Selasa, 31 Oktober 2017

Makan ikan atau suplemen minyak ikan

Makan ikan atau suplemen minyak ikan

Banyaknya manfaat omega-3 terhadap kesehatan, mendorong berbagai perusahaan makanan menerapkan strategi bisnisnya untuk menarik konsumen dengan memfortifikasi omega 3 dalam produknya. Demikian juga, dengan makin maraknya perusahaan obat-obatan yang memproduksi suplemen minyak ikan. Minyak ikan mempunyai konsentrasi kandungan omega-3 yang lebih tinggi dibanding ikan utuh, sehingga dapat dijadikan pilihan alternatif khususnya bagi orang yang bermasalah untuk makan ikan atau orang yang memerlukan asupan omega-3 dalam jumlah banyak. Sebagai contoh, untuk memperoleh efek omega 3 dalam menurunkan konsentrasi triglyceride (lemak dalam darah), mengurangi resiko denyut jantung yang tidak normal dan mengoreksi depresi diperlukan asupan omega 3 dalam jumlah tertentu. Untuk memperoleh efek tersebut diatas, sebagian orang harus makan ikan setara 2 – 3 kali dengan 100 gram per sekali makan dalam sehari atau sekitar 6-9 gram minyak ikan per hari (rata rata 100 gram ikan mengandung minyak ikan sekitar 3 gram). Minyak ikan mempunyai pengaruh yang lebih cepat dibanding dengan makan ikan. Namun demikian, beberapa manfaat makan ikan terhadap beberapa penyakit tidak dapat diperoleh dengan mengkonsumsi minyak ikan. Bagi penderita tekanan darah tinggi misalnya, akan lebih berman-faat makan ikan daripada minyak ikan karena penurunan tekanan darah disebabkan oleh tingginya proporsi DHA dan EPA. Ikan lebih banyak mengandung DHA dan EPA dibandingkan minyak ikan.
Beberapa nutrisi dalam ikan seperti protein dengan asam aminonya, micronutrient, co-enzym Q10 tidak ditemukan dalam minyak ikan. Ikan juga mengandung faktor anti-oksidan yang melindungi asam lemak tak jenuh dari oksidasi sebelum dan sesudah proses pencernaan, sedangkan minyak ikan tidak mengandung anti-oksidan tersebut. Guna memperoleh asupan omega-3 berlebihan, menggunakan minyak ikan memang lebih praktis. Hanya saja, mengkonsumsi minyak ikan secara berlebihan akan mempunyai efek negatif terhadap kesehatan diantaranya adalah kecenderungan pendarahan, kecenderungan peningkatan kolesterol (tidak hanya kolesterol baik/HDL tetapi juga kolesterol jahat/LDL) khususnya untuk penderita diabetes dan penderita yang sedang menurunkan triglyceride.
Secara umum ikan tetap lebih bermanfaat dibandingkan minyak ikan, kecuali bagi orang tertentu yang mempunyai masalah makan ikan dan bagi orang yang memerlukan asupan omega-3 dalam jumlah besar. Bagi orang tersebut maka minyak ikan dapat dijadikan alternatif dalam menjaga kesehatan. Namun demikian, perlu adanya pengawasan medis yang ketat apabila minyak ikan tersebut digunakan dalam jumlah banyak. Secara keseluruhan protein, vitamin, mineral dan asam lemak omega-3 yang dikandung dalam ikan mempunyai peran dalam kesehatan tubuh manusia baik di bagian otak, mata, jantung, paru-paru, otot, pencernaan, kulit maupun persendian. Kandungan nutrisi ikan yang luar biasa tersebut, menyebabkan penting-nya ikan dalam diet diperluas dari diet untuk menyembuhkan penyakit menjadi diet untuk pencegahan penyakit. Jadi anda tak perlu lagi takut menya-jikan dan mengkonsumsi ikan. Mengkonsumsi ikan minimal 2 – 3 kali seminggu adalah pilihan yang bijaksa-na, karena anda telah melakukan pencegahan terhadap beberapa penyakit. Disamping itu, efek jangka panjangnya generasi yang akan datang diharapkan akan menjadi cerdas dan sehat. Dibandingkan dengan negara-negara lain, konsumsi ikan per kapita per tahun di Indonesia saat ini masih tergolong rendah, yaitu 19,14 kg. Hal ini sangat disayangkan, terutama mengingat betapa besar peranan gizi ikan bagi kesehatan. Untuk mengatasi masalah rendahnya konsumsi ikan laut akibat harganya yang relatif mahal, perlu upaya pengembangan ikan air tawar.  Sebagai bahan pangan, ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sangat baik dan prospektif. Keunggulan utama protein ikan dibandingkan dengan produk lainnya adalah kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna. Mengingat besarnya peranan gizi bagi kesehatan, ikan merupakan pilihan tepat untuk dietdimasa yang akan datang. Pada ikan lele karena kanibal bisa makan ikan atau temennya sendiri , tetapi kalau diberi makanan tambahan atau suplemen yang bisa untuk cemilan atau bisa kenyang seperti kita bikin sendiri tepung kedelai di campur dengan minyak ikan dan didiamkan selama 1 minggu bisa membusuk atau fermentasi , dan di campur sama tetes yang sudah dicairkan dengan air panas lalu didinginkan sampai dingin baru di taburkan ke kolam supanya tumbuh makanan tambahan,sehingga lele bisa tumbuh baik dan normal bisa berisi atau banyak dagingnya bahkan pertumbuhanya cepat 2 bulan bisa panen.

Ikan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu ikan air laut, air tawar, dan air payau atau tambak. Ikan yang hidup di air tawar dan air laut sangat banyak, sehingga dibedakan menjadi golongan yang dapat dikonsumsi dan ikan hias. Lingkungan hidup ikan air tawar adalah sungai, danau, kolam, sawah, atau rawa. Berbagai macam bahan gizi pakan ikan/makanan yang sangat penting bagi kebutuhan ikan. Ikan merupakan salah satu jenis organisme air sumber pangan bagi manusia yang banyak mengandung protein. Agar dapat dibudidayakan dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama maka dalam proses pembudidayaannya selain menggunakan pakan alami juga memberikan pakan buatan. Pakan buatan yang diberikan pada ikan harus mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan ikan tersebut. Saat ini dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan tentang nutrisi ikan maka pabrik pakan buatan ikan menyusun formulasi pakan sesuai dengan kebutuhan gizi setiap jenis ikan yang akan dibudidayakan. Oleh karena itu dalam bab ini akan dibahas beberapa subbab yang sangat mendukung dalam proses pembuatan pakan ikan yaitu pengetahuan tentang energi dan kandungan nutrien yang harus terdapat pada pakan ikan yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.Pengetahuan tentang zat gizi ini meliputi penggolongan nutrien dan tipe, struktur kimia, fungsi umum dan arti penting di dalam ilmu gizi hewan air. Nutrien atau kandungan zat gizi dalam bahan pakan di bagi menjadi enam bagian yaitu : energi, protein dan asam amino, lipid dan asam lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Kebutuhan zat gizi pakan ikan (tambak). Pada dasarnya kebutuhan zat gizi ikan sangat tergantung pada jenis serta tingkatan stadianya. Ikan pada  singkatan stadia dini (berusia muda)  umumnya  memerlukan komposisi pakan  dengan kandungan protein lebih tinggi dibandingkan dengan stadia lanjut (berusia dewasa) karena pada tingkat  stadia dini zat  makanan tersebut difungsikan untuk mempertahankan hidup dan juga untuk pertumbuhannya. Sifat fisik dan bentuk  pakan  yang  diberikan juga sangat  tergantung pada jenis ikan serta tingkatan stadia ikan yang dibudidayakan.  Jenis ikan yang hidup di dasar perairan, seperti udang dan lele, memerlukan pakan yang mudah tenggelam, sedangkan jenis ikan lainnya yang hidup di permukaan air memerlukan pakan yang dapat melayang serta tidak cepat tenggelam.  Dilihat dari bentuknya, ikan pada tingkatan stadia dini memerlukan pakan berbentuk tepung (powder) atau remah (crumble), sedangkan pada tingkatan stadia lanjut berbentuk pelet.

Diposkan oleh Munawaroh,S.P.

Senin, 30 Oktober 2017

KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI UDANG VANAME

KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI UDANG VANAME







§  Klasifikasi
Klasifikasi udang putih atau Udang Vaname menurut (Effendie, 1997) adalah sebagai berikut :
Kingdom ` : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
§  Morfologi
Umumnya tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas dibagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing. Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau carapace bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum (Kordi, G. 2007).
Menurut Haliman dan Adijaya (2004) udang putih memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) secara periodik (moulting) Pada bagian kepala udang putih terdiri dari antena antenula dan 3 pasang maxilliped. Kepala udang putih juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (periopoda). Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas yang berbentuk capit (dactylus) ada pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas pada bagian abdomen terdapat 5 pasang (pleopoda) kaki renang dan sepasang uropods (ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Udang juga mengalami moulting pada saat bulan purnama atau bulan mati (moulting secara normal) dan moulting pada saat mengalami stes yang diakibatkan oleh lingkungan dan penyakit (Suyanto dan Mujiman, 2003).
§  Habitat dan Penyebaran
Lingkungan hidup optimal yang menunjang pertumbuhan dan sintasan atau kelangsungan hidup yaitu salinitas 0,1-25 ppt (tumbuh dengan baik 10-30 ppt, ideal 15-25 ppt) dan suhu 12-31°C baik pada 24-34°C dan ideal pada 28-31°C). Di beberapa negara Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Cina, udang vaname juga dipelihara di lingkungan tawar dan menunjukkan perbedaan produktivitas yang tidak signifikan dengan yang dipelihara dihabitatnya (Kordi,K, 2009). Udang vaname juga merupakan organisme laut yang menghabiskan siklus hidupnya di muara air payau (Clay dan Navin, 2002 dalam Wibisono 2011).
Menurut Kordi.G, (2012) Udang Vaname (L. vannamei) adalah salah satu spesies udang unggul yang sejak tahun 2002 mulai dikulturkan di tambak-tambak di Indonesia. Udang yang biasa disebut pacific white shrimp atau rostris ini berasal dari perairan Amerika dan hawai dan sukses dikembangkan diberbagai negara di Asia seperti Cina, Thailand, Vietnam dan Taiwan. Secara ekolologis udang vaname mempunyai siklus hidup identik dengan udang windu yaitu melepaskan telur di tengah laut kemudian terbawa arus dan gelombang menuju pesisir menetas menjadi nauplius seterusnya menjadi stadium zoea, mysis, postlarva, dan juvenil. Pada stadium juvenil telah tiba di daerah pesisir selanjutnya kembali ke tengah laut untuk proses pendewasaan telur.
§  Moulting (Pergantian Kulit)
Proses moulting ini menghasilkan peningkatan ukuran tubuh (pertumbuhan) secara berkala ketika moulting tubuh udang menyerap air dan bertambah besar kemudian terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit luarnya keras ukuran tubuh udang tetap sampai pada siklus moulting berikutnya. Genus Penaeid termasuk udang putih mengalami pergantian kulit atau moulting secara periodik untuk tumbuh. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan moulting tergantung jenis dan umur udang. Pada saat udang masih kecil (fase tebar atau PL 12) proses moulting terjadi setiap hari. Dengan bertambahnya umur siklus moulting semakin lama antara 7 – 20 hari sekali. Nafsu makan udang mulai menurun pada 1–2 hari sebelum moulting dan aktivitas makannya berhenti total sesaat akan moulting. Persiapan yang dilakukan udang putih sebelum mengalami moulting yaitu dengan menyimpan cadangan makanan berupa lemak di dalam kelenjar pencernaan (hepatopancreas) (Kordi K, 2007).
Sistem Pencernaan
Makanannya berupa bangkai atau tumbuhan dan hewan lain. Alat pencernaan makanannya terdiri atas tiga bagian, yaitu : tembolok, lambung otot, dan lambung kelenjar.
Di dalam perut Crustacea terdapat gigi-gigi kalsium yang teratur berderet secara longitudinal. Selain gigi kalsium ini terdapat pula batu-batu kalsium gastrolik yang berfungsi mengeraskan eksoskeleton (rangka luar) setelah terjadi eksdisis (penegelupasan kulit). Urutan pencernaan makanannya dimulai dari mulut, kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan anus. Hati (hepar) terletak di dekat lambung. Sisa-sisa metabolisme tubuh diekskresikan lewat kelenjar hijau.
Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah Crustacea disebut sistem peredaran darah terbuka, karena beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darahnya tidak mengandung hemoglobin (Hb) melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap oksigen rendah.
Sistem Respirasi
Hewan-hewan Crustacea bernapas dengan insang yang melekat pada anggota tubuhnya. O2 masuk dari air ke pembuluh insang, sedangkan CO2 berdifusi dengan arah berlawanan. O2 ini akan diedarkan ke seluruh tubuh tanpa melalui pembuluh darah.
Sistem Syaraf
Sistem saraf Crustacea disebut sebagai sistem saraf tangga tali, dimana ganglion kepala (otak) terhubung dengan antena (indraperaba), mata (indra penglihatan), dan statosista (indra keseimbangan).
Sistem Reproduksi
Golongan hewan ini bersifat diesis (ada jantan dan betina) dan pembuhan berlangsung di dalam tubuh betina (fertilisasi internal). Telur menetas menjadi larva yang sangat kecil, berkaki tiga pasang dan bersilia. Untuk dapat menjadi dewasa, larva hewan akan mengalami pergantian kulit (ekdisis) berkali-kali.

Diposkan oleh Munawaroh,S.p.

Kamis, 26 Oktober 2017

KERAMBA JARING APUNG (KJA)

KERAMBA JARING APUNG (KJA)







Keramba Jaring Apung (KJA) dapat dibuat dalam berbagai ukuran desain dan bahan tergantung pada kemudahan penanganan daya tahan bahan baku harga dan faktor lainnya. Jaring atau wadah untuk pemeliharaan ikan tawar dibuat dari bahan polietilen. Bentuk dan ukuran bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan, serta faktor kemudahan dalam pengelolaan. Konstruksi wadah jaring terapung terdiri dari beberapa bagian, antara lain :
1.  Kerangka Keramba Jaring Apung
Kerangka (bingkai) jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk kerangka, sebaiknya disesuai-kan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari bahan tersebut. Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun. Sesudah 1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali. Jika akan memakai besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/angka waktu pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun. Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan bambu sebagai bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah juga ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak. Bambu yang digunakan untuk kerangka sebaiknya mempunyai garis tengah 5–7 cm di bagian pangkalnya, dan bagian ujungnya berukuran antara 3–5 cm. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu tali. Ada juga jenis bambu gombong yang mempunyai diameter 12 -15 cm tetapi jenis bambu ini kurang baik digunakan untuk kerangka karena cepat lapuk. Ukuran kerangka jaring terapung berkisar antara 5×5 meter sampai 10×10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan cirata pada umumnya menggunakan kerangka dari bambu dengan ukuran 7×7 meter. Kerangka dari jaring apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak/kantong tetapi satu unit. Satu unit jaring terapung terdiri dari empat buah petak/kantong.
2.  Pelampung Keramba Jaring Apung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/jaring terapung bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau plastik) yang berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian. Jika akan menggunakan pelampung dari drum maka drum harus terlebih dahulu dicat dengan menggunakan cat yang mengandung bahan anti karat. Jumlah pelampung yang akan digunakan disesuaikan dengan besarnya kerangka jaring apung yang akan dibuat. Jaring terapung berukuran 7×7 meter, dalam satu unit jaring terapung membutuhkan pelampung antara 33–35 buah.
3.  Pengikat Keramba Jaring Apung
Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat seperti tambang plastik, kawat ukuran 5 mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung atau jaring.
4.  Jangkar keramba jaring apung
Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang. Jangkar terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali pemberat/tali jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter sekitar 10 mm – 15 mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat petak/kantong adalah sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada masing-masing sudut dari kerangka jaring terapung. Berat jangkar berkisar antara 50 – 75 kg.
5.  Jaring Keramba Jaring Apung
Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan di perairan umum biasanya terbuat dari bahan polyethylene atau disebut jaring trawl. Ukuran mata jaring yang digunakan tergantung dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. Kantong jaring terapung ini mempunyai ukuran bervariasi disesuaikan dengan jenis ikan yang dibudidayakan, untuk ikan air laut ukuran kantong jaring yang biasa digunakan berukuran mulai 2x2x2 m sampai 5x5x5 m. Sedangkan untuk jenis ikan air tawar berkisar antara 3x3x3 m sampai 7x7x2,5 m. Untuk mengurangi resiko kebocoran akibat gigitan binatang lain biasanya kantong jaring terapung dipasang rangkap (doubel) yaitu kantong jaring luar dan kantong jaring dalam. Ukuran jaring bagian luar biasanya mempunyai mata jaring (mesh size) yang lebih besar. Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :
1.  Jaring polyethylene no. 380 D/9 dengan ukuran mata jaring (mesh size) sebesar 2 inch (5,08 cm) yang dipergunakan sebagai kantong jaring luar.
2.  Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch (2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm) dipergunakan sebagai kantong jaring dalam.
Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1 inch biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil. Di perairan umum khususnya dalam budidaya ikan di jaring terapung ukuran jaring yang digunakan adalah ukuran ¾-1 inch. Kantong jaring yang digunakan untuk memelihara ikan dapat diperoleh dengan membeli jaring utuh. Dalam hal ini biasanya jaring trawl dijual dipasaran berupa lembaran atau gulungan. Langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat kantong jaring adalah membuat desain/rancangan kantong jaring yang akan dipergunakan. Ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan berkisar antara 2×2 m sampai dengan 10×10 m. Setelah ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan, misalnya akan dibuat kantong jaring dengan ukuran 7x7x2 m, langkah selanjutnya adalah memotong jaring. Untuk memotong jaring harus dilakukan dengan benar berdasarkan pada ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya saat terpasang di perairan. Menurut hasil penelitian, jaring dalam keadaan terpasang atau sudah berupa kantong jaring akan mengalami perenggangan atau mata jaring dalam keadaan tertarik/terbuka (”Hang In Ratio”).
Nilai ”Hang In Ratio” dalam membuat kantong jaring terapung adalah 30%. Adapun perhitungan yang digunakan untuk memotong jaring ada dua cara, yaitu : (1) menggunakan rumus tertentu dan (2) melakukan perhitungan cara di lapangan. Rumus berdasarkan ”Hang In Ratio” adalah sebagai berikut :
Keterangan :
S : Hang In Ratio
L : Panjang jaring sebelum Hang In atau dalam keadaan tertarik
i : Panjang tali ris
D : dalam kantong jaring (jumlah mata jaring dikalikan ukuran mata jaring dalam keadaan tertarik)
d : dalam kantong jaring sesudah Hang In
Contoh penggunaan rumus dalam menghitung jaring yang akan dipotong dengan ukuran 7x7x2 m adalah sebagai berikut :
Misalnya, kantong jaring yang akan dibuat 7x7x2 m dengan ukuran mata jaring (mesh size) 2 inch (5,08 cm). Diketahui Hang In Ratio (S) adalah 30% = 0,3, Panjang tali ris (i) = 4×7 m = 28 m.  Maka untuk mencari panjang jaring sebelum Hang In adalah :
Jadi panjang tiap sisi adalah 40 m : 4 = 10 m Jumlah mata jaring 10 m = 1000 cm : 5,08 cm = 197,04 mata jaring dibulatkan 197 mata jaring. Diketahui dalam jaring sesudah Hang In (d) adalah 2 m, maka dalam kantong jaring sebelum dipotong (D) adalah :
Jadi jumlah mata jaring 2,8 m = 280 cm : 5,08 cm = 55,1 mata jaring dibulatkan menjadi 55 mata jaring.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh ukuran lembaran jaring yang akan dipotong untuk kantong jaring berukuran 7x7x2 m adalah 197x197x55 mata jaring.
Sedangkan para petani ikan dilapangan biasanya menghitung jaring yang akan digunakan untuk membuat kantong jaring menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Misalnya kantong jaring yang akan dibuat berukuran 7x7x2 m dengan ukuran mata jaring (mesh size) 2 inch (5,08 cm). Berdasarkan hasil penelitian panjang jaring akan berkurang sebesar 30% dari semula. Maka secara praktis dilapangan diperhitungkan jumlah mata jaring dalam setiap meter adalah :
Jadi dalam satu meter jaring yang berukuran 1 inch terdapat 56 mata jaring, sehingga jika akan membuat jaring dengan ukuran 7x7x2 m, jumlah mata jaringnya adalah 392x392x112 mata jaring. Sedangkan ukuran mata jaring yang akan digunakan adalah 2 inch maka jumlah mata jaring yang akan dipotong adalah 196x196x56. Angka-angka ini diperoleh dari hasil perkalian antara ukuran kantong jaring dengan jumlah mata jaring. Berdasarkan hasil kedua perhitungan tersebut memperoleh nilai yang tidak jauh berbeda. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memindahkan pola yang telah dibuat langsung kejaring.
6.  Pemberat keramba jaring apung
Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu atau timah yang masing-masing beratnya antara 2–5 kg. Fungsi pemberat ini agar jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut kantong jaring terapung.
7.  Tali / tambang keramba jaring apung
Tali/tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai diameter 5–10 mm, sedangkan pada perairan laut tali/tambang yang digunakan terbuat dari nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.Tali/tambang ini dipergunakan sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang ini mempunyai istilah lain yang disebut dengan tali ris. Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung. Misalnya, kantong jaring terapung berukuran 7x7x2m maka tali risnya adalah 7×4 =28 m. Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring terapung adalah empat sisi. Khusus untuk tali ris pada bagian atas sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap sudut. Jadi tali risnya mempunyai panjang 28 m +( 4×0,5 m) = 30m. Hal ini untuk memudahkan dalam melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat melakukan budidaya ikan.


Diposkan oleh Munawaroh,S.P.

Rabu, 25 Oktober 2017

JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN

JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN



Penanganan serangan penyakit pada usaha budidaya ikan air tawar harus dilakukan diagnose sesegera mungkin dengan mengetahui penyebab penyakit baik penyakit pathogen maupun non pathogen (viral, jamur, bacterial, dan parasitik) sehingga tepat dalam tindakan pengobatan secara afektip dan efesien. jenis-jenis penyakit yang sering di temukan pada ikan adalah sebagai berikut :

1. Penyakit Infeksi (Menular)

Parasit
Penyakit yang disebabkan oleh parasit secara umum jarang mengakibatkan penyakit yang sporadis. Tetapi untuk intesitas penyerangan yang sangat tinggi dan areal yang terbatas dapat berakibat sporadis. Akibat dari penyakit yang disebabkan oleh parasit secara ekonomis cukup merugikan yaitu dapat menyebabkan kematian, menurunkan bobot, bentuk serta ketahanan tubuh ikan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai jalan masuk bagi infeksi sekunder oleh patogen lain seperti jamur, bakteri dan virus. Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini terdiri dari protozoa dan metazoa. Protozoa bersifat parasitik terhadap ikan dan jumlahnya lebih dari 2000 jenis. Salah satu jenis protozoa ang paling sering menjadi kendala dalam budidaya ikan adalah Ichthyophthirius multifiliis atau ich (penyakit bintik putih). Sifat serangannya sangat sporadis dan kematian yang diakibatkannya dapat mencapai 100 % populasi dalam tempo yang relatif singkat. Secara umum gejala ikan yang terserang protozoa adalah.

Ikan tampak pucat.
Nafsu makan kurang.
Gerakan lambat dan sering menggosok-gosokkan tubuhnya dinding kolam.
Pada infeksi lanjut ikan mangap-mangap dan meloncat-loncat ke permukaan air untuk mengambil oksigen.
Adanya bercak-bercak putih pada permukaan tubuh ikan.
Parasit dari golongan metazoa antara lain Monogenetic trematod (golongan cacing), cestoda, nematoda, Cepopoda (Argulus sp, Lernaea sp dan golongan Isopoda. Organ yang menjadi target serangan parasit ini adalah insang. Penularan terjadi secara horisontal terutama pada saat cacing dalam fase berenang bebas yang sangat infektif. Secara umum gejala dari serangan metazoa adalah :

Ikan tampak lemah.
Tidak nafsu makan.
Pertumbuhan lambat tingkah laku dan berenang tidak normal disertai produksi lendir yang berlebihan.
Ikan sering terlihat berkumpul disekitar air masuk karena kualitas dan kadar oksigen lebih tinggi.
Insang tampak pucat dan membengkak sehingga overculum terbuka.
Ikan sulit bernafas seperti gejala kekurangan oksigen.
Peradangan pada kulit akan mengakibatkan ikan menggoso-gosok badannya pada benda sekitar.
Badan kemerahan disekitar lokasi penempelan parasit.
Pada infeksi berat parasit ini kadang dapat terlihat dengan mata telanjang pada permukaan kulit ikan.
Jamur
Jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur bersifat infeksi sekunder semua jenis ikan air tawar termasuk telurnya rentan terhadap infeksi jamur. Jenis jamur yang sering menjadi kendala adalah dari famili saprolegniaceae. Beberapa faktor yang sering memicu terjadinya infeksi jamur adalah penanganan yang kurang baik (transportasi) sehingga menimbulkan luka pada tubuh ikan, kekurangan gizi, suhu dan oksigen terlarut yang rendah, bahan organik tinggi, kualitas telur buruk/tidak terbuahi dan padatnya telur pada kakaban. Penyakit ini menular terutama melalui spora di air. Gejala-gejalanya dapat dilihat secara klinis adanya benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal ikan.

Bakteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang paling banyak menyebabkan kegagalan pada budidaya ikan air tawar. Penyakit akibat infeksi bakterial masih sering terjadi dengan intensitas yang variatif. Umumnya pembudidaya masih mengandalakan antibiotik sebagai ” magic bullet” untuk melawan penyakit bakterial. Jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain adalah penyakit merah yang disebabkan oleh bakteri garam negatif (Aeromonas hydrophila), penyakit columnaris atau luka kulit, sirip dan insang yang disebabkan oleh infeksi bakteri Flavobacterium columnare, penyakit tubercolosis yang tergolong sangat kronis disebabkan oleh bakteri garam positif Mycobacterium spp. dan penyakit Streptococciasis yang disebabkan oleh bakteri garam positif Streptococcus spp.

Virus
Patogen virus juga menyebabkan penyakit pada budidaya ikan air tawar belum banyak diketahui penyakit yang disebabkan oleh virus di Indonesia kecuali penyakit Lymphocystis dan Koi Hervesvirus (KHV). Infeksi lymphoccystis hanya bersifat kronis dan bila menyerang ikan hias akan mengalami kerugian yang berarti karena merusak keindahan ikan. Sampai saat ini KHV merupakan penyakit yang paling serius dan sporadis terutama untuk komoditi ikan mas dan koi.

White Spot (Ich)
White spot atau dikenal juga sebagai penyakit “ich” merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit. Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan secara potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih disekujur tubuh dan juga sirip. Siklus hidup dan cara memperbanyak diri inang white spot yang bervariasi memegang peranan penting terhadap berjangkitnya penyakit tersebut. Siklus hidup white spot terdiri dari beberapa tahap, tahapan tersebut secara umum dapat dibagi dua yaitu tahapan infektif dan tahapan tidak infektif. Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk tahapan siklus infektif. Wujud dari “white spot” pada tahapan infektif ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit insang atau rongga mulut. Parasit ini hidup di lapisan dalam kulit berdekatan dengan lapisan basal lamina. Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bias dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan tumbuh dan membesar sehingga bisa mencapai 0.5 – 1 mm bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali.

Black Spot
Ikan yang menderita penyakit ini akan muncul titik hitam kecil pada tubuhnya secara umum penyakit ini mudah disembuhkan. Sering kali penyakit Black Spot terjadi pada akuarium baru saat ikan-ikan dimasukkan. Semua ikan berisiko terkena penyakit ini tetapi ikan Silver Dollar dan Piranha paling rentan.

2. Penyakit Non-Infeksi (Tidak Menular)

Penyakit Akibat Lingkungan
Faktor lingkungan dalam kegiatan budidaya ikan air tawar mempunyai pengaruh yang sangat tinggi. Lingkungan juga dapat mendatangkan penyakit dari kegiatan budidaya air tawar. Pengaruh dari penyakit yang diakibatkan oleh faktor lingkungan sering mengakibatkan kerugian yang serius karena kematian yang berlangsung sangat cepat dan tiba-tiba dan mematikan seluruh populasi ikan. Penyebabnya misalnya ada upwelling, keracunan akibat peledakan populasi plankton, keracunan pestisida/limbah industri, bahan kimia dan lainnya. Faktor lingkungan yang buruk akan menyebabkan ikan menjadi.

tercekik yaitu kekurangan oksigen yang umumnya terjadi menjelang pagi hari pada perairan yang punya populasi phytoplankton tinggi.
Keracunan nitrit yang sering disebut penyakit darah cokelat karena disebabkan oleh konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air yang berasal dari hasil metabolisma ikan.
Keracunan amoniak terjadi hampir sama dengan nitrit tetapi pada umunya karena pengaruh pemberian pakan yang berlebihan atau bahan organik sedangkan populasi bakteri pengurai tidak mencukupi yang sangat beracun adalah dalam bentuk NH3.
Fluktuasi air yang ekstrim dimana perubahan suhu air yang ekstrim akan merusak keseimbangan hormonoal dan fisiologis tubuh ikan dan pada umumnya ikan tidak mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan dan mengakibatkan ikan stress bahkan kematian.
Limbah pollutan yang terdiri dari logam-logam berat cukup berbahaya bagi ikan karena sifat racunnya yaitu Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr, Al dan Co juga dapat menyebabkan penyakit bagi ikan. Sifat dari masing-masing logam berat tersebut dapat meningkat apabila komposisi ion-ion di dalam air terdiri dari jenis-jenis ion yang sinergik. Selain komposisi ion, nilai PH juga berpengaruh terhadap tingkat kelarutan ion-ion loga. Bila kadarnya tinggi menyebabkan ikan-ikan stress dan bila terus meningkat dapat menyebabkan kematian.
Penyakit Malnutrisi
Pemberian pakan yang berlebihan/kekurangan dan tidak teratur juga dapat menyebabkan penyakit pada ikan. Penyakit karena malnutrisi jarang menunjukkan gejala spesifik sehingga agak sulit didiagnosa penyebab utamanya. Tetapi dalam pakan dapat mengakibatkan kelainan fungsi morfologis dan biologis seperti defisiensi asam pantothenic penyakit jaring insang ikan yang dapat menyebabkan ikan sulit bernafas yang diikuti dengan kematian, defisiensi vitamin A yang menyebabkan mata menonjol/buta dan terjadi pendarahan pada kulit juga ginjal, defisiensi vitamin B-1 yang menyebabkan kehilangan nafsu makan, pendarahan dan penyumbatan pembuluh darah, defisiensi asam lemak essensial yang berakibat infiltrasi lemak pada kulit dan minimnya pigmentasi pada tubuh ikan. Yang cukup berbahaya adalah karena defisiensi vitamin C yang merupakan penyakit yang umum terjadi dimana akibat yang paling populer adalah broken back syndrome seperti scoliosis dan lordosis

Penyakit Genetis
Salah satu penyebab penyakit yang kompleks pada kegiatan budidaya ikan air tawar karena adanya faktor genetik terutama karena adanya perkawinan satu keturunan (Inbreeding). Pemijahan inbreeding yang dilakukan secara terus-menerus akan menurunkan kualitas ikan berupa variasi genetik dalam tubuh ikan. Akibat dari pemijahan secara inbreeding adalah :

Pertumbuhan ikan lambat (bantet/kontet) dan ukuran beragam.
Lebih sensitif terhadap infeksi patogen.
Organ tubuh badan yang tidak sempurna serta kelainan lainnya.
Katarak
Bila mata ikan anda terdapat selaput abu-abu atau putih maka mungkin ikan anda mengidap katarak. Ada sejumlah perawatan yang khusus dibuat untuk katarak termasuk Aquatronics dan Eye Fungex. Kuncinya adalah memastikan level amonia dan nitrit pada batas yang dapat diterima. Karena katarak pada ikan terjadi karena pertumbuhan jamur maka meneteskan fungisida ke dalam akuarium akan sangat bermanfaat.

Diposkan oleh Munawaroh,

Selasa, 24 Oktober 2017

EKOSISTEM AIR TAWAR DAN LAUT

EKOSISTEM AIR TAWAR DAN LAUT





Pengertian dan definisi dari ekosistem air adalah ekosistem yang faktor lingkungannya eksternalnya yang didominasi oleh air sebagai habitat dari berbagai organisme air. Ekosistem air dapat dibedakan menjadi beberapa ekosistem yaitu :
§  Ekosistem Sungai (ekosistem air tawar)
Untuk dapat membedakan dengan ekosistem lainnya perlu diketahui Ciri-ciri ekosistem air tawar dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.  Salinitas (kadar garam) rendah, lebih rendah jika dibandingkan dengan sitoplasma.
2.  Variasi suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar.
3.  Penetrasi (masuknya) cahaya matahari terbatas/kurang.
4.  Ekosistem air tawar tetap dipengaruhin oleh iklim dan cuaca, meskipun pengaruh tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan ekosistem darat.
Berdasarkan gerak airnya ekosistem air tawar dapat dibedakan menjadi ekosistem lentik dan lotik.
Ekosistem Lentik adalah ekosistem yang airnya tenang atau diam misalnya danau, telaga dan rawa. Ekosistem air tenang ini mencakup beberapa ekosistem antara lain danau dan juga rawa. Untuk danau sendiri kembali dibagi ke dalam 4 wilayah yakni :
1.  Wilayah Litoral : Titik ini adalah wilayah danau yang dangkal dimana cahaya menembus kedalaman air secara optimal. Suhu airnya lumayan hangat sebab berdekatan dengan tepi danau pada wilayah ini diketemukan tumbuhan air dengan akar dimana bagian daunnya mencuat ke permukaan air.
2.  Wilayah Limnetik : Adalah wilayah danau yang agak jauh dari tepi danau namun airnya masih bisa ditembus oleh cahaya matahari wilayah danau yang satu ini banyak dihuni oleh fitoplankton juga ganggang dan cynobakteri.
3.  Wilayah Profundal : Merupakan wilayah danau dengan tingkat kedalaman yang tinggi dan biasa disebut wilayah afotik wilayah ini banyak dihuni cacing juga beragam jenis mikroba.
4.  Wilayah bentik. Daerah ini berada di titik paling dasar dari danau dan di tempat ini terdapat beragam bentos juga sisaorganisme-organisme yang telah mati.
Ekosistem Lotik adalah ekosistem yang airnya bergerak mengalir misalnya selokan, parit atau sungai. Ciri-ciri ekosistem lotik adalah airnya mengalir dan merupakan ekosistem terbuka dari kadar oksigen terlarut relatif tinggi. Aliran air dalam ekosistem lotik merupakan faktor pembatas bagi organisme yang ada di dalamnya artinya organisme yang tidak dapat melakukan adaptasi terhadap adanya aliran air akan tersingkir. Aliran ini juga dapat menjadi penentu jenis dan komposisi komponen biotik dalam ekosistem. Aliran air tergantung pada topografi besarnya sungai dan debit air yang mengalir misalnya jenis organisme di pinggir sungai berbeda dengan jenis organisme di dalam atau di dasar sungai. Ekosistem lotik tidak tetap melainkan berubah tergantung pada musim air sungai keruh dan banjir di musim hujan sedangkan di musim kemarau airnya kecil dan bahkan mengering. Keadaan ini merupakan suatu indikator adanya kerusakan ekosistem darat didaerah sungai. Sebagai suatu ekosistem terbuka ekosistem lotik memperoleh kiriman ebahan organik yang terbawa aliran air dari daerah hulu atau daratan misalnya berupa bangkai, sampah atau daun-daun yang gugur ke sungai. Meskipun dari ekosistem lotik itu sendiri hewan-hewan dapat memperoleh makanan beberapa hewan sungai ada yang memakan bahan organik yang terbawa aliran air. Jadi ekosistem lotik mendapat pengaruh yang besar dari ekosistem daratan.
Sebagai ekosistem yang aliran air memudahkan terjadinya persentuhan antara permukaan air yang luas dengan udara. Apalagi jika disepanjang ekosistem lotik terdapat jeram, riak-riak kecil dan air terjun. Keadaan yang demikian menyebabkan kadar oksigen terlarut relatif tinggi. Tingginya kadar oksigen memberikan kondisi pada hewan-hewan sungai untuk hidup dilingkungan yang cukup oksigen sehingga mereka menjadi peka terhadap kekurangan oksigen. Adanya bahan pencemar yang dapat mereduksi (mengurangi) oksigen terlarut dapat menimbulkan bencana bagi hewan air itu.
§  Ekosistem Laut
Indonesia merupakan negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau yang dikelilingi oleh lautan. Ekosistem laut Indonesia sangat menentukan iklim (suhu, kelembapan, angin) flora dan fauna serta kehidupan penduduk. Luas perairan laut di daerah pesisir dapat dilihat di bawah ini :
Laut :
1.  Perairan teritorial (sampai batas 12 mil laut): 5,1 x 106 km2
2.  Paparan benua (sampai kedalaman 200 m): 3,0 x 106 km2
3.  Ekonomi ekslusif 200 mil : 2,7x 106 km2
Wilayah Pesisir :
1.  Panjang pantai : 81 x 1012 km²
2.  Hutan payau : 10 x 106 km²
3.  Hutan bakau : 3,6 x 106 km²
4.  Tambak : 183 x 1012 km²
Ekosistem Laut memiliki sifat khas yang tidak dimiliki oleh ekosistem lainnya sifat-sifat itu antara lain sebagai berikut :
1.  Berkadar garam sekitar 0,3% yang mirip dengan kepekatan protoplasma.
2.  Terdapat kehidupan disemua kedalaman, kecuali di dasar laut yang sangat dalam.
3.  Ekosistem laut saling bersambungan, dan memiliki kemungkinan untuk bercampur karena adanya sirkulasi air laut.
4.  Rantai makanan relatif panjang dengan kata lain, disepanjang rantai makanan terjadi pemboroson energi.
Lautan Indonesia merupakan lautan tropik dengan suhu di lapisan permukaan yang relatif tinggi yaitu 26-30°C sementara di lapisan lebih dalam suhunya lebih rendah cahaya matahari menciptakan stratifikasi termal secara vertikal. Maksudnya suhu air laut dipermukaan relatif tinggi dan semakin kedalam suhunya semakin rendah karena daerah permukaan air laut cukup menerima cahaya matahari sepanjang tahun maka produktifitas produser (fitoplankton) cukup tinggi. Curah hujan di Indonesia cukup tinggi yang mengakibatkan lapisan pemukaan laut memiliki kadar garam rendah berkisar antara 27-33 %°C sedangkan di bagian lebih dalam kadar garamnya lebih tinggi. Ekosistem laut lebih stabil terhadap pengaruh musim dibandingkan ekosistem darat. Seperti halnya hutan tropik, lautan tropik, memiliki keanekaragaman yang tinggi namun besarnya populasi masing-masing spesies rendah. Oleh karena itu bentuk rantai makanan di perairan Indonesia menjadi kompleks hal ini berbeda dengan lautan subtropik yang memiliki keanakaragaman rendah tetapi jumlah populasi spesiesnya tinggi. Di daerah pantai di Indonesia berkembang komunitas hayati yang khas misalnya terumbu karang, hutan payau (mangrove) dan rumput laut.
Di dalam ekosistem laut terdapat stratifikasi kedalaman akibat intensitas cahaya, suhu, kandungan mineral yang pada akhirnya menentukan keanekaragaman hayati yang ada didalamnya. Seolah-olah terdapat dua lapisan yang terpisah yaitu lapisan atas dan lapisan bawah. Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang dapat mencapainya ekosistem laut dibedakan menjadi ekosistem laut dalam dan ekosistem laut dangkal. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai laut yang luas dengan potensi sumberdaya alam yang besar di dalamnya. Ekosistem Laut merupakan ekosistem yang letaknya di laut maupun pesisir pantai. Ekosistem laut dibedakan menjadi ekosistem laut dalam dan ekosistem laut dangkal.
§  Ekosistem Laut Dalam 
Bila kita melihat laut yang warnanya biru tua tentu kita mengetahuinya sebagai laut yang sangat dalam. Laut yang dalam sangat gelap tidak ada cahaya matahari, cahaya matahari hanya dapat menembus air laut hingga kedalaman 20-30 m. Lebih dalam dari itu cahaya matahari tidak dapat menembusnyadan di laut dalam cahaya matahari tidak dapat menembus atau tidak sampai ke dasar laut, daerah ini disebut daerah afotik. Ini berarti bahwa di laut tidak terjadi fotosintesis kadar oksigennya juga rendah didaerah demikian itu tidak terdapat produser yang fotoautotrof. Yang terdapat hanyalah organisme heterotrof yang mengandalkan jatuhnya sisa-sisa organik dari lapisan diatasnya jadi di laut dalam terdapat detritivor dan scavanger. Keanekaragaman hayatinya rendah jika tidak ada arus laut yang “mengaduk” daur mater di dalam laut dalam merupakan daur yang terputus. Semua makanan yang masuk ke laut dalam akhirnya diurai dan diendapkan di dasar laut jadi dilaut dalam terdapat zat-zat organik yang lebih kaya dibandingkan dengan di laut dangkal.
§  Ekosistem Laut Dangkal
Sedangkan di pesisir pantai kita dapat menikmati keindahan alam yang ada serta dapat berrekreasi dengan wisata pantai seperti berenang, berperahu, memancing dan aktivitas lainnya. Daerah ini merupakan daerah laut yang dangkal banyak aktivitas di dalamnya. Laut dangkal merupakan daerah fotik yang berarti daerah yang dapat dicapai oleh cahaya matahari. Di daerah ini berlangsung proses fotosintesis dan produser yang berperan adalah fitoplankton dan gangang laut mikroskopis. Kadar oksigen di daerah ini lebih tinggi dari pada di daerah afotik di laut dalam oleh sebab itu daerah yang demikian memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Contoh ekosistem laut dangkal adalah ekosistem terumbu karang, ekosistem pantai batu dan ekosistem pantai lumpur.
a) Ekosistem Terumbu Karang
Di dalam ekosistem ini banyak ditemukan cangkang coelenterata yang telah mati yang menyusun batu karang. Cangkang yang mati beserta hewan-hewan air selurunya disebut sebagai terumbu karang. Syarat hidup binatang karang adalah air lautnya jernih, arus dan gelombang kecil, serta lautnya dangkal. Didalamnya hidup berbagai macam biota laut seperti coelenterata, cacing, Mollusca (siput, kerang), Enchinodemata, Athropoda dan berbagai jenis ikan berwarna-warni. Bianatang-binatang tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Indonesia memiliki beberapa ekosistem terumbu karang yang indah yang dijadikan objek wisata misalnya di pasir putih Jawa Timur, Bali, Bunaken dan Maluku. Pengambilan karang dan binatang-binatang dari ekosistem ini dapat merusak ekosistem dan pada akhirnya akan menyebabkan punahnya keanekaragaman hayati di dalamnya. Demikian pula penangkapan ikan menggunakan aliran listrik atau racun (tuba/putas) dapat merusakan ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang terbentuk dalam waktu yang lama apbila punah kita tidak akan dapat memunculkannya kembali oleh karena itu kita perlu menjaga kelestariannya.
b). Ekosistem Pantai Batu
Pantai terjal yang berdinding batu memiliki bongkahan-bongkahan batu yang membentuk ekosistem pantai batu. Pada ekosistem ini lingkungan eksternalnya didominasi oleh batu, kerikil, atau kapur. Misalnya ekosistem pantai batu yang terdapat di pantai selatan jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan pantai barat Sumatra. Vegetasinya didomunasi oleh ganggang misalnya Sargassum dan Eucheuma yang tingkat keanekaragamannya rendah.
c) Ekosistem Pantai Lumpur
Di dekat muara sungai banyak terdapat endapan lumpur yang menyusun ekosistem pantai lumpur. Ekosistem pantai lumpur banyak di jumpai di pantai utara Jawa, Kalimantan dan Irian Jaya. Vegetasinya didominasi oleh tumbuhan mangrove dan rumput laut. Ekosistem ini juga merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi didalamnya hidup antara lain kepiting, udang, dan ikan glodok.

Diposkan oleh Munawaroh,S.P.