Kamis, 30 Maret 2017

PEMBESARAN IKAN LELE

PEMBESARAN IKAN LELE

Pelaksanaannya
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi :
a.       Persiapan kolam tembok
l Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat sepaya tidak ada kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).
l Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan).
l Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur yang lebih banyak, juga sebaliknya. Pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk mermberantas hama dan penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam.
l Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4NO3 15 gram/m2.
l Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air di pasang penyaring.
l Kemudian dilakukan pengisian air kolam.
l Kolam dibiarkan selama + 7 hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makan alami.
b.       Persiapan kolam tembok
Persiapan kolamtembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat permanen.

c.        Penebaran benih
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih dicuci hamakan dahulu dengan merendamnya di dalam larutan KM5N04 (kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.
d.                   Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih.benih yang sudah teraklimatisasi akan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakukan tersebut dilaksanakan diatas pemukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm. Pemberian pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5 % perhari dari berat total ikan yang di tebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali perhari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat di buat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.


e.       Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200-250 gram per ekor dengan panjang 15-20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudh ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan

                                                                             
Gambar 4. Benih ikan lele paralon/bambu diletakkan di dasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk ke dalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan di tangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa di pasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk di pasarkan.
Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.


PENGELOLAAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN


Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering di hadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiphthirius sp.,Trichodina sp., Monogenea sp., dan Dacthylogyrus sp.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisisan tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disinfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.
Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
l Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang tambak lebih parah sebaiknya dimusnahkan.
l Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
l Kolam yang sudah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.
l Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
l Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
l Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
l Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik.
l Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
l Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.
ANALISA USAHA
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik

1.   Investasi
a. Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,-                    = Rp  1.000.000,-
b. Bak kayu lapi plastik 3 unit @ Rp 500.000,-           = Rp  1.500.000,-
c. Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,-       = Rp     750.000,-
2.   Biaya Tetap
a. penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn                   = Rp  1.000.000,-
b.  Penyusutan bak kayu lapis plastik
Rp 1.500.000,-/2 thn                                                    = Rp     750.000,-
     c. Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn    = Rp     150.000,-
                                                                                                       Rp  1.900.000,-

1.   Biaya Variabel
a. Pakan 4800 kg @ Rp 3.700,-                    = Rp  17.000.000,-
b. benih ukuran 5-8 cm sebanyak
    25.263 ekor @ 80,-                                      = Rp   2.021.052,6
c. obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,-                            = Rp      300.000,-
d. alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,-                  = Rp      200.000,-
e. Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,-     = Rp   3.000.000,-
f. Lain-lain 12 bln @ Rp 100.000,-                               = Rp   1.200.000,-
2.                                                             Total Biaya
Biaya tetap + Biaya Variabel
= Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052.6
= Rp 26.181.052,6
3.   Produksi Lele Konsumsi
4800 kg x Rp 6.000/kg = Rp 28.800.000,-
4.   Pendapatan
Produksi – (Biaya tetap + Biaya variabel)
= Rp 28.800.000,- - (Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,6)
= Rp 2.418.947,37
5.   Break Event Point
Volume produksi  = 4.396,84 kg
Harga produksi = Rp 5.496,05
                                Rp 24.281.052,6


Diposkan oleh Munawaroh,SP.

Rabu, 29 Maret 2017

PEMBESARAN IKAN NILA

PEMBESARAN IKAN NILA

1. JENIS
Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Kelas                      : Osteichthyes
Sub-kelas              : Acanthoptherigii
Crdo                       : Percomorphi
Sub-ordo               : Percoidea
Famili                     : Cichlidae
Genus                     : Oreochromis
Spesies                   : Oreochromis niloticus.
Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino.

2.  PERSYARATAN LOKASI
a)  Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
b)  Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
c)   Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
d)  Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae.
e)   Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air
    arus deras.
f)   Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5.  Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
g)   Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 oC.
h)  Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.

3. PEDOMAN TEKNIS PEMBESARAN
3.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam
a.   Kolam pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.
b.   Kolam/tempat pemberokan
Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan kedalaman kolam.
2) Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat),  anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3) Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.

3.2 Pemeliharaan Pembesaran
Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas hamanya. Untuk mi dipergunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas, Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha. Pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di depan pintu air pemasukan agar bila diairi dapat tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2 ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3 hari agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 80- 100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari induk ikan.
1) Pemupukan
Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di tiap daerah.
Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk organik sebanyak 300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam.
 Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah. Han kelima air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm. Setelah sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan..
Urea dan TSP masing-masing sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil agar pupuk sedikit demi sedikit.
2) Pemberian Pakan
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.

4. HAMA DAN PENYAKIT
4.1. Hama
a) Bebeasan (Notonecta). Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
b) Ucrit (Larva cybister). Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
c) Ular. Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
d) Lingsang. Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
e) Burung. Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
4.2. Penyakit
a) Penyakit pada kulit. Gejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir. Pengendalian: (1) direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian. (2) direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.
b) Penyakit pada insang Gejala: tutup insang bengkak, Lembar insang pucat/keputihan. Pengendalian: sama dengan di atas.
c) Penyakit pada organ dalam Gejala: perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian: sama dengan di atas.

5. PANEN
Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus.


6. PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan nila dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
a) Penanganan ikan hidup. Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup.
b) Penanganan ikan segar Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya.
Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.

7. ANALISIS EKONOMI PEMBESARAN
Analisa Usaha Pembesaran
a) Biaya produksi
1. Sewa kolam Rp. 120.000,-
2. Benih ikan nila 4000 ekor, @ Rp.200,- Rp. 800.000,-
3. Pakan
-  Dedak 8 karung @ Rp.800,- Rp. 6.400,-
4. Obat dan pupuk
-  Kotoran ayam 4 karung, @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-
-  Urea dan TSP 10 kg, @ Rp.1.800,- Rp. 18.000,-
-  Kapur 30 kg, @ Rp. 1.200,- Rp. 36.000,-
5. Peralatan Rp. 100.000,-
6. Tenaga kerja 1 orang @ Rp. 7500,- Rp. 225.000,-
7. Biaya tak terduga 10% Rp. 133.340,-
Jumlah biaya produksi Rp.1.466.740,-
b) Pendapatan benih ikan 85%,4000 ekor @ Rp.700,- Rp.2.380.000,-
c) Keuntungan Rp. 913.260,-
d) Parameter kelayakan usaha

B/C ratio 1,62

Diposkan oleh Munawaroh,SP.

Senin, 27 Maret 2017

BUDIDAYAIKAN PATIN JAMABAL(Pangasius djambal)DI KOLAM

BUDIDAYAIKAN PATIN JAMABAL(Pangasius djambal)DI KOLAM



 I. PENDAHULUAN

 Ikan patin (pangasius sp.) yang terdapat di Indosia terdapat 14 spesies,namum tetap saja pangasianodon hypopthalmus yang berasal dari Thailand merupakan satu-satunya yang dibudidayakan di Indonesia
   Dalam rangka memanfaatkan keanekaragaman hayati ikan air tawar Indonesia,khususnya potensi spesies ikan patin lokal untuk budidaya, sejak tahun 1996 telah dilakukan penelitian kerja sama dengan Uni Eropa. dimana spesies ikan patin ini, pangasius djambal bleker, 1846 telah menjadi calon komoditi budidaya baru karna potensi ukurannya yang besar ( bisa mencapai lebih dari 20 kg/ekor ). Penyebaran geografisnya yang luas serta popularitasnya diantara konsumen jenis ini di Sumatra dan pulau-pulau lain di Indonesia. Evaluasi budidaya secara teknis menunjukan banyak keunggulan yang bernilai lebih bagi aquaculture. Sedangkan sosialisasi pembudidayaan jenis ini telah dilakukan pada tahun 1997. 
  Dewasa ini apabila diperhatikan sudah banyak restoran yang menyajikan menu makanan utama berupa ikan patin bakar/goreng. Untuk memenuhi kebutuhan pasokan ikan tersebut tidak dapat hanya dipenuhi dari hasil tangkapan diperairan umum, sehingga perlu adanya pembudidayaan secara lebih intensif.
   Apabila ditinjau dari aspek pembudidayaan, teknologi budidaya ikan patin relatif telah dikuasai. Ketersediaan benih yang semula dianggap sebagai kendal, namun sekarang telah banyak pembenih baik perorangan maupun perusahaan yang berhasil memproduksi benih ikan patin.
  Beberapa keunggulan komparatif budidaya ikan patin adalah bahwa ikan patin ukuran indifidunya cukup besar, pemakan segalanya dan dapat bertoleransi terhadap kondisi perairan yang kurang menguntungkan karena kondosi oksigen (02) terlarut relatif lebih rendah serta dapat beroleransi PH air lingkungan yang ber pH 3-4. Demikian juga ikan patin mau mengkonsumsi makanan buatan atau pakan yang beredar di pasaran sebagai makanannya.

II.PENGENALAN JENIS

A.Sistematika dan Klasifikasi 
  Ikan patin (pengasius Sp.) termasuk family pengasidae, yaitu jenis ikan yang memiliki lubang mulut kecil berpinggiran bola mata yang bebas, sirip punggung tambahan sangat kecil dan bersungut di hidung.
  Sesuai dengan klasifikasi, ikan patin jambal adalah sebagai berikut ;
 Phylum
 :
 Chordata
  Sub Phylum
 :
 Vetebrata
  Super Class
 :
 Pisces
 Class
 :
 Ostechtyes
 Sub Class
 :
 Actinophysi
 Marga 
 :
 Pangasius
 Jenis
 :
  pangasius hypoptermus

B.Habitat dan Tingkah Laku
  Ikan patin habitatnya di alam, hidup di perairan umum seperti di Kalimantan dan Sumatra Selatan.Jenis ikan ini termasuk ikan dasar dan biasanya banyak melakukan aktifitas di malam hari.Kebiasaan ikan ini suka bergelombol.Nafsu makan ikan akan terangsang (akan bertambah) apabila ikan-ikan tersebut bergelombol.
  Ikan patin biasanya memijah pada musim penghujan yang biasanya jatuh pada bulan november s/d maret.

C.Kebiasaan  Makan dan makannya
  Ikan patin berdasarkan kebiasaan makannya termasuk ikan pemakan segala (Omnivora) dan secara alama makannya terdiri dari serangga, biji-bijian, ikan rucah, udang-udangan dan moluska.

III.SUMBER AIR
  Sumber air untuk pemeliharaan ikan patin di kolam dapat di peroleh dari alam misalnya sungai, sumber bor dan air hujan, yang pasti air nya layak untuk kehidupan pembesaran. 
  Beberapa parameter kualitas air yang di perlukan untuk pembudidayaan ikan patin adalah:
No
PARAMETER
KANDUNGAN
1
Oksigen (O2)
3-6 ppm
2
Karbondioksida (C02)
9-20 ppm
3
pH
5-9
4
Alkalinitas
80-250
5
Suhu
28-30oc
 Sumber : Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1993

IV. BAHAN DAN SARANA
A.Konstruksi Kolam
  Ukuran kolam yang diperlukan untuk pembesaran ikan patin tergantung dari luas lahan yang tersedia. Demikian juga konstruksi kolam dapat terbuat dari tanah maupun dari konstruksi beton tergantung pemodalan yang ada. Namun pada tanah yang porous sebaiknya di buat kolam dengan konstruksi tembok.

  Berdasarkan pengalaman para pebudidaya, bentuk ideal untuk kolam pemeliharaan ikan patin berupa kolam tanah adalah empat persegi panjang dengan ukuran luas lebih besar dari 50 M2. Kedalaman kolam berkisar antara 0,5 - 1,5 m. Kemiringan dasar kolam dari permukaan kepembuangan 0,5%, tinngi pematang 1-1,5 M. 
  Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit/kemalir yang memanjang dari arah pemasukan air kearah pengeluaran air ( monik). Ukuran parit memiliki lebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm. 
  Sebagaimana pada pemeliharaan ikan nila dan emas, maka kolam pemeliharaan ikan patin juga memerlukan pintu pemasukan dan pengeluaran air yang bentuk dan spesifikasinya kurang lebih sama. Untuk kolam yang sederhana pintu pemasukan dan pengeluaran air bahan nya terbuat dari bambu atau paralon. Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasangi saringan yang terbuat dari kawat atau anyaman bambu untuk mencegah agar ikan tidak lolos. 
  Untuk kolam yang lebih intensif, sebaiknya pintu pengeluaran air dibuat dengan sistem siphon atau monik dengan maksud agar air yang keluar dari kolam adalah air yang berasal dari bagian dasar kolam, yakni air yang mengandung sisa pakan, kotoran ikan dan air kotor. 
B. Sarana
  Jenis-jenis sarana budidaya yang diperlukan pada pembudidayaan ikan patin adalah : 
 a.
 Kapur

 kapur diperlukan untuk memberantas hama dan penyakit yang adapada kolan.Kapur dapatjuga menaikkan pH air kolam. Banyak nya kapur yang di berikan pada kolam tergantung pada keadaan kolam, biasanya berkisar antara 20-100 gram/m2.
 b.
 Pupuk

 pupuk di perlukan untuk mempercepat pertambahan makan alami di dalam kolam.Pupuk yang di perlukan/dipergunanakan adalah pupuk TSP sebanyak 22-25 gram/m2
 c.
 Benih

 pada pembesaran ikan patin, padat penebaran benih ikan patin dapat bervariasi berkisar antara 8-15 ekor permeter persegi dengan ukuran 3-6 inci per ekor atau 40-50 gram per ekor.
 d.
 Pakan

 makanan tambahan yang di berikan dapat berupa pellet (buatan pabrik) dengan kandungan protein berkisar 20-30 persen, atau pakan buatan sendiri bahan bakunya dari dedak 25 %, menir 50 %, tepung ikan 25 % (1:2:1).

   Jumlah makanan tambahan di berikan 2-3 persen dari berat total ikan per hari. Frekuensi pemberian makanan 2 (dua) kali sehari yaitu pagi hari dan sore hari.

V. TEKNIK PEMBUDIDAYAAN 
A.Persiapan kolam
  Pada persiapan kolam dilakukan antara lain ; 
  •  Pengolahan tanah dasar kolam meliputi pencankulan/pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Pematan kolam diperbaiki, menutupi bagian-bagian kolam yang bocor.
  • Memperbaiki parit/kemalir dan kubangan untuk tempat persiapan pemanenan.
  • Penaburan kapur pertanian dengan dosis antara 20-200 gram/meter persegi (tergantung keadaan kolam). Untuk kolam yang pH-nya rendah pemakaian kapur akan lebih banyak, juga sebaliknya. Tanah yang pH-nya sudah cukup baik pemberian kapur sekedar untuk membasmi hamadan penyakit yang mungkin ada di kolam.
  • Pemasangan saringan pada pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air untuk mencegah agar ikan tidak lolos/keluar.
  • Pengisian air dengan ketinggian 1-1,5 meter biarkan selama 1 (satu) minggu. 
  • Satu minggu setelah pengisian air, kemudian dilakukan pemupukan dengan TSP sebanyak 22 gram/meter persegi.
  • Satu minggu kemudian dilakukan penebaran benih.
B. Penebaran Benih
  Benih yang di besarkan di kolam sebaiknya berukuran  seragam 40-50 gram/ekor dengn padat penebaran 8-15 ekor/m2.
C. Pemberian Pakan
  Pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan adalah 2-3% dari berat total ikan perhari. Frekuensi pemberian pakan 2 (dua) kali sehari dengan waktu pemberian pagi dan sore hari.
D. Pencegahan Hama dan Penyakit 
  Untuk pencegahan hama dan penyakit sebaiknya benih ikan patin jambal yang akan ditebar dicucihamakan terlebih dulu dengan KMn04 atau PK ( Kalium Permanganat) dengan dosis 35 gram/m3 selama 24 jam atau dengan formalin dosis 25ppm selama 5-10 menit.

VI. PANEN
  Masa pemeliharaan ikan patin jambal dapat berfariasi tergantung dari ukuran awal benih yang ditebar dan berat ikan yang diinginkan serta permintaan pasar.
  Pengalaman pembudidayaan ikan menunjukkan untuk mencapai ukuran berat 1 (satu) kg/ekor dengan berat awal tebar 50 gram/ekor memerlukan waktu selama 7-12 bulan.
  Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu pemanenan secara bertahap dan total. Pada pemanenan bertahap dilakukan dengan cara menyurutkan air sedikit demi sedikit lalu memilih ikan-ikan yang siap untuk dipanen dan dapat di gunakan dengan jala. Setelah selesai pemanena lalu air di isikan kembali seperti semula. Sedangkan pada pemanenan total dilakukan dengan cara pengeringan kolam sehingga ikan mengumpul pada parit dan kubangan dengan demikian dengan mudah ditangkap menggunakan serok atau jaring.

  Sebaiknya ikan yang selesai di panen disimpan di tempat penampungan sementara sambil menunggu pengangkutan kepasar ikan.

Diposkan oleh Munawaroh,SP.