Selasa, 28 Februari 2017

KERAMBA JARING APUNG (KJA)

KERAMBA JARING APUNG (KJA)







Keramba Jaring Apung (KJA) dapat dibuat dalam berbagai ukuran desain dan bahan tergantung pada kemudahan penanganan daya tahan bahan baku harga dan faktor lainnya. Jaring atau wadah untuk pemeliharaan ikan tawar dibuat dari bahan polietilen. Bentuk dan ukuran bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan, serta faktor kemudahan dalam pengelolaan. Konstruksi wadah jaring terapung terdiri dari beberapa bagian, antara lain :
1.  Kerangka Keramba Jaring Apung
Kerangka (bingkai) jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk kerangka, sebaiknya disesuai-kan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari bahan tersebut. Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun. Sesudah 1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali. Jika akan memakai besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/angka waktu pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun. Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan bambu sebagai bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah juga ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak. Bambu yang digunakan untuk kerangka sebaiknya mempunyai garis tengah 5–7 cm di bagian pangkalnya, dan bagian ujungnya berukuran antara 3–5 cm. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu tali. Ada juga jenis bambu gombong yang mempunyai diameter 12 -15 cm tetapi jenis bambu ini kurang baik digunakan untuk kerangka karena cepat lapuk. Ukuran kerangka jaring terapung berkisar antara 5×5 meter sampai 10×10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan cirata pada umumnya menggunakan kerangka dari bambu dengan ukuran 7×7 meter. Kerangka dari jaring apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak/kantong tetapi satu unit. Satu unit jaring terapung terdiri dari empat buah petak/kantong.
2.  Pelampung Keramba Jaring Apung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/jaring terapung bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau plastik) yang berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian. Jika akan menggunakan pelampung dari drum maka drum harus terlebih dahulu dicat dengan menggunakan cat yang mengandung bahan anti karat. Jumlah pelampung yang akan digunakan disesuaikan dengan besarnya kerangka jaring apung yang akan dibuat. Jaring terapung berukuran 7×7 meter, dalam satu unit jaring terapung membutuhkan pelampung antara 33–35 buah.
3.  Pengikat Keramba Jaring Apung
Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat seperti tambang plastik, kawat ukuran 5 mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung atau jaring.
4.  Jangkar keramba jaring apung
Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang. Jangkar terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali pemberat/tali jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter sekitar 10 mm – 15 mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat petak/kantong adalah sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada masing-masing sudut dari kerangka jaring terapung. Berat jangkar berkisar antara 50 – 75 kg.
5.  Jaring Keramba Jaring Apung
Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan di perairan umum biasanya terbuat dari bahan polyethylene atau disebut jaring trawl. Ukuran mata jaring yang digunakan tergantung dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. Kantong jaring terapung ini mempunyai ukuran bervariasi disesuaikan dengan jenis ikan yang dibudidayakan, untuk ikan air laut ukuran kantong jaring yang biasa digunakan berukuran mulai 2x2x2 m sampai 5x5x5 m. Sedangkan untuk jenis ikan air tawar berkisar antara 3x3x3 m sampai 7x7x2,5 m. Untuk mengurangi resiko kebocoran akibat gigitan binatang lain biasanya kantong jaring terapung dipasang rangkap (doubel) yaitu kantong jaring luar dan kantong jaring dalam. Ukuran jaring bagian luar biasanya mempunyai mata jaring (mesh size) yang lebih besar. Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :
1.  Jaring polyethylene no. 380 D/9 dengan ukuran mata jaring (mesh size) sebesar 2 inch (5,08 cm) yang dipergunakan sebagai kantong jaring luar.
2.  Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch (2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm) dipergunakan sebagai kantong jaring dalam.
Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1 inch biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil. Di perairan umum khususnya dalam budidaya ikan di jaring terapung ukuran jaring yang digunakan adalah ukuran ¾-1 inch. Kantong jaring yang digunakan untuk memelihara ikan dapat diperoleh dengan membeli jaring utuh. Dalam hal ini biasanya jaring trawl dijual dipasaran berupa lembaran atau gulungan. Langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat kantong jaring adalah membuat desain/rancangan kantong jaring yang akan dipergunakan. Ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan berkisar antara 2×2 m sampai dengan 10×10 m. Setelah ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan, misalnya akan dibuat kantong jaring dengan ukuran 7x7x2 m, langkah selanjutnya adalah memotong jaring. Untuk memotong jaring harus dilakukan dengan benar berdasarkan pada ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya saat terpasang di perairan. Menurut hasil penelitian, jaring dalam keadaan terpasang atau sudah berupa kantong jaring akan mengalami perenggangan atau mata jaring dalam keadaan tertarik/terbuka (”Hang In Ratio”).
Nilai ”Hang In Ratio” dalam membuat kantong jaring terapung adalah 30%. Adapun perhitungan yang digunakan untuk memotong jaring ada dua cara, yaitu : (1) menggunakan rumus tertentu dan (2) melakukan perhitungan cara di lapangan. Rumus berdasarkan ”Hang In Ratio” adalah sebagai berikut :
Keterangan :
S : Hang In Ratio
L : Panjang jaring sebelum Hang In atau dalam keadaan tertarik
i : Panjang tali ris
D : dalam kantong jaring (jumlah mata jaring dikalikan ukuran mata jaring dalam keadaan tertarik)
d : dalam kantong jaring sesudah Hang In
Contoh penggunaan rumus dalam menghitung jaring yang akan dipotong dengan ukuran 7x7x2 m adalah sebagai berikut :
Misalnya, kantong jaring yang akan dibuat 7x7x2 m dengan ukuran mata jaring (mesh size) 2 inch (5,08 cm). Diketahui Hang In Ratio (S) adalah 30% = 0,3, Panjang tali ris (i) = 4×7 m = 28 m.  Maka untuk mencari panjang jaring sebelum Hang In adalah :
Jadi panjang tiap sisi adalah 40 m : 4 = 10 m Jumlah mata jaring 10 m = 1000 cm : 5,08 cm = 197,04 mata jaring dibulatkan 197 mata jaring. Diketahui dalam jaring sesudah Hang In (d) adalah 2 m, maka dalam kantong jaring sebelum dipotong (D) adalah :
Jadi jumlah mata jaring 2,8 m = 280 cm : 5,08 cm = 55,1 mata jaring dibulatkan menjadi 55 mata jaring.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh ukuran lembaran jaring yang akan dipotong untuk kantong jaring berukuran 7x7x2 m adalah 197x197x55 mata jaring.
Sedangkan para petani ikan dilapangan biasanya menghitung jaring yang akan digunakan untuk membuat kantong jaring menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Misalnya kantong jaring yang akan dibuat berukuran 7x7x2 m dengan ukuran mata jaring (mesh size) 2 inch (5,08 cm). Berdasarkan hasil penelitian panjang jaring akan berkurang sebesar 30% dari semula. Maka secara praktis dilapangan diperhitungkan jumlah mata jaring dalam setiap meter adalah :
Jadi dalam satu meter jaring yang berukuran 1 inch terdapat 56 mata jaring, sehingga jika akan membuat jaring dengan ukuran 7x7x2 m, jumlah mata jaringnya adalah 392x392x112 mata jaring. Sedangkan ukuran mata jaring yang akan digunakan adalah 2 inch maka jumlah mata jaring yang akan dipotong adalah 196x196x56. Angka-angka ini diperoleh dari hasil perkalian antara ukuran kantong jaring dengan jumlah mata jaring. Berdasarkan hasil kedua perhitungan tersebut memperoleh nilai yang tidak jauh berbeda. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memindahkan pola yang telah dibuat langsung kejaring.
6.  Pemberat keramba jaring apung
Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu atau timah yang masing-masing beratnya antara 2–5 kg. Fungsi pemberat ini agar jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut kantong jaring terapung.
7.  Tali / tambang keramba jaring apung
Tali/tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai diameter 5–10 mm, sedangkan pada perairan laut tali/tambang yang digunakan terbuat dari nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.Tali/tambang ini dipergunakan sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang ini mempunyai istilah lain yang disebut dengan tali ris. Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung. Misalnya, kantong jaring terapung berukuran 7x7x2m maka tali risnya adalah 7×4 =28 m. Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring terapung adalah empat sisi. Khusus untuk tali ris pada bagian atas sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap sudut. Jadi tali risnya mempunyai panjang 28 m +( 4×0,5 m) = 30m. Hal ini untuk memudahkan dalam melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat melakukan budidaya ikan.


Diposkan oleh Munawaroh,SP.

Senin, 27 Februari 2017

JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN

JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN



Penanganan serangan penyakit pada usaha budidaya ikan air tawar harus dilakukan diagnose sesegera mungkin dengan mengetahui penyebab penyakit baik penyakit pathogen maupun non pathogen (viral, jamur, bacterial, dan parasitik) sehingga tepat dalam tindakan pengobatan secara afektip dan efesien. jenis-jenis penyakit yang sering di temukan pada ikan adalah sebagai berikut :

1. Penyakit Infeksi (Menular)

Parasit
Penyakit yang disebabkan oleh parasit secara umum jarang mengakibatkan penyakit yang sporadis. Tetapi untuk intesitas penyerangan yang sangat tinggi dan areal yang terbatas dapat berakibat sporadis. Akibat dari penyakit yang disebabkan oleh parasit secara ekonomis cukup merugikan yaitu dapat menyebabkan kematian, menurunkan bobot, bentuk serta ketahanan tubuh ikan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai jalan masuk bagi infeksi sekunder oleh patogen lain seperti jamur, bakteri dan virus. Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini terdiri dari protozoa dan metazoa. Protozoa bersifat parasitik terhadap ikan dan jumlahnya lebih dari 2000 jenis. Salah satu jenis protozoa ang paling sering menjadi kendala dalam budidaya ikan adalah Ichthyophthirius multifiliis atau ich (penyakit bintik putih). Sifat serangannya sangat sporadis dan kematian yang diakibatkannya dapat mencapai 100 % populasi dalam tempo yang relatif singkat. Secara umum gejala ikan yang terserang protozoa adalah.

Ikan tampak pucat.
Nafsu makan kurang.
Gerakan lambat dan sering menggosok-gosokkan tubuhnya dinding kolam.
Pada infeksi lanjut ikan mangap-mangap dan meloncat-loncat ke permukaan air untuk mengambil oksigen.
Adanya bercak-bercak putih pada permukaan tubuh ikan.
Parasit dari golongan metazoa antara lain Monogenetic trematod (golongan cacing), cestoda, nematoda, Cepopoda (Argulus sp, Lernaea sp dan golongan Isopoda. Organ yang menjadi target serangan parasit ini adalah insang. Penularan terjadi secara horisontal terutama pada saat cacing dalam fase berenang bebas yang sangat infektif. Secara umum gejala dari serangan metazoa adalah :

Ikan tampak lemah.
Tidak nafsu makan.
Pertumbuhan lambat tingkah laku dan berenang tidak normal disertai produksi lendir yang berlebihan.
Ikan sering terlihat berkumpul disekitar air masuk karena kualitas dan kadar oksigen lebih tinggi.
Insang tampak pucat dan membengkak sehingga overculum terbuka.
Ikan sulit bernafas seperti gejala kekurangan oksigen.
Peradangan pada kulit akan mengakibatkan ikan menggoso-gosok badannya pada benda sekitar.
Badan kemerahan disekitar lokasi penempelan parasit.
Pada infeksi berat parasit ini kadang dapat terlihat dengan mata telanjang pada permukaan kulit ikan.
Jamur
Jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur bersifat infeksi sekunder semua jenis ikan air tawar termasuk telurnya rentan terhadap infeksi jamur. Jenis jamur yang sering menjadi kendala adalah dari famili saprolegniaceae. Beberapa faktor yang sering memicu terjadinya infeksi jamur adalah penanganan yang kurang baik (transportasi) sehingga menimbulkan luka pada tubuh ikan, kekurangan gizi, suhu dan oksigen terlarut yang rendah, bahan organik tinggi, kualitas telur buruk/tidak terbuahi dan padatnya telur pada kakaban. Penyakit ini menular terutama melalui spora di air. Gejala-gejalanya dapat dilihat secara klinis adanya benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal ikan.

Bakteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang paling banyak menyebabkan kegagalan pada budidaya ikan air tawar. Penyakit akibat infeksi bakterial masih sering terjadi dengan intensitas yang variatif. Umumnya pembudidaya masih mengandalakan antibiotik sebagai ” magic bullet” untuk melawan penyakit bakterial. Jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain adalah penyakit merah yang disebabkan oleh bakteri garam negatif (Aeromonas hydrophila), penyakit columnaris atau luka kulit, sirip dan insang yang disebabkan oleh infeksi bakteri Flavobacterium columnare, penyakit tubercolosis yang tergolong sangat kronis disebabkan oleh bakteri garam positif Mycobacterium spp. dan penyakit Streptococciasis yang disebabkan oleh bakteri garam positif Streptococcus spp.

Virus
Patogen virus juga menyebabkan penyakit pada budidaya ikan air tawar belum banyak diketahui penyakit yang disebabkan oleh virus di Indonesia kecuali penyakit Lymphocystis dan Koi Hervesvirus (KHV). Infeksi lymphoccystis hanya bersifat kronis dan bila menyerang ikan hias akan mengalami kerugian yang berarti karena merusak keindahan ikan. Sampai saat ini KHV merupakan penyakit yang paling serius dan sporadis terutama untuk komoditi ikan mas dan koi.

White Spot (Ich)
White spot atau dikenal juga sebagai penyakit “ich” merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit. Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan secara potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih disekujur tubuh dan juga sirip. Siklus hidup dan cara memperbanyak diri inang white spot yang bervariasi memegang peranan penting terhadap berjangkitnya penyakit tersebut. Siklus hidup white spot terdiri dari beberapa tahap, tahapan tersebut secara umum dapat dibagi dua yaitu tahapan infektif dan tahapan tidak infektif. Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk tahapan siklus infektif. Wujud dari “white spot” pada tahapan infektif ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit insang atau rongga mulut. Parasit ini hidup di lapisan dalam kulit berdekatan dengan lapisan basal lamina. Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bias dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan tumbuh dan membesar sehingga bisa mencapai 0.5 – 1 mm bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali.

Black Spot
Ikan yang menderita penyakit ini akan muncul titik hitam kecil pada tubuhnya secara umum penyakit ini mudah disembuhkan. Sering kali penyakit Black Spot terjadi pada akuarium baru saat ikan-ikan dimasukkan. Semua ikan berisiko terkena penyakit ini tetapi ikan Silver Dollar dan Piranha paling rentan.

2. Penyakit Non-Infeksi (Tidak Menular)

Penyakit Akibat Lingkungan
Faktor lingkungan dalam kegiatan budidaya ikan air tawar mempunyai pengaruh yang sangat tinggi. Lingkungan juga dapat mendatangkan penyakit dari kegiatan budidaya air tawar. Pengaruh dari penyakit yang diakibatkan oleh faktor lingkungan sering mengakibatkan kerugian yang serius karena kematian yang berlangsung sangat cepat dan tiba-tiba dan mematikan seluruh populasi ikan. Penyebabnya misalnya ada upwelling, keracunan akibat peledakan populasi plankton, keracunan pestisida/limbah industri, bahan kimia dan lainnya. Faktor lingkungan yang buruk akan menyebabkan ikan menjadi.

tercekik yaitu kekurangan oksigen yang umumnya terjadi menjelang pagi hari pada perairan yang punya populasi phytoplankton tinggi.
Keracunan nitrit yang sering disebut penyakit darah cokelat karena disebabkan oleh konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air yang berasal dari hasil metabolisma ikan.
Keracunan amoniak terjadi hampir sama dengan nitrit tetapi pada umunya karena pengaruh pemberian pakan yang berlebihan atau bahan organik sedangkan populasi bakteri pengurai tidak mencukupi yang sangat beracun adalah dalam bentuk NH3.
Fluktuasi air yang ekstrim dimana perubahan suhu air yang ekstrim akan merusak keseimbangan hormonoal dan fisiologis tubuh ikan dan pada umumnya ikan tidak mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan dan mengakibatkan ikan stress bahkan kematian.
Limbah pollutan yang terdiri dari logam-logam berat cukup berbahaya bagi ikan karena sifat racunnya yaitu Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr, Al dan Co juga dapat menyebabkan penyakit bagi ikan. Sifat dari masing-masing logam berat tersebut dapat meningkat apabila komposisi ion-ion di dalam air terdiri dari jenis-jenis ion yang sinergik. Selain komposisi ion, nilai PH juga berpengaruh terhadap tingkat kelarutan ion-ion loga. Bila kadarnya tinggi menyebabkan ikan-ikan stress dan bila terus meningkat dapat menyebabkan kematian.
Penyakit Malnutrisi
Pemberian pakan yang berlebihan/kekurangan dan tidak teratur juga dapat menyebabkan penyakit pada ikan. Penyakit karena malnutrisi jarang menunjukkan gejala spesifik sehingga agak sulit didiagnosa penyebab utamanya. Tetapi dalam pakan dapat mengakibatkan kelainan fungsi morfologis dan biologis seperti defisiensi asam pantothenic penyakit jaring insang ikan yang dapat menyebabkan ikan sulit bernafas yang diikuti dengan kematian, defisiensi vitamin A yang menyebabkan mata menonjol/buta dan terjadi pendarahan pada kulit juga ginjal, defisiensi vitamin B-1 yang menyebabkan kehilangan nafsu makan, pendarahan dan penyumbatan pembuluh darah, defisiensi asam lemak essensial yang berakibat infiltrasi lemak pada kulit dan minimnya pigmentasi pada tubuh ikan. Yang cukup berbahaya adalah karena defisiensi vitamin C yang merupakan penyakit yang umum terjadi dimana akibat yang paling populer adalah broken back syndrome seperti scoliosis dan lordosis

Penyakit Genetis
Salah satu penyebab penyakit yang kompleks pada kegiatan budidaya ikan air tawar karena adanya faktor genetik terutama karena adanya perkawinan satu keturunan (Inbreeding). Pemijahan inbreeding yang dilakukan secara terus-menerus akan menurunkan kualitas ikan berupa variasi genetik dalam tubuh ikan. Akibat dari pemijahan secara inbreeding adalah :

Pertumbuhan ikan lambat (bantet/kontet) dan ukuran beragam.
Lebih sensitif terhadap infeksi patogen.
Organ tubuh badan yang tidak sempurna serta kelainan lainnya.
Katarak
Bila mata ikan anda terdapat selaput abu-abu atau putih maka mungkin ikan anda mengidap katarak. Ada sejumlah perawatan yang khusus dibuat untuk katarak termasuk Aquatronics dan Eye Fungex. Kuncinya adalah memastikan level amonia dan nitrit pada batas yang dapat diterima. Karena katarak pada ikan terjadi karena pertumbuhan jamur maka meneteskan fungisida ke dalam akuarium akan sangat bermanfaat.

Diposkan oleh Munawaroh,SP.

Sabtu, 25 Februari 2017

EKOSISTEM AIR TAWAR DAN LAUT

EKOSISTEM AIR TAWAR DAN LAUT





Pengertian dan definisi dari ekosistem air adalah ekosistem yang faktor lingkungannya eksternalnya yang didominasi oleh air sebagai habitat dari berbagai organisme air. Ekosistem air dapat dibedakan menjadi beberapa ekosistem yaitu :
§  Ekosistem Sungai (ekosistem air tawar)
Untuk dapat membedakan dengan ekosistem lainnya perlu diketahui Ciri-ciri ekosistem air tawar dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.  Salinitas (kadar garam) rendah, lebih rendah jika dibandingkan dengan sitoplasma.
2.  Variasi suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar.
3.  Penetrasi (masuknya) cahaya matahari terbatas/kurang.
4.  Ekosistem air tawar tetap dipengaruhin oleh iklim dan cuaca, meskipun pengaruh tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan ekosistem darat.
Berdasarkan gerak airnya ekosistem air tawar dapat dibedakan menjadi ekosistem lentik dan lotik.
Ekosistem Lentik adalah ekosistem yang airnya tenang atau diam misalnya danau, telaga dan rawa. Ekosistem air tenang ini mencakup beberapa ekosistem antara lain danau dan juga rawa. Untuk danau sendiri kembali dibagi ke dalam 4 wilayah yakni :
1.  Wilayah Litoral : Titik ini adalah wilayah danau yang dangkal dimana cahaya menembus kedalaman air secara optimal. Suhu airnya lumayan hangat sebab berdekatan dengan tepi danau pada wilayah ini diketemukan tumbuhan air dengan akar dimana bagian daunnya mencuat ke permukaan air.
2.  Wilayah Limnetik : Adalah wilayah danau yang agak jauh dari tepi danau namun airnya masih bisa ditembus oleh cahaya matahari wilayah danau yang satu ini banyak dihuni oleh fitoplankton juga ganggang dan cynobakteri.
3.  Wilayah Profundal : Merupakan wilayah danau dengan tingkat kedalaman yang tinggi dan biasa disebut wilayah afotik wilayah ini banyak dihuni cacing juga beragam jenis mikroba.
4.  Wilayah bentik. Daerah ini berada di titik paling dasar dari danau dan di tempat ini terdapat beragam bentos juga sisaorganisme-organisme yang telah mati.
Ekosistem Lotik adalah ekosistem yang airnya bergerak mengalir misalnya selokan, parit atau sungai. Ciri-ciri ekosistem lotik adalah airnya mengalir dan merupakan ekosistem terbuka dari kadar oksigen terlarut relatif tinggi. Aliran air dalam ekosistem lotik merupakan faktor pembatas bagi organisme yang ada di dalamnya artinya organisme yang tidak dapat melakukan adaptasi terhadap adanya aliran air akan tersingkir. Aliran ini juga dapat menjadi penentu jenis dan komposisi komponen biotik dalam ekosistem. Aliran air tergantung pada topografi besarnya sungai dan debit air yang mengalir misalnya jenis organisme di pinggir sungai berbeda dengan jenis organisme di dalam atau di dasar sungai. Ekosistem lotik tidak tetap melainkan berubah tergantung pada musim air sungai keruh dan banjir di musim hujan sedangkan di musim kemarau airnya kecil dan bahkan mengering. Keadaan ini merupakan suatu indikator adanya kerusakan ekosistem darat didaerah sungai. Sebagai suatu ekosistem terbuka ekosistem lotik memperoleh kiriman ebahan organik yang terbawa aliran air dari daerah hulu atau daratan misalnya berupa bangkai, sampah atau daun-daun yang gugur ke sungai. Meskipun dari ekosistem lotik itu sendiri hewan-hewan dapat memperoleh makanan beberapa hewan sungai ada yang memakan bahan organik yang terbawa aliran air. Jadi ekosistem lotik mendapat pengaruh yang besar dari ekosistem daratan.
Sebagai ekosistem yang aliran air memudahkan terjadinya persentuhan antara permukaan air yang luas dengan udara. Apalagi jika disepanjang ekosistem lotik terdapat jeram, riak-riak kecil dan air terjun. Keadaan yang demikian menyebabkan kadar oksigen terlarut relatif tinggi. Tingginya kadar oksigen memberikan kondisi pada hewan-hewan sungai untuk hidup dilingkungan yang cukup oksigen sehingga mereka menjadi peka terhadap kekurangan oksigen. Adanya bahan pencemar yang dapat mereduksi (mengurangi) oksigen terlarut dapat menimbulkan bencana bagi hewan air itu.
§  Ekosistem Laut
Indonesia merupakan negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau yang dikelilingi oleh lautan. Ekosistem laut Indonesia sangat menentukan iklim (suhu, kelembapan, angin) flora dan fauna serta kehidupan penduduk. Luas perairan laut di daerah pesisir dapat dilihat di bawah ini :
Laut :
1.  Perairan teritorial (sampai batas 12 mil laut): 5,1 x 106 km2
2.  Paparan benua (sampai kedalaman 200 m): 3,0 x 106 km2
3.  Ekonomi ekslusif 200 mil : 2,7x 106 km2
Wilayah Pesisir :
1.  Panjang pantai : 81 x 1012 km²
2.  Hutan payau : 10 x 106 km²
3.  Hutan bakau : 3,6 x 106 km²
4.  Tambak : 183 x 1012 km²
Ekosistem Laut memiliki sifat khas yang tidak dimiliki oleh ekosistem lainnya sifat-sifat itu antara lain sebagai berikut :
1.  Berkadar garam sekitar 0,3% yang mirip dengan kepekatan protoplasma.
2.  Terdapat kehidupan disemua kedalaman, kecuali di dasar laut yang sangat dalam.
3.  Ekosistem laut saling bersambungan, dan memiliki kemungkinan untuk bercampur karena adanya sirkulasi air laut.
4.  Rantai makanan relatif panjang dengan kata lain, disepanjang rantai makanan terjadi pemboroson energi.
Lautan Indonesia merupakan lautan tropik dengan suhu di lapisan permukaan yang relatif tinggi yaitu 26-30°C sementara di lapisan lebih dalam suhunya lebih rendah cahaya matahari menciptakan stratifikasi termal secara vertikal. Maksudnya suhu air laut dipermukaan relatif tinggi dan semakin kedalam suhunya semakin rendah karena daerah permukaan air laut cukup menerima cahaya matahari sepanjang tahun maka produktifitas produser (fitoplankton) cukup tinggi. Curah hujan di Indonesia cukup tinggi yang mengakibatkan lapisan pemukaan laut memiliki kadar garam rendah berkisar antara 27-33 %°C sedangkan di bagian lebih dalam kadar garamnya lebih tinggi. Ekosistem laut lebih stabil terhadap pengaruh musim dibandingkan ekosistem darat. Seperti halnya hutan tropik, lautan tropik, memiliki keanekaragaman yang tinggi namun besarnya populasi masing-masing spesies rendah. Oleh karena itu bentuk rantai makanan di perairan Indonesia menjadi kompleks hal ini berbeda dengan lautan subtropik yang memiliki keanakaragaman rendah tetapi jumlah populasi spesiesnya tinggi. Di daerah pantai di Indonesia berkembang komunitas hayati yang khas misalnya terumbu karang, hutan payau (mangrove) dan rumput laut.
Di dalam ekosistem laut terdapat stratifikasi kedalaman akibat intensitas cahaya, suhu, kandungan mineral yang pada akhirnya menentukan keanekaragaman hayati yang ada didalamnya. Seolah-olah terdapat dua lapisan yang terpisah yaitu lapisan atas dan lapisan bawah. Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang dapat mencapainya ekosistem laut dibedakan menjadi ekosistem laut dalam dan ekosistem laut dangkal. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai laut yang luas dengan potensi sumberdaya alam yang besar di dalamnya. Ekosistem Laut merupakan ekosistem yang letaknya di laut maupun pesisir pantai. Ekosistem laut dibedakan menjadi ekosistem laut dalam dan ekosistem laut dangkal.
§  Ekosistem Laut Dalam 
Bila kita melihat laut yang warnanya biru tua tentu kita mengetahuinya sebagai laut yang sangat dalam. Laut yang dalam sangat gelap tidak ada cahaya matahari, cahaya matahari hanya dapat menembus air laut hingga kedalaman 20-30 m. Lebih dalam dari itu cahaya matahari tidak dapat menembusnyadan di laut dalam cahaya matahari tidak dapat menembus atau tidak sampai ke dasar laut, daerah ini disebut daerah afotik. Ini berarti bahwa di laut tidak terjadi fotosintesis kadar oksigennya juga rendah didaerah demikian itu tidak terdapat produser yang fotoautotrof. Yang terdapat hanyalah organisme heterotrof yang mengandalkan jatuhnya sisa-sisa organik dari lapisan diatasnya jadi di laut dalam terdapat detritivor dan scavanger. Keanekaragaman hayatinya rendah jika tidak ada arus laut yang “mengaduk” daur mater di dalam laut dalam merupakan daur yang terputus. Semua makanan yang masuk ke laut dalam akhirnya diurai dan diendapkan di dasar laut jadi dilaut dalam terdapat zat-zat organik yang lebih kaya dibandingkan dengan di laut dangkal.
§  Ekosistem Laut Dangkal
Sedangkan di pesisir pantai kita dapat menikmati keindahan alam yang ada serta dapat berrekreasi dengan wisata pantai seperti berenang, berperahu, memancing dan aktivitas lainnya. Daerah ini merupakan daerah laut yang dangkal banyak aktivitas di dalamnya. Laut dangkal merupakan daerah fotik yang berarti daerah yang dapat dicapai oleh cahaya matahari. Di daerah ini berlangsung proses fotosintesis dan produser yang berperan adalah fitoplankton dan gangang laut mikroskopis. Kadar oksigen di daerah ini lebih tinggi dari pada di daerah afotik di laut dalam oleh sebab itu daerah yang demikian memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Contoh ekosistem laut dangkal adalah ekosistem terumbu karang, ekosistem pantai batu dan ekosistem pantai lumpur.
a) Ekosistem Terumbu Karang
Di dalam ekosistem ini banyak ditemukan cangkang coelenterata yang telah mati yang menyusun batu karang. Cangkang yang mati beserta hewan-hewan air selurunya disebut sebagai terumbu karang. Syarat hidup binatang karang adalah air lautnya jernih, arus dan gelombang kecil, serta lautnya dangkal. Didalamnya hidup berbagai macam biota laut seperti coelenterata, cacing, Mollusca (siput, kerang), Enchinodemata, Athropoda dan berbagai jenis ikan berwarna-warni. Bianatang-binatang tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Indonesia memiliki beberapa ekosistem terumbu karang yang indah yang dijadikan objek wisata misalnya di pasir putih Jawa Timur, Bali, Bunaken dan Maluku. Pengambilan karang dan binatang-binatang dari ekosistem ini dapat merusak ekosistem dan pada akhirnya akan menyebabkan punahnya keanekaragaman hayati di dalamnya. Demikian pula penangkapan ikan menggunakan aliran listrik atau racun (tuba/putas) dapat merusakan ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang terbentuk dalam waktu yang lama apbila punah kita tidak akan dapat memunculkannya kembali oleh karena itu kita perlu menjaga kelestariannya.
b). Ekosistem Pantai Batu
Pantai terjal yang berdinding batu memiliki bongkahan-bongkahan batu yang membentuk ekosistem pantai batu. Pada ekosistem ini lingkungan eksternalnya didominasi oleh batu, kerikil, atau kapur. Misalnya ekosistem pantai batu yang terdapat di pantai selatan jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan pantai barat Sumatra. Vegetasinya didomunasi oleh ganggang misalnya Sargassum dan Eucheuma yang tingkat keanekaragamannya rendah.
c) Ekosistem Pantai Lumpur
Di dekat muara sungai banyak terdapat endapan lumpur yang menyusun ekosistem pantai lumpur. Ekosistem pantai lumpur banyak di jumpai di pantai utara Jawa, Kalimantan dan Irian Jaya. Vegetasinya didominasi oleh tumbuhan mangrove dan rumput laut. Ekosistem ini juga merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi didalamnya hidup antara lain kepiting, udang, dan ikan glodok.

Diposkan oleh Munawaroh,SP.

Kamis, 23 Februari 2017

CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) DAN CARA PEMBENIHAN IKAN YANG BAIK (CPIB)

CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) DAN CARA PEMBENIHAN IKAN YANG BAIK (CPIB)


Perdagangan bebas antar negara yang sebentar lagi akan diberlakukan, menuntut para pelaku pasar untuk meningkatkan daya saing produknya. Bukan hanya berkualitas, namun juga dengan harga yang murah. Persaingan produk bukan hanya dalam tataran lokal, namun juga akan bertarung dengan pesaing dari luar negeri. Apabila pelaku pasar tidak dapat meningkatkan daya saing produknya, bukan tidak mungkin produk-produk dari luar negeri yang berkualitas tinggi dan murah akan membanjiri pasar dalam negeri, dan menjadi idola konsumen lokal. Perdagangan bebas antar negara berlaku juga untuk produk-produk perikanan. Untuk dapat bertarung dengan produk-produk perikanan dari luar negeri, kita tentu harus memiliki kualitas produk perikanan yang baik dan juga harga produk yang murah. Nilai kualitas suatu produk didasarkan pada suatu pengakuan system jaminan mutu (standard mutu) pada masing-masing negara berdasarkan transparasi, objektivitas dan kepercayaan. Disamping itu produk perikanan juga diharapkan aman untuk dikonsumsi dan ramah lingkungan.

Beberapa negara pengimport produk-produk perikanan memberlakukan aturan yang ketat dan melakukan pemeriksaan sebelum produk perikanan yang masuk ke negaranya beredar bebas. Diantaranya adalah memeriksa residu logam berat dan anti biotik serta kandungan bakteri yang ada. Mereka memberlakukan standard yang ketat dengan memberi nilai ambang batas kandungan-kandungan bahan atau organisme berbahaya tersebut. Jadi jangan pernah mimpi produk ikan kita akan diterima pasar bebas, apabila kita masih memelihara lele di kolam yang juga berfungsi sebagai jamban, atau mengobati ikan dengan obat yang mengandung antibiotik tinggi. Mungkin saat ini kita beranggapan bahwa toh produk perikanan kita hanya dijual pada pedagang lokal jadi tidak masalah apabila masih melakukan hal tersebut. Namun ke depan apabila pasar kita sudah dibanjiri produk perikanan dari Vietnam atau RRC yang terkenal murah dan juga siap olah (berupa fillet) kita baru akan sadar dan mulai memperhatikan masalah mutu. Agar kita tidak terlambat dalam mengantisipasi hal tersebut ada baiknya apabila kita memulai untuk melakukan sebuah tindakan yang kongkrit dalam meningkatkan mutu produk perikanan kita.

Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) merupakan sebuah konsep bagaimana memelihara ikan, agar ikan yang kita pelihara nantinya memiliki kualitas yang baik dan meningkatkan daya saing produk yaitu bebas kontaminasi bahan kimia maupun biologi dan aman untuk dikonsumsi. Disamping itu konsep CBIB juga menolong kita agar dalam proses pemeliharaan ikan menjadi lebih efektif, efisien, memperkecil resiko kegagalan, meningkatkan kepercayaan pelangggan, menjamin kesempatan eksport dan ramah lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. 02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB)

Sama halnya dengan CBIB, Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) juga tidak kalah penting karena benih ikan yang berkualitas merupakan salah satu hal penting dan menentukan berhasil atau tidaknya sebuah kegiatan budidaya ikan.

Aspek Penerapan Dalam CBIB/CPIB

Dalam penerapan CBIB dan CPIB ada 4 Aspek yang harus diperhatikan yaitu aspek teknis, aspek manajemen, aspek keamanan pangan dan aspek lingkungan. Aspek teknis meliputi kelayakon lokasi dan sumber air, kelayakan fasilitas, proses produksi dan penerapan biosecurity. Lokasi harus bebas banjir dan bebas cemaran sumber air juga harus diperiksa laboratorium untuk mengetahui kandungan logam berat dan bakteri coliform. Fasilitas juga harus sesuai diantaranya terdapat gudang pakan dan gudang peralatan yang layak sarana pengemasan dsb. Proses produksi/pemeliharaan sebaiknya mengacu pada Standard Nasional Indonesia (SNI) dari pemeliharaan sampai pengemasan. Benih ikan harus berasal dari unit pembenihan yang bersertifikasi CPIB dibuktikan dengan Surat Keterangan Asal (SKA) Benih Ikan. Induk Ikan juga harus berasal dari lembaga yang berwenang memproduksi Induk Ikan dibuktikan dengan Surat Keterangan Asal (SKA) Induk Ikan. Penerapan biosecurity adalah sebuah upaya agar tempat budidaya/pembenihan tidak terkontaminasi zat-zat atau organisme berbahaya yang dapat mengganggu proses pemeliharaan. Diantaranya adalah dengan membuat pagar keliling, foot bath, sebelum memasuki ruang pembenihan, pencuci roda mobil/motor di pintu gerbang dsb. Aspek manajemen meliputi struktur organisasi dan manajemen serta pengolahan data untuk dokumentasi dan rekaman. Dokumentasi dalam hal ini adalah Standard Operasional Prosedur (SOP) atau Instruksi Kerja, yang merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan, yang dilengkapi dengan formulir isian untuk mengumpulkan data yang diperlukan selama proses pemeliharaan. Rekaman dalam hal ini adalah merupakan bukti obyektif untuk menunjukan efektivitas penerapan CBIB/CPIB. Contoh rekaman diantaranya adalah pembelian pakan, pengolahan kolam, data kematian, pemberian pakan, pemeriksaan kualitas air dsb.

Aspek keamanan pangan merupakan sebuah ketentuan bahwa dalam memelihara ikan tidak boleh menggunakan obat-obatan/bahan kimia/bioloi yang dilarang yang bisa menyebabkan residu termasuk antibiotik. Obat-obatan yang boleh digunakan adalah obat-obatan yang sudah mendapat ijin dari kementerian kelautan dan perikanan. Demikian juga dengan pakan pakan yang boleh digunakan adalah pakan yang sudah disertifikasi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Apabila pembudidaya/pembenih menggunakan pakan buatan sendiri, maka pembudidaya harus bisa menjelasakan tentang bahan formula serta proses produksi pakan tersebut dan juga memberikan sejumlah sampel pakan yang diproduksi untuk dianalisis di laboratorium. Aspek lingkungan adalah sebuah jaminan bahwa kegiatan budidaya/pembenihan ikan kita tidak mencemari lingkungan sekitar. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara mengendapkan air buangan dari proses budidaya/pembenihan ikan kita dalam sebuah bak sebelum dibuang ke perairan umum.

Sertifikasi CBIB dan CPIB

Kementerian Kelautan dan Perikanan saat ini tengah mendorong pelaku usaha budidaya/pembenihan ikan untuk menerapkan CBIB dan CPIB. Bagi para pembudidaya/pembenih yang serius melakukannya disarankan untuk mengajukan sertifikasi CBIB dan CPIB pada unit usahanya. Untuk memperoleh sertifikat tersebut tentu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut pastinya tidak jauh dari 4 aspek yang dijelaskan di atas.

Syarat Sertifikasi CBIB

Adapun yang menjadi syrata-syrat sertifikasi CBIB di antaranya adalah :

Lokasi bebas banjir dan cemaran.
Air tersedia sepanjang tahun dan tidak tercemar.
Menerapkan biosecurity.
Pakan bersertifikat, atau melampirkan bahan/formula dan menyerahkan sampel apabila menggunakan pakan buatan sendiri.
Benih memiliki Surat Keterangan Asal (SKA).
Mempunyai Standard Operasional Prosedur (SOP) dari pengolahan kolam, pengadaan benih, sampai dengan panen.
Syarat Sertifikasi CPIB

Adapun yang menjadi syrata-syrat sertifikasi CPIB di antaranya adalah :

Surat keterangan dari Desa.
Lokasi bebas banjir dan cemaran.
Air tersedia sepanjang tahun dan tidak tercemar (dibuktikan dengan hasil analisis laboratorium).
Fasilitas unit lengkap (ada gudang, tempat pengemasan dsb).
Menerapkan biosecurity.
Pakan bersertifikat, atau melampirkan bahan/formula dan menyerahkan sampel apabila menggunakan pakan buatan sendiri.
Induk memiliki Surat Keterangan Asal (SKA).
Mempunyai Standard Operasional Prosedur (SOP) dari pengolahan kolam, pengadaan induk, pemeriksaan kesehatan ikan, emeriksaan kualitas air, sampai dengan panen dan pengemasan
Mempunyai data rekaman selama proses produksi.
Didampingi satu orang bersertifikat Manager Pengendali Mutu (MPM) Perbenihan.

Diposkan oleh Munawaroh

Rabu, 22 Februari 2017

BUDIDAYA IKAN HIAS (CUPANG)

BUDIDAYA IKAN HIAS (CUPANG)

Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mudah dipelihara cara budidaya ikan cupang tidak memerlukan tempat luas dan modal yang besar bisa dilakukan sebagai usaha rumahan. Ikan cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar dari daerah tropis banyak ditemukan di perairan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di alam bebas ikan ini hidup berkelompok habitatnya ada di rawa-rawa, danau, dan sungai yang arusnya tenang.

Salah satu keistimewahan ikan cupang adalah daya tahannya sanggup hidup dalam lingkungan air minim oksigen. Bisa dipelihara dalam toples kecil tanpa menggunakan aerator. Kemampuan ini didapat karena ikan cupang memiliki rongga labirin seperti pada paru-paru manusia. Labirin tersebut bisa membuatnya bertahan pada lingkungan sedikit oksigen.

Jenis Ikan Cupang

Dilihat dari kecamata para pehobi dikenal dua macam ikan cupang yakni cupang hias dan cupang adu. Cupang hias dipelihara untuk dinikmati keindahan bentuk, warna dan gerakannya. Sedangkan cupang adu dipelihara untuk di adu perlu diketahui di beberapa negara. Cupang hias dan cupang adu dibedakan berdasarkan bentuk dan sifat agresifitasnya.

Masyarakat ilmiah mencatat lebih dari 73 spesies ikan cupang yang ada di bumi ini namun tidak semua dari spesies tersebut populer sebagai ikan peliharaan. Spesies ikan cupang yang beredar di pasaran kebanyakan berasal dari kelompok splendens complex, yang terdiri dari Betta splendens, Betta stiktos, Betta mahachai, Betta smaragdina dan Betta imbellis. Serta varian hasil silangan dari spesies-spesies tersebut.

Memilih Indukan Ikan Cupang

Untuk memulai budidaya ikan cupang langkah pertama yang harus disiapkan adalah mendapatkan indukan atau bibit berkualitas. Indukan yang baik sebisa mungkin berasal dari keturunan unggul, kondisinya bugar, bebas penyakit dan cacat bawaan. Simpan indukan jantan dan betina di tempat terpisah.

Membedakan Cupang Jantan Dan Betina

Jantan : gerakannya lincah, sirip dan ekor lebar mengembang, warna cerah, tubuhnya lebih besar.

Betina : gerakannya lebih lamban, sirip dan ekor lebih pendek, warna kusam, tubuh lebih kecil.

Sebelum pemijahan dilakukan pastikan indukan jantan dan betina sudah masuk dalam fase matang gonad atau siap untuk dikawinkan. Adapun ciri-ciri indukan yang telah menunjukkan siap kawin adalah sebagai berikut.

Untuk cupang jantan :

Berumur setidaknya 4-8 bulan
Bentuk badan panjang
Siripnya panjang dan warnanya terang atraktif
Gerakannya agresif dan lincah
Untuk cupang betina :

Berumur setidaknya 3-4 bulan
Bentuk badan membulat, bagian perut sedikit buncit
Siripnya pendek dan warnanya kusam tidak menarik
Gerakannya lambat
Pemijahan Ikan Cupang

Setelah indukan jantan dan indukan betina siap untuk memijah sediakan tempat berupa wadah dari baskom plastik atau akuarium kecil dengan ukuran 30x20x20 cm. Siapkan wadah plastik untuk tempat ikan cupang betina, sediakan juga tumbuhan air agar telur bisa menempel. Dalam satu kali perkawinan ikan cupang bisa menghasilkan hingga 1000 butir telur. Telur tersebut akan menetas dalam waktu 24 jam setelah pembuahan. Berdasarkan pengalaman para pembudidaya, tingkat kematian pembenihan ikan cupang cukup tinggi. Dalam satu kali kawin biasanya hanya dapat dipanen ±30-50 ikan cupang hidup.

Indukan jantan bisa dikawinkan hingga 8 kali dengan interval waktu sekitar 2-3 minggu. Sedangkan indukan betina disarankan hanya dikawinkan satu kali saja. Bila dipaksakan pada perkawinan berikutnya akan terjadi penurunan keragaman jenis kelamin. Dimana anakan ikan semakin didominasi kelamin betina.
Berikut langkah-langkah pemijahan ikan cupang :

Isi tempat pemijahan dengan air bersih setinggi 10-15 cm. Seabagai catatan gunakan air tanah atau air sungai yang jernih. Endapkan terelebih dahulu air yang akan dipakai setidaknya selama satu malam. Hindari penggunaan air dalam kemasan atau air PAM yang berbau kaporit.
Tambahkan kedalam wadah tersebut tanaman air, sebagai tempat burayak berlindung. Tapi penempatan tanaman air jangan terlalu padat. Karena tanaman air berpotensi mengambil oksigen terlarut yang ada dalam air.
Masukkan ikan cupang jantan yang telah siap kawin. Biarkan ikan tersebut selama satu hari dalam wadah. Ikan cupang jantan akan membuat gelembung-gelembung udara. Gunanya untuk menyimpan telur yang sudah dibuahi. Untuk memancing si jantan membuat gelembung, masukkan ikan cupang betina tetapi dipisah. Caranya, ikan betina dimasukkan dalam wadah plastik bening yang terpisah dan dekatkan ke wadah dimana ikan jantan berada.
Setelah indukan jantan membuat gelembung lalu masukkan indukan betina. Waktu pemijahan ikan cupang biasanya terjadi sekitar pukul 7-10 pagi atau pukul 4-6 sore. Ikan cupang cukup sensitif ketika kawin, sebaiknya tutup wadah lalu letakkan di ruang yang terhindar cahaya (gelap).
Setelah terjadi pembuahan angkat segera indukan betina, karena yang bertanggung jawab membesarkan dan menjaga burayak adalah cupang jantan. Dengan mulutnya si jantan akan memunguti telur yang telah dibuahi dan meletakkannya pada gelembung-gelembung tadi. Apabila indukan betina tidak diangkat, maka telur-telur yang telah dibuahi akan dimakan si betina.
Setelah kurang lebih satu hari telur-telur tersebut akan menjadi burayak. Selama 3 hari kedepan burayak tidak perlu diberi pakan karena masih ada nutrisi yang terbawa dalam telur. Ikan cupang jantan juga akan berpuasa selama menjaga burayak.
Setelah tiga hari terhitung sejak telur menetas berikan kutu air (moina atau daphnia). Pemberian pakan jangan lebih banyak dari burayak karena pakan akan mengotori air dan menyebabkan kematian pada burayak.
Indukan jantan baru diambil setelah burayak berumur 2 minggu terhitung sejak menetas. Pindahkan burayak tersebut pada wadah yang lebih besar dan berikan kutu air yang lebih besar atau larva nyamuk.
Setelah 1,5 bulan ikan sudah bisa dipilah berdasarkan jenis kelaminnya kemudian pisahkan ikan-ikan tersebut ke wadah pembesaran.
Pakan Ikan Cupang

Pakan favorit yang biasa diberikan pada ikan cupang adalah kutu air, cacing sutera dan larva nyamuk. Pakan sebaiknya diberikan sesering mungkin misalnya 3-4 kali sehari. Semakin sering frekuensinya semakin baik lebih baik sedikit-sedikit tapi sering dari pada sekaligus banyak. Hal ini untuk mengurangi resiko penumpukan sisa pakan yang bisa mengakibatkan berkembangnya penyakit. Kutu air bisa didapatkan di selokan-selokan yang tergenang atau membelinya dari toko akuarium kalau tidak memungkinkan kita bisa membudidayakan kutu air sendiri.

Perawatan Ikan Cupang

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya ikan cupang relatif tahan banting bisa dipelihara dalam akuarium tanpa menggunakan aerator ikan ini tahan terhadap kondisi air yang minim oksigen. Walaupun begitu disarankan untuk tetap menjaga kualitas air dengan memberinya aerasi dan filter pembersih. Agar ikan bisa berkembang sempurna dan selalu dalam kondisi bugar. Tidak disarankan memelihara lebih dari satu ikan cupang jantan yang telah dewasa dalam satu akuarium. Ikan-ikan tersebut bisa saling menyerang satu sama lain akibatnya sirip-siripnya tidak mulus dan warnanya kurang keluar.

Khusus untuk ikan cupang aduan kita bisa memasukkannya ke dalam toples kaca kecil. Berdasarkan beberapa pengalaman agar ikan lebih agresif simpan di tempat yang gelap. Jangan meletakkan toples ikan secara berdekatan karena ikan cupang aduan akan terus dalam kondisi siap menyerang dan membenturkan dirinya ke kaca. Berikan sekat tidak tembus pandang di antara toples-toples tersebut. Gantilah air yang terdapat dalam wadah secara berkala lalu lihat apakah ada penumpukan kotoran dan sisa pakan pada dasar wadah. Penumpukan tersebut bisa menimbulkan penyakit bahkan kematian pada ikan karena pencemaran air.


Diposkan oleh Munawroh, SP.