Rabu, 08 Februari 2017

SEX REVERSAL PADA IKAN

SEX REVERSAL PADA IKAN

Sex reversal merupakan cara pembalikan arah perkembangan kelamin ikan yang seharusnya berkelamin jantan diarahkan perkembangan gonadnya menjadi betina atau sebaliknya. Teknik ini dilakukan pada saat belum terdiferensiasinya gonad ikan secara jelas antara jantang dan betina pada waktu menetas. Sex reversal merubah fenotif ikan tetapi tidak merubah genotifnya teknik sex reversal mulai dikenal pada tahun 1937 ketika estradiol 17 disintesis untuk pertama kalinya di Amerika Serikat. Pada mulanya teknik ini diterapkan pada ikan guppy (Poeciliareticulata). Kemudian dikembangkan oleh Yamamato di Jepang pada ikan medaka (Oryzias latipes). Ikan medaka betina yang diberi metiltestosteron akan berubah menjadi jantan. Setelah melalui berbagai penelitian teknik ini menyebar keberbagai negara lain dan diterapkan pada berbagai jenis ikan. Awalnya dinyakini bahwa saat yang baik untuk melakukan sex reversal adalah beberapa hari sebelum menetas (gonad belum didiferensiasikan). Teori ini pun berkembang karena adanya fakta yang menunjukkan bahwa sex reversal dapat diterapkan melalui embrio dan induk yang sedang bunting.
Penerapan sex reversal dapat menghasilkan populasi monosex (kelamin tunggal). Kegiatan budidaya secara monosex (monoculture) akan bermanfaat dalam mempercepat pertumbuhan ikan hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat pertumbuhan antara ikan berjenis jantan dengan betina. Beberapa ikan yang berjenis jantan dapat tumbuh lebih cepat daripada jenis betina misalkan ikan nila dan ikan lele Amerika. Untuk mencegah pemijahan liar dapat dilakukan melalui teknik ini. Pemijahan liar yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kolam cepat penuh dengan berbagai ukuran ikan total biomass ikan tinggi namun kualitasnya rendah pemeliharaan ikan monoseks akan mencegah perkawinan dan pemijahan liar sehingga kolam tidak cepat dipenuhi ikan. Selain itu ikan yang dihasilkan akan berukuran besar dan seragam contoh ikan yang cepat berkembangbiak yaitu ikan nila dan mujair. Pada beberapa jenis ikan hias seperti cupang, guppy, kongo dan rainbow akan memiliki penampilan tubuh yang lebih baik pada jantan daripada ikan betina dengan demikian nilai jual ikan jantan lebih tinggi ketimbang ikan betina.
Sex reversal juga dapat dimanfaatkan untuk teknik pemurnian ras ikan telah lama diketahui ikan dapat dimurnikan dengan teknik ginogenesis yang produknya adalah semua betina. Menjelang diferensiasi gonad sebagian dari populasi betina tersebut diambil dan diberi hormon androgen berupa metiltestosteron sehingga menjadi ikan jantan. Selanjutnya ikan ini dikawinkan dengan saudaranya dan diulangi beberapa kali sampai diperoleh ikan dengan ras murni.
Kerugian dari sex reversal ini antara lain :
  1.  Teknologi ini sangat bersifat spesifik sehingga dalam penerapannya harus tepat, jenis dan dosis hormon, lama perendaman, serta waktu mulai perendaman.
  2. Adanya pemberian dosis hormon yang kurang tidak akan mempengaruhi jenis kelamin ikan sementara pada pemberian hormon yang berlebihan dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi dan atau ikan keturunan menjadi steril.
  3. Ikan jantan yang dihasilkan melalui proses sex reversal tidak bagus bila dijadikan induk.
  • Metode Sex Reversal
Sex reversal dapat dilakukan melalui terapi hormon (cara langsung) dan melalui rekayasa kromosom (cara tidak langsung). Pada terapi langsung hormon androgen dan estrogen mempengaruhi fenotif tetapi tidak mempengaruhi genotif. Metode langsung dapat diterapkan pada semua jenis ikan apapun sek kromosomnya. Cara langsung dapat meminimalkan jumlah kematian ikan kelemahan dari cara ini adalah hasilnya tidak bisa seragam dikarenakan perbandingan alamiah kelamin yang tidak selalu sama. Misalkan pada ikan hias nisbah kelamin anakan tidak selalu 1:1 tetapi 50% jantan : 50% betina pada pemijahan pertama dan 30% jantan : 50% betina pada pemijahan berikutnya.
  • Aplikasi Sex Reversal Pada Ikan
Sex Reversal/teknologi sex reversal merupakan teknik pengubahan kelamin dari betina menjadi jantan atau sebaliknya melalui pemberian hormon dan teknik perendaman. Kalau yang diberikan hormon androgen ikan diarahkan untuk berkelamin jantan. Tetapi jika yang diberikan hormon estrogen jenis kelamin diarahkan menjadi betina. Jadi jika pembudidaya ingin menghasilkan ikan-ikan jantan maka proses sex reversal yang diterapkan di sini menggunakan hormon androgen.
Hormon androgen yang digunakan adalah 17-a Metiltestosteron (C20H30O2) hormon yang berwarna putih dan berbentuk serbuk halus (powder). Jumlah bahan yang dibutuhkan 20 mg/liter larutan perendam telur ikan tiap 300 butir telur ikan memerlukan 0,2 liter larutan. Cara membuat larutan perendaman yaitu melarutkan 10 mg hormon metiltestosteron dalam 0,5 ml alkohol 70%, lalu diencerkan dengan aquades destilata sebanyak 495 ml.
  • Proses Sex Reversal
  1. Induk jantan dan betina dipelihara dalam akuarium berbeda dengan diberi makan berupa larva Chironomus (cuk merah) atau kutu air.
  2. Pilihlah induk jantan dan betina yang telah matang (gonad) dan siap untuk dipijahkan.
  3. Siapkan pula akuarium untuk pemijahan selanjutnya masukkan ikan jantan dan tanaman yang bisa untuk tempat menempel sarang.
  4. Masukkan ikan betina ke dalam toples tempatkan ke dekat akuarium pemijahan yang telah berisi ikan jantan ini dimaksudkan untuk merangsang ikan jantan agar membuat sarang sekaligus menghindari perkelahian.
  5. Setelah ikan jantan membuat sarang tangkaplah ikan betina yang berada di dalam toples masukkan ke akuarium pemijahan untuk dipasangkan dengan jantan lalu tangkap kedua induk dan biarkan telur beserta sarangnya tetap berada di dalam akuarium pemijahan kemudian diaerasi.
  6. Sekitar 10 jam setelah pemijahan pisahkan telur dari sarang dengan cara menempatkan aerasi di bawahnya sehingga telur terpisah dan tenggelam di dasar akuarium.
  7. Setelah embrio mencapai stadium bintik mata (sekitar 10-30 jam tergantung temperatur) lakukan perendaman dalam larutan hormon yang telah dibuat selama 24 jam sambil tetap diaerasi.
  8. Pisahkan embrio dari larutan hormon kalau perendaman selesai tetaskan di akuarium penetasan
  9. Burayak yang menetas dipelihara dan dibesarkan hingga siap dijual.
Menurut Gusrina (2008) keuntungan sex reversal dijabarkan sebagai berikut :


  1. Mendapatkan ikan dengan pertumbuhan yang cepat Pada beberapa jenis ikan konsumsi ada beberapa jenis ikan dimana pertumbuhan ikan jantan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dari pada ikan betina, misalnya ikan nila tetapi pada jenis ikan lainnya yaitu ikan mas pertumbuhan ikan betinanya justru lebih cepat dibandingkan dengan ikan jantan. Oleh karena itu bagi para pembudidaya yang akan memelihara jenis ikan tersebut dengan menggunakan populasi tunggal kelamin akan lebih menguntungkan daripada menggnakan populasi dua kelamin.
  2. Mencegah pemijahan liar dalam kegiatan budidaya ikan jika memelihara ikan jantan dan betina dalam satu wadah budidaya maka tidak menutup kemungkinan ikan tersebut pada saat matang gonad akan melakukan pemijahan yang tidak diinginkan pada beberapa jenis ikan yang memijahnya sepanjang masa seperti ikan nila, ikan mas, dll.
  3. Mendapatkan penampilan yang baik hampir semua jenis ikan yang berkelamin jantan mempunyai warna tubuh yang lebih indah dibandingkan dengan ikan bentinanya. Oleh karena itu jika yang dipelihara pada ikan hias adalah ikan jantan maka akan diperoleh hasil yang lebih menguntungkan karena nilai jualnya lebih mahal.
  4. Menunjang genetika ikan yaitu teknik pemurnian ras ikan pada kegiatan rekayasa genetika misalnya ginogenesis akan diperoleh induk ikan yang mempunyai jalur murni. Induk ikan yang jalur murni ini akan mempunyai gen yang homozigot sehingga untuk melakukan perkawinan pada induk yang homozigot tanpa mempengaruhi karakter jenis kelamin ikan tersebut dilakukan aplikasi seks reversal pada induk galur murni sehingga pemurnian gen itu masih tetap bertahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar