Kamis, 23 November 2017

POTENSI DAN DISTRIBUSI IKAN BANDENG

POTENSI DAN DISTRIBUSI IKAN BANDENG


POTENSI DAN DISTRIBUSI IKAN BANDENG

Potensi budi daya bandeng di Indonesia masih sangat luas. Jika melihat luas area hutan mangrove yang ada, luasan yang dapat digunakan untuk kegiatan budi daya tambak bandeng diperkirakan ada sekitar 1.224.000 ha. Dari jumlah tersebut, sekitar 453.000 ha telah dijadikan lahan tambak untuk budi daya bandeng dan udang (Dirjen PerikananBudi daya, 2008). Selama periode 2002—2007, area tambak bandeng dilaporkan bertambah dengan laju 5% per tahun. Pada periode tahun yang sama, produksi bandeng juga telah mengalami kenaikan sebesar 3,7% per tahun. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 1.
Produksi dan Distribusi Pertambakan Bandeng
Distribusi luas lahan pertambakan sebagian besar terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan (93.960 ha), Jawa Barat (53.640 ha), Kalimantan Timur (51.960 ha), Jawa Timur (51.610 ha), Nanggroe Aceh Darussalam (34.080 ha), Jawa Tengah (32.680 ha), Sumatera Selatan (28.900 ha), dan Lampung (21.600 ha).
Pada akhir tahun 1980-an, untuk pertama kalinya pembenihan bandeng telah berhasil dilakukan oleh salah satu instansi pemerintah yang berlokasi di Gondol–Bali. Oleh karena bandeng sudah bisa dihasilkan dari pembenihan, saat ini sudah banyak berdiri hatchery yang khusus menghasilkan benih bandeng. Dengan demikian, sebagian besar benih bandeng tidak lagi diperoleh dari alam. Selain itu, efisiensi budi daya juga menjadi tuntutan utama sebagai upaya peningkatan produktivitas tambak yang tentunya bisa meningkatkan pendapatan petambak. (Sumber: Buku Panen Bandeng 50 Hari).
Bandeng merupakan salah satu jenis ikan budidaya air payau (tambak) yang sekaligus juga merupakan bahan konsumsi masyarakat luas, sehingga mempunyai prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan di Indonesia. Bandeng mempunyai toleransi salinitas yang tinggi (euryhalien) sehingga dapat dibudidayakan ditambak yang berair payau. Sifat euryhalien ini memungkinkan daerah pemeliharaannya tidak terbatas pada tambak pantai (tambak yang berjarak 0,5-1 km dari garis pantai), tetapi juga dapat dibudidayakan di tambak darat (tambak yang berjarak lebih dari 1,5 km dari garis pantai yang mana salinitasnya lebih rendah dari tambak pantai. Selain bersifat euryhalien, ikan bandeng juga tahan terhadap temperatur yang tinggi sehingga coook di budidayakan di Indonesia. Keadaan lain yang menguntungkan adalah tidak adanya musim dingin di Indonesia, sehingga pengusahaannya dapat berlangsung sepanjang tahun.

Penyebaran ikan bandeng begitu luas, bahkan hampir setiap pantai di Indonesia terdapat benih bandeng (nener). Penyebaran bandeng di Indonesia meliputi daerah-daerah pantai di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali serta Pulau Buru. Di pulau Jawa, nener sering ditangkap di pantai Banten, Jakarta, Cirebon, Semarang, Gresik dan Surabaya.

Dalam usaha budidaya bandeng, pengetahuan yang mendalam para petani tambak terhadap faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi sangat penting. Jenis-jenis faktor produksi dan seberapa besar pengaruh faktor-faktor produksi tersebut terhadap hasil produksi, mutlak harus diketahui agar kegiatan budidaya memperoleh hasil yang menguntungkan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan suatu perhitungan biaya produksi dan perkiraan pendapatan yang akan diperoleh dari budidaya bandeng sehingga dapat diketahui apakah budidaya bandeng tersebut menguntungkan atau tidak dan berapa lama biaya investasi dapat di kembalikan.

Analisis yang digunakan untuk menguji kelayakan usaha budidaya bandeng dalam penelitian ini dilakukan karena setiap kegiatan usaha pasti akan mengandung resiko, baik resiko terhadap komoditas maupun resiko keuangan. Analisis kelayakan dilakukan untuk memperkecil resiko investasi dan sekaligus membantu dalam mengambil keputusan investasi secara tepat.

Sebagai ikan laut, bandeng tersebar mulai dari pantai Afrika timur sampai ke Kepulauan Tuamotu sebelah timur Tahita, dan dari Jepang selatan sampai Australia utara. Sifat yang menyolok dari ikan bandeng ialah sifat euryhallien, yaitu tahan terhadap perubahan yang besar dalam hal salinitas air, hal ini membuat bandeng dapat dipelihara dalam tambak air payau. Meskipun kadar garam dalam tambak air payau sering turun-naik, kehidupan sehari-hari ikan bandeng tidak terpengaruh.

Dalam mencari makan, ikan bandeng mengais ganggang biru yang tumbuh menempel di dasar, kalau sudah terangkat dan mengapung dekat permukaan air oleh gelembung-gelembung oksigen hasil proses fotosintesis mereka.

Pembiakan induk bandeng terjadi di dekat pantai yang airnya jernih, sedalam 40-50 meter, menghasilkan telur sebesar 1,2 mm mengapung di bawah permukaan air. Pelepasan telur terjadi pada waktu malam hari di tempat sejauh 5-7 mil laut dari pantai. Telur bandeng menetas dalam waktu 24 jam, menjadi nener selembut 5 mm. Sambil tumbuh lebih lanjut, nener itu terbawa oleh air mendekati pantai, kemudian ditangkap oleh para penyeser. Dalam bentuk nener inilah ikan bandeng ditebarkan dan dipelihara dalam tambak hingga sampai dapat dipanen kelak.

Di kalangan pertanian, istilah budidaya digunakan bagi kegiatan usaha produksi suatu komoditi. Istilah budidaya merupakan padanan bagi istilah culture (bahasa Inggris), misalnya fish culture, yang mengusahakan ternak ikan dikolam; marine culture, yang mengusahakan hasil laut.

Dalam usaha budidaya bandeng, para petani tambak akan mengalami beberapa tahapan kegiatan sejak dari persiapan tambak sampai dengan pemanenan hasil. Adapun tahapan-tahapan dalam budidaya bandeng pada umumnya adalah:
1.           Perbaikan Pematang dan Saluran.
2.           Perdalaman dan Perataan Dasar Pelataran Tengah.
3.           Pengeringan Dasar Tambak.
4.           Pemupukan dan Pemberantasan Hama.
5.           Penyiapan dan Penebaran Benih Bandeng (nener).
6.           Pemungutan Hasil.


Perbaikan Pematang dan Saluran

Perbaikan pematang dan saluran lazimnya dilakukan bersamaan atau beruntun saling susul-menyusul. Parit keliling dan saluran pembagi air yang mendangkal karena timbunan lumpur dari tempat lain, dikeduk agar normal kembali sedalam ukuran yang telah ditetapkan sebelumnya.Tanah hasil kedukan ini diteplokkan pada sisi pematang yang sementara itu mungkin juga sudah longsor karena terkikis tanahnya sebagian dan memperdangkal parit keliling atau saluran pembagi air di dekatnya.

Perdalaman dan Perataan Dasar Pelataran Tengah

Perdalaman dan perataan dasar pelataran tengah perlu dilakukan karena selama periode masa pemeliharaan sebelumnya, petakan tambak sudah menerima endapan lumpur yang terbawa oleh air masuk. Agar kedalaman air selama masa pemeliharaan berikutnya tetap normal sebagaimana yang dikehendaki, endapan lumpur dipelataran tengah ini perlu dikeruk juga. Kalau dilakukan setiap musim kemarau, petakan tambak yang bersangkutan pasti tidak begitu banyak tertimbun lumpur, sehingga penyiapannya tidak akan terasa begitu berat seperti pada pengerukan parit keliling. Perataan tanah bertujuan untuk menciptakan pelataran atau ladang pertamanan dibawah permukaan air bagi klekap yang hanya mau tumbuh subur bila berada dalam air yang rata-rata kedalamannya 40 centimeter.

Pengeringan Dasar Tambak

Pengeringan dasar tambak bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, seperti yang dilakukan di kalangan pertanian mutlak diperlukan agar kemampuan tanah untuk menghasilkan ganggang biru yang membentuk klekap dapat senantiasa dipertahankan. Tanah tambak yang terus-menerus terendam air, semakin lama semakin anaerob, sehingga proses mineralisasi bahan organik yang memerlukan suasana anaerob terhambat jalannya, padahal hasil mineralisasi berupa mineral ini diperlukan oleh ganggang-ganggang biru klekap.

Pemupukan dan Pemberantasan Hama

Pemupukan tambak sebenarnya sudah lama dikenal serta dilakukan oleh para petani tambak. Para petani produsen memupuk tambak dengan tujuan menyuburkan pertumbuhan klekap. Klekap tumbuh pada dasar tambak, sehingga pemupukan juga pada tanah ini. Pada umumnya para petani tambak menggunakan jenis pupuk yang biasanya dipergunakan dikalangan pertanian seperti pupuk kandang, kompos, guano. Di daerah tambak yang banyak ditumbuhi pohon bakau, orang memanfaatkan daun bakau, rumput-rumputan dari pematang sebagai pupuk hijau. Daun-daunan itu digundukkan di beberapa tempat, dengan puncaknya tetap di atas permukaan air agar pelan-pelan mengalami proses pembusukkan. Jumlah pupuk yang diperlukan bagi tiap hektar tambak sekitar 2000 kg, sehingga pengadaannya akan merepotkan para petani produsen dan akhirnya sering tidak dipergunakan, Pemupukan, tambak lebih sering menggunakan pupuk anorganik, yaitu campuran pupuk urea dan triple super phosphat (TSP) dengan perbandingan 2:1.

Agar petani produsen budidaya tambak berhasil dalam usahanya, penanggulangan hama harus dilakukan. Hama yang diprioritaskan penanggulangannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yakni: 1) Hama pengganggu, hama jenis ini merusak lingkungan tambak, seperti membuat pematang bocor dan merusak pintu air. Hama yang sering menggangu antara lain bangsa ketam, remis penggerek dan udang tanah. 2) Hama penyaing, jenis hama penyaing (competitor) ini dapat menyaingi bandeng dalam berebut makan maupun kandungan oksigen dalam tambak, Yang termasuk hama ini adalah siput, ikan liar dan ketam-ketaman. 3) Hama pemangsa, hama pemangsa sangat merugikan, karena hama ini langsung memangsa bandeng di dalam tambak. Yang termasuk hama pemangsa adalah ikan buas (payus) dan kakap.

Cara penanggulangan dan pemberantasan hama tambak dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu: 1) Pemberantasan secara mekanis, yaitu pemberantasan dilakukan bersamaan dengan pengeringan, Setelah tambak kering, hama kemudian dibunuh. 2) Pemberantasan secara kimiawi, yaitu pemberantasan dengan menggunakan racun nabati atau pestisida.

Penyiapan dan Penebaran Benih Bandeng (nener)

Sukses tidaknya pengusahaan tambak tergantung juga pada penyediaan nener waktu musim tanam yaitu musim labuhan bulan Oktober-November, dan kemudian disusul dengan penebaran susulan dalam musim mareng bulan Mei tahun berikutnya. Penangkapan nener dilakukan didaerah pantai yang berpasir, landai dan berair jernih. Penebaran nener dilakukan pada petak peneneran yang airnya jelas payau, tidak terlalu tinggi salinitasnya. Salinitas antara 15% - 20% adalah kondisi salinitas yang optimum. Penebaran dilakukan pagi-pagi benar atau kalau tidak dilakukan sore hari, setelah suhu udara sejuk kembali. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah agar perbedaan suhu air pengangkutan dan air tambak tidak terlalu besar, karena nener tidak mampu menyesuaikan diri jika perbedaan suhu keduanya terlalu mencolok.

Pemungutan Hasil

Ikan bandeng biasa membentuk suatu kelompok dengan dipimpin oleh seekor bandeng di depan. Salah satu sifat bandeng yang telah dewasa adalah keinginannya yang kuat untuk meloloskan diri dari tambak. Hal ini bukan terjadi karena perbedaan kadar garam atau oksigen, akan tetapi karena naluri berupaya kembali ke laut setelah dewasa untuk berkembang biak. Setelah bandeng menampakkan tanda-tanda ingin kembali ke laut, segera dimasukkan ke petakan tambak pada waktu air pasang. Hal ini menjadikan bandeng-bandeng tersebut untuk berenang mendekati pintu air. Bandeng-bandeng akan berjam-jam berenang berhenti dalam arus air laut ini. Sifat bandeng yang demikian dimanfaatkan para petani produsen untuk memungut hasil, Pemungutan hasil dengan cara demikian dinamakan cara nyerang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar