dengan adanya penambahan sedikit mungkin titran, dengan cara ini maka kita dapat langsung menghentikan proses titrasi.

    Sebagai contoh titrasi H2SO4 dengan NaOH digunakan indicator fenolpthalein (pp). Bila semua larutan H2SO4 telah habis bereaksi dengan NaOH maka adanya penambahan sedikit mungkin NaOH larutan akan berubah warna menjadi merah mudah. Bila telah terjadi hal yang demikian maka titrasi pun kita hentikan.

    Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan adanya berubahan warna indicator disebut sebagai titik akhit titrasi. Titrasi yang bagus memiliki titik equivalent yang berdekatan dengan titik akhir titrasi dan kalau bisa sama.

    Perhitungan titrasi didasarkan pada rumus:

    V.N titran = V.N analit

    Dimana V adalah volume dan N adalah normalitas. Kita tidak menggunakan molaritas (M) disebabkan dalam keadaan reaksi yang telah berjalan sempurna (reagen sama-sama habis bereaksi) yang sama adalah mol-equivalen bukan mol. Mol-equivalen dihasilkan dari perkalian normalitas dengan volume.