Jumat, 23 Februari 2018

BUDIDAYA IKAN HIAS (CUPANG)


BUDIDAYA IKAN HIAS (CUPANG)

Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mudah dipelihara cara budidaya ikan cupang tidak memerlukan tempat luas dan modal yang besar bisa dilakukan sebagai usaha rumahan. Ikan cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar dari daerah tropis banyak ditemukan di perairan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di alam bebas ikan ini hidup berkelompok habitatnya ada di rawa-rawa, danau, dan sungai yang arusnya tenang.

Salah satu keistimewahan ikan cupang adalah daya tahannya sanggup hidup dalam lingkungan air minim oksigen. Bisa dipelihara dalam toples kecil tanpa menggunakan aerator. Kemampuan ini didapat karena ikan cupang memiliki rongga labirin seperti pada paru-paru manusia. Labirin tersebut bisa membuatnya bertahan pada lingkungan sedikit oksigen.

Jenis Ikan Cupang

Dilihat dari kecamata para pehobi dikenal dua macam ikan cupang yakni cupang hias dan cupang adu. Cupang hias dipelihara untuk dinikmati keindahan bentuk, warna dan gerakannya. Sedangkan cupang adu dipelihara untuk di adu perlu diketahui di beberapa negara. Cupang hias dan cupang adu dibedakan berdasarkan bentuk dan sifat agresifitasnya.

Masyarakat ilmiah mencatat lebih dari 73 spesies ikan cupang yang ada di bumi ini namun tidak semua dari spesies tersebut populer sebagai ikan peliharaan. Spesies ikan cupang yang beredar di pasaran kebanyakan berasal dari kelompok splendens complex, yang terdiri dari Betta splendens, Betta stiktos, Betta mahachai, Betta smaragdina dan Betta imbellis. Serta varian hasil silangan dari spesies-spesies tersebut.

Memilih Indukan Ikan Cupang

Untuk memulai budidaya ikan cupang langkah pertama yang harus disiapkan adalah mendapatkan indukan atau bibit berkualitas. Indukan yang baik sebisa mungkin berasal dari keturunan unggul, kondisinya bugar, bebas penyakit dan cacat bawaan. Simpan indukan jantan dan betina di tempat terpisah.

Membedakan Cupang Jantan Dan Betina

Jantan : gerakannya lincah, sirip dan ekor lebar mengembang, warna cerah, tubuhnya lebih besar.

Betina : gerakannya lebih lamban, sirip dan ekor lebih pendek, warna kusam, tubuh lebih kecil.

Sebelum pemijahan dilakukan pastikan indukan jantan dan betina sudah masuk dalam fase matang gonad atau siap untuk dikawinkan. Adapun ciri-ciri indukan yang telah menunjukkan siap kawin adalah sebagai berikut.

Untuk cupang jantan :

Berumur setidaknya 4-8 bulan
Bentuk badan panjang
Siripnya panjang dan warnanya terang atraktif
Gerakannya agresif dan lincah
Untuk cupang betina :

Berumur setidaknya 3-4 bulan
Bentuk badan membulat, bagian perut sedikit buncit
Siripnya pendek dan warnanya kusam tidak menarik
Gerakannya lambat
Pemijahan Ikan Cupang

Setelah indukan jantan dan indukan betina siap untuk memijah sediakan tempat berupa wadah dari baskom plastik atau akuarium kecil dengan ukuran 30x20x20 cm. Siapkan wadah plastik untuk tempat ikan cupang betina, sediakan juga tumbuhan air agar telur bisa menempel. Dalam satu kali perkawinan ikan cupang bisa menghasilkan hingga 1000 butir telur. Telur tersebut akan menetas dalam waktu 24 jam setelah pembuahan. Berdasarkan pengalaman para pembudidaya, tingkat kematian pembenihan ikan cupang cukup tinggi. Dalam satu kali kawin biasanya hanya dapat dipanen ±30-50 ikan cupang hidup.

Indukan jantan bisa dikawinkan hingga 8 kali dengan interval waktu sekitar 2-3 minggu. Sedangkan indukan betina disarankan hanya dikawinkan satu kali saja. Bila dipaksakan pada perkawinan berikutnya akan terjadi penurunan keragaman jenis kelamin. Dimana anakan ikan semakin didominasi kelamin betina.
Berikut langkah-langkah pemijahan ikan cupang :

Isi tempat pemijahan dengan air bersih setinggi 10-15 cm. Seabagai catatan gunakan air tanah atau air sungai yang jernih. Endapkan terelebih dahulu air yang akan dipakai setidaknya selama satu malam. Hindari penggunaan air dalam kemasan atau air PAM yang berbau kaporit.
Tambahkan kedalam wadah tersebut tanaman air, sebagai tempat burayak berlindung. Tapi penempatan tanaman air jangan terlalu padat. Karena tanaman air berpotensi mengambil oksigen terlarut yang ada dalam air.
Masukkan ikan cupang jantan yang telah siap kawin. Biarkan ikan tersebut selama satu hari dalam wadah. Ikan cupang jantan akan membuat gelembung-gelembung udara. Gunanya untuk menyimpan telur yang sudah dibuahi. Untuk memancing si jantan membuat gelembung, masukkan ikan cupang betina tetapi dipisah. Caranya, ikan betina dimasukkan dalam wadah plastik bening yang terpisah dan dekatkan ke wadah dimana ikan jantan berada.
Setelah indukan jantan membuat gelembung lalu masukkan indukan betina. Waktu pemijahan ikan cupang biasanya terjadi sekitar pukul 7-10 pagi atau pukul 4-6 sore. Ikan cupang cukup sensitif ketika kawin, sebaiknya tutup wadah lalu letakkan di ruang yang terhindar cahaya (gelap).
Setelah terjadi pembuahan angkat segera indukan betina, karena yang bertanggung jawab membesarkan dan menjaga burayak adalah cupang jantan. Dengan mulutnya si jantan akan memunguti telur yang telah dibuahi dan meletakkannya pada gelembung-gelembung tadi. Apabila indukan betina tidak diangkat, maka telur-telur yang telah dibuahi akan dimakan si betina.
Setelah kurang lebih satu hari telur-telur tersebut akan menjadi burayak. Selama 3 hari kedepan burayak tidak perlu diberi pakan karena masih ada nutrisi yang terbawa dalam telur. Ikan cupang jantan juga akan berpuasa selama menjaga burayak.
Setelah tiga hari terhitung sejak telur menetas berikan kutu air (moina atau daphnia). Pemberian pakan jangan lebih banyak dari burayak karena pakan akan mengotori air dan menyebabkan kematian pada burayak.
Indukan jantan baru diambil setelah burayak berumur 2 minggu terhitung sejak menetas. Pindahkan burayak tersebut pada wadah yang lebih besar dan berikan kutu air yang lebih besar atau larva nyamuk.
Setelah 1,5 bulan ikan sudah bisa dipilah berdasarkan jenis kelaminnya kemudian pisahkan ikan-ikan tersebut ke wadah pembesaran.
Pakan Ikan Cupang

Pakan favorit yang biasa diberikan pada ikan cupang adalah kutu air, cacing sutera dan larva nyamuk. Pakan sebaiknya diberikan sesering mungkin misalnya 3-4 kali sehari. Semakin sering frekuensinya semakin baik lebih baik sedikit-sedikit tapi sering dari pada sekaligus banyak. Hal ini untuk mengurangi resiko penumpukan sisa pakan yang bisa mengakibatkan berkembangnya penyakit. Kutu air bisa didapatkan di selokan-selokan yang tergenang atau membelinya dari toko akuarium kalau tidak memungkinkan kita bisa membudidayakan kutu air sendiri.

Perawatan Ikan Cupang

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya ikan cupang relatif tahan banting bisa dipelihara dalam akuarium tanpa menggunakan aerator ikan ini tahan terhadap kondisi air yang minim oksigen. Walaupun begitu disarankan untuk tetap menjaga kualitas air dengan memberinya aerasi dan filter pembersih. Agar ikan bisa berkembang sempurna dan selalu dalam kondisi bugar. Tidak disarankan memelihara lebih dari satu ikan cupang jantan yang telah dewasa dalam satu akuarium. Ikan-ikan tersebut bisa saling menyerang satu sama lain akibatnya sirip-siripnya tidak mulus dan warnanya kurang keluar.

Khusus untuk ikan cupang aduan kita bisa memasukkannya ke dalam toples kaca kecil. Berdasarkan beberapa pengalaman agar ikan lebih agresif simpan di tempat yang gelap. Jangan meletakkan toples ikan secara berdekatan karena ikan cupang aduan akan terus dalam kondisi siap menyerang dan membenturkan dirinya ke kaca. Berikan sekat tidak tembus pandang di antara toples-toples tersebut. Gantilah air yang terdapat dalam wadah secara berkala lalu lihat apakah ada penumpukan kotoran dan sisa pakan pada dasar wadah. Penumpukan tersebut bisa menimbulkan penyakit bahkan kematian pada ikan karena pencemaran air.
Diposkan oleh Munawaroh, S.P.

Kamis, 22 Februari 2018

KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI CUMI-CUMI

KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI CUMI-CUMI


Klasifikasi Cumi – Cumi
Domain : Eukarya
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Ordo : Teuthida
Subordo : Myopsina
Famili : Loliginidae
Genus : Loligo
Spesies : Loligo sp.
Menurut Nontji (2002), cumi-cumi memiliki tubuh langsing, kerangkanyatipis, bening dan terdapat dalam tubuhnya. Cumi-cumi berenang menggunakan sistem propulsi jet yakni menyemburkan air lewat organberupa corong. Kelas Cephalopoda umumnya tidak mempunyai cangkang luar, pada cumi-cumi cangkang terletak di dalam rongga mantel yang berwarna putih transparan. Tubuh cumi-cumi tertutup oleh mantel tebal yang diselubungi oleh selaput tipis berlendir, pada bagian bawah mantel terdapat lubang seperti corong yang berguna untuk mengeluarkan air dari ruang mantel (Barnes, 1974 dalam Nurcaya, 2004).
Morfologi Cumi – Cumi
Tubuh cumi-cumi dapat dibedakan atas kepala, leher, dan badan. Kepala cumi-cumi besar, matanya berkembang dengan baik karena dapat berfungsi untuk melihat. Mulutnya terdapat di tengah-tengah, dikelilingi oleh 10 tentakel, 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih pendek. Tentakel panjang berfungsi untuk menangkap mangsa dan berenang. Pada setiap tentakel terdapat alat penghisap atau sucker. Di sisi kiri dan kanan tubuhnya terdapat sirip yang penting untuk keseimbangan tubuh.Pada dinding permukaan dorsal terdapat pen yang penting untuk menyangga tubuh. Seluruh tubuh cumi-cumi terbungkus oleh mantel. Di bagian punggung, mantel melekat pada badan, sedangkan di daerah perut tidak melekat, sehingga terbentuk rongga disebut rongga mentel.
Cumi-cumi dapat bergerak dengan dua cara yaitu dengan menggunakan tentakel dan dengan menyemprotkan air dari rongga mantel. Bila rongga mentel penuh air, dan air menyemprot melalui sifon menyebabkan tubuh cumi-cumi terdorong mundur. Semprotan air menimbulkan dorongan yang sangat kuat terhadap tubuh cumi-cumi, sehingga timbul gerakan seperti panah, itulah sebabnya cumi-cumi sering disebut panah laut. Alat pencernaan cumi-cumi terdiri atas mulut, pharynx, kerongkongan, lambung, usus buntu, usus dan anus. Sistem pencernaan cumi-cumi telah dilengkapi kelenjar pencernaan yang meliputi kelenjar ludah, hati, dan pancreas. Makanan cumi-cumi adalah udang-udangan, mollusca lain, dan ikan. Anus cumi cumi bermuara pada rongga mantel. Cumi-cumi hanya dapat berkembang biak secara kewin. Alat kelaminnya terpisah, masing-masing alat kelamin terdapat di dekat ujung rongga mantel dekat saluran yang terbuka kearah corong sifon. Cumi-cumi betina menghasilkan telur yang akan dibuahi di dalam rongga mentel. Kemudian, telur yang sudah dibuahi dibungkus dengan kepsul dari bahan gelatin. Telur yang menetas menghasilkan cumi-cumi muda berukuran kecil (Jasin, 1984).
Hewan ini mempunyai kepala yang besar dan bermata sangat tajam. Pada kepala terdapat delapan tangan-tangan dan dua tentakel. Umumnya mereka juga memiliki kantung tinta, yang menghasilkan cairan tinta hitam yang akan disemburkan dalam keadaan bahaya untuk menghindar dari musuhnya. Cephalopoda bernapas dengan insang dan memiliki organ indra serta sistem saraf yang berkembang baik, yang berguna untuk pergerakan dan mencari mangsa. Mata cephalophoda dapat melihat dan berfungsi seperti vertebrata. Cangkang cumi-cumi kecil berupa lempengan yang melekat pada mantel. Cumi-cumi dapat bergerak sangat cepat dengan cara menyemprotkan air dari bawah mantelnya. Bila dalam bahaya cumi-cumi melarikan diri sambil menyemprotkan tinta berwarna hitam bersama-sama dengan air yang digunakan untuk bergerak dan cairan ini akan menghambat lawan, di dalam mulutnya terdapat radula. Ukuran tubuhnya berfariasi, dari beberapa centimeter hingga puluhan meter. Kecuali Nautilus, semua anggota tubuh Cephalopoda tidak terlindungi oleh cangkang (newmark, 2004).
Anatomi Cumi – Cumi
Hewan ini memiliki dua ginjal atau nefridia berbentuk segitiga berwarna putih yang berfungsi menapis cairan dari ruang pericardium dan membuangnya ke dalam rongga mantel melalui lubang yang terletak di sisi usus (Kastawi, 2003).
  • Sistem Pencernaan
Organ pencernaan di mulai dari mulut yang mengandung radula dan dua rahang yang terbuat dari zat khitin dan berbentuk seperti paruh burung betet. Gerak kedua rahang tersebut di karenakan kontraksi otot. Terdapat dua kelenjar ludah yang terletak di masa bukal. Kelenjar ludah ke tiga terletak ujung anterior hati dan mensekresi racun yang akan bermuara ke daerah rahang. Kelenjar pencernaan terdiri atas dua bagian yaitu hati yang terdapat di anterior dan pancreas terletak di posterior. Lambung bersifat muscular dan berfungsi mencampurkan makanan dari hasil sekresi dari kelenjar pencernaan. Zat-zat makanan akan menuju ke dalam usus atau ke dalam sektum, organ pencernaan berikutnya adalah rektum dan anus yang bermuara dalam rongga mantel (Kastawi, 2003).
  • Sistem Saraf
Sistem syaraf terdiri atas tujuh buah ganglion yang terletak di dalam kepala, dan saraf ganglion serebral, pedal, viseral, suprabukal, infrabukal, dan optik. Organ sensoriik sangat berkembang dan terdiri atas mata, dua statosis dan organ pembau. Statosis terletak di masing-masing lateral kepala dan berperan sebagai organ keseimbangan. Terdapat pula mata, di mana mata tersebut sudah sama dengan mata pada vertebrata (Kastawi, 2003).
  • Sistem Ekskresi
Alat ekskresi berupa nephridia yang berbentuk segitiga, berwarna putih terletak di sebelah jantung branchialis.
  • Sistem Reproduksi
Suatu organisme dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak serta menjaga kelangsungan hidupnya hanya dalam batas-batas kisaran toleransi, dengan kondisi faktor-faktor abiotik dan ketersediaan sumberdaya tertentu saja (Kramadibrata, 1996).
Beberapa cumi-cumi melakukan reproduksi dengan sexsual. Reproduksi pada cumi-cumi secara seksual. Sistem reproduksi seksual pada cumi-cumi terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Sedangkan reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis (Kramadibrata, 1996).
Di Poskan oleh Munawaroh

Rabu, 21 Februari 2018

BUDIDAYA IKAN BETUTU

BUDIDAYA IKAN BETUTU



Ikan Betutu (ikan malas) memiliki kelebihan tahan hidup di perairannya yang terbatas. Ikan ini sering dipasarkan dalam bentuk hidup. Ikan yang tergolong mahal ini merupakan makanan favorit di beberapa negara. Meski kulitnya berwarna menyeramkan tetapi daging di dalamnya berwarna putih bersih.
Meskipun memiliki potensi pasar sebagai komoditas ekspor ke berbagai negara, hingga kini ketersediaan betutu belum bisa memenuhi peluang tersebut karena bergantung kepada hasil penangkapan di alam. Di perairan Waduk Cirata,  penelusuran ikan betutu dimulai dari hulu Sungai Citarum, Cibalagung, dan Cikundul. Alat tangkap yang digunakan yaitu jaring lempar dengan mesh size 2-3 inchi, jenis bubu, dan pancing.
Ikan betutu yang berhasil ditangkap selanjutnya dikumpulkan dalam jaring dan dipilah berdasarkan ukurannya, benih dan konsumsi. Selanjutnya, benih didomestikasi untuk budidaya pembesaran ikan betutu dengan sistem pemberian pakan yang terkontrol. Adapun hasil tangkapan dengan ukuran ikan konsumsi langsung dijual melalui bandar dengan harga yang cukup bervariasi, kisaran Rp 150.000-185.000/kg.
Ikan betutu dapat memijah secara alami dan tidak membutuhkan perlakuan yang rumit. Namun untuk kontinuitas produksi sepanjang musim diperlukan sistem budidaya terkontrol sehingga tidak merusak kelestarian alam.
Pengenalan Jenis
Awalnya, ikan gabus malas adalah hama yang mengusik ketenangan ikan-ikan peliharaan di kolam, sama seperti belut, namanya sesuai dengan kebiasaan hidupnya ikan ini hampir-hampir tidak bergerak saking malasnya. Oleh karena itu, ikan ini harus diberi pakan hidup agar bereaksi. Ikan gabus malas dikenal juga dengan nama betutu. Ikan betutu memiliki sisik tipe ctenoid. Artinya, bentuk sisik kecil­-kecil dan menyelimuti sekujur badannya. Pada bagian kepala sisik, terdapat moncong, pipi, dan operculum. Bagian operculum sisik ini lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya, sirip dubur lebih pendek dari sirip punggung kedua.
Ikan ini mudah dibedakan dengan ikan lainnya karena mempunyai warna tubuh coklat kehitaman. Pada bagian punggungnya berwarna hijau gelap, sedangkan warna bagian perutnya lebih terang. Bagian kepala memiliki tanda berwarna merah muda. Betutu bisa tumbuh hingga mencapai 45 cm. Badannya berbentuk bulat panjang. Mulutnya bisa dibuka lebar dan siap menyantap mangsanya yang melintas di depannya. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded) dengan kulit tubuh dihiasi belang-belang kecoklatan.
Jenis gabus malas atau ikan betutu yang dikenal di antaranya sebagai berikut.
  • Broadhead sleeper atau Dorminator lotifrans
Ikan ini tersebar di Kepulauan Pasifik dan Amerika Tengah serta Meksiko bagian Selatan, baik di air asin maupun air tawar. Panjang tubuhnya bisa mencapai hingga 25 cm. Broadhead sleeper suka makan ikan-ikan kecil.
  • Spotted Goby atau Dorminator maculatus
Ikan ini bisa tumbuh sampai 25 cm. Spotted Goby tersebar di Kepualauan Pasifik dan Amerika Tengah, baik di laut ataupun di air payau.
  • Morgunda-morgunda atau purple-striped gudgeon
Ikan yang tergolong buas ini terdapat di perairan tawar di Australia Utara dan Tengah. Panjang tubuhnya bisa mencapai 20 cm.
Kebiasaan Hidup di Alam
Benih ikan gabus Bering tampak seperti serombongan ikan cere (Lebistes reticulates) di kolam. Gabus malas ini berasal dari Kalimantan, Sumatera, Malaysia, dan Thailand. Ikan ini hidup di sungai, rawa dengan kedalaman 40 cm, dan menyukai perairan yang dangkal. Ikan betutu ini cenderung memilih tempat yang gelap, berlumpur, berarus tenang, atau wilayah bebatuan untuk bersembunyi. Di Indonesia, ikan ini ditemukan di Palembang, Muara Kompeh, Gunung Sahilan, Jambi, Danau Koto, Sungai Russu, Bua-bua, Banjarmasin, Sintang, Montrado, Batu Pangal, Smitau,Danau Boran, Pontianak, Sungai Kapuas, Serawak dan Ternate, Sungai Cisadane, Bengawan Solo, dan beberapa sungai besar lainnya termasuk daerah Riau.
  • Kebiasaan makan
Di alam, betutu menyantap pakan yang jaraknya sangat dekat. Dengan bentuk mulut yang sangat lebar, bukan halangan bagi betutu untuk mengenyangkan perutnya. Betutu termasuk golongan karnivora. Jenis pakan yang disukai adalah ikan-ikan kecil, cacing, atau organisme lainnya, asalkan masih hidup. Ikan ini bisa menyantap pakan ini dalam jumlah yang besar setiap harinya.
  • Kebiasaan berkembang biak
Di alam, betutu akan kawin pada musim penghujan di tempat yang berpasir bersih. Ikan ini kawin secara berpasangan. Telurnya akan dietakkan di dasar atau ditempelkan pada substrat, pinggiran batu, atau akar pokok kayu yang bersih. Telurnya akan tampak seperti kabut atau kapas yang sangat lembut dan halus yang menempel pada substrat.
Memilih Induk
Induk betutu umumnya dikumpulkan dari alam sebab perlu waktu yang lama dan pakan yang sangat banyak untuk menghasilkan induk di kolam. Induk-induk ini umumnya dikumpulkan di antara betutu dewasa dan diseleksi yang memiliki badan sehat. Induk jantan dapat dibedakan dari induk betina dengan melihat ciri-ciri morfologis sebagai berikut, ciri induk yang berkualitas.
  • Betina
Badannya berwana lebih gelap. Bercak hitam lebih banyak. Papila urogenital berbentuk tonjolan memanjang yang lebih besar. membundar. warnanya memerah saat menjelang memijah. Ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan jantan pada umur yang sama. Berbadan sehat, dan dewasa.
  • Jantan
Badannya berwana lebih terang. Bercak hitam lebih sedikit. Papila orogenital berbentuk segitiga, pipih, dan kecil. Pada umur yang sama ukurannya lebih besar dari pada betina. Berbadan sehat, dewasa.
Pemijahan di Kolam
Awalnya betutu adalah ikan liar yang kehadirannya tidak dikehendaki di kolam pemeliharaan karena suka memangsa ikan yang dipelihara di dalamnya. Oleh karena itu, bila hendak memijahkan betutu di dalam kolam maka persiapannya harus matang agar tidak ada ikan lain yang masuk ke dalam kolam dan mengganggu proses pemijahan ikan betutu.
  • Konstruksi kolam pemijahan ikan betutu
Luas kolam pemijahan bervariasi antara, tergantung ketersediaan lahan. Kolam berbentuk persegi panjang dengan letak pintu pemasukan dan pembuangan berseberangan secara diagonal. Tujuannya agar kolam bisa memperoleh air dari saluran langsung dan pembuangannya pun bisa lancar. Debit air kolam minimal 25 liter/menit. Pergantian air yang kotinyu akan berpengaruh positif terhadap proses pemijahan.
Tehnik memijahkan ikan betutu (Oxyeleotris marmoroto) dilakukan dengan dua cara, yaitu pemijahan secara alami dan pemijahan secara induksi (kawin suntik). Pada pemijahan alami tidak mengenal musim, bisa 3-4 kali dalam satu tahun. ikan betutu mempunyai keinginan untuk memijah biasanya ketika musim hujan. pada musim hujan perkembangbiakan ikan betutu ini akan meningkat. Pada puncak musim kemarau (Juli-September) betutu agak malas untuk berkembangbiak, tetapi pada pemeliharaan intensif ikan betutu ini dapat memijah dengan pemberian pakan yang berkualitas.
Pemijahan secara alami dilaksanakan di kolam pemijahan yang berukuran 20 x 10 m2 dengan kedalaman air 70-80 cm atau pada bak semen yang lebih sempit. Debit air dijaga sekitar 25 liter/menit. pada kolam pemijahan dilengkapi dengan sarang berbentuk segitiga yang terbuat dari asbes yang disatukan, berukuran 30 cm. Tempat penempel telur ini sekaligus menjadi kolektor telur.
  • Persiapan kolam
Induk dipersiapkan terlebih dahulu. Untuk kolam pemijahan seluas 200 m2, dapat disiapkan induk yang rata-rata berukuran 300 g sebanyak 35-40 pasang. Sementara untuk kolam kecil, dengan luas 8 m2, dapat dimasukkan induk sebanyak 3-4 pasang. Sebelum induk dimasukkan, kolam pemijahan dilengkapi dengan sarang pemijahan berupa segitiga yang dibuat dari asbes. Ukuran panjang segitigiga 30 cm yang diikat dengan kawat dan diberi pelampung untuk mempermudah mengetahui keberadaannya. Induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan setelah kolam terisi air setinggi 40-45 cm. Selama proses pemijahan, sebaiknya kolam memper­oleh pergantian air secara kontinyu. Proses pergantian air secara kontinyu ini terbukti mampu merangsang pemijahan hampir semua jenis ikan secara alami.
  • Pemijahan
Tingkah laku pemijahan ikan betutu meliputi 5 tahap, yaitu membentuk daerah kekuasaan, membuat sarang pemijahan, proses kawin, memijah dan meletakkan telurnya pada sarang, dan menjaga telurnya. Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari, tetapi tidak jarang pada Siang hari betutu juga memijah. Ikan ini akan kawin di dalam segitiga sarang pemijahan. Selanjutnya, telur yang dihasilkan akan ditempelkan ke dalam kotak segitiga sarang pemijahan tersebut.
Penetasan Telur dan Perawatan Benih
Telur ikan betutu berbentuk lonjong, transparan. Ukurannya sangat kecil, kira-kira hanya bergaris tengah 0,83 mm. Telur tersebut melekat pada dinding sarang. Setelah kontak dengan air selama 10-15 menit, membran vitelinya akan mengembang terns dan panjang telur meningkat sekitar 50 % hingga telur berukuran 1,3 mm. Penetasan telur dilakukan di akuarium dengan mengangkat sarang pemijahan yang telah berisi telur. Sebuah sarang pemijahan bisa ditempati oleh sepasang induk, tetapi bisa juga ditempati beberapa ekor induk. Kapasitas akuarium sebaiknya minimal 60 liter. Untuk menjamin proses penetasan, diberi aerasi agak kuat, dan ditetesi beberapa tetes. Malachytgreen atau Metilen blue untuk mencegah jamur (fungi). Telur yang terserang jamur akan tampak putih berbulu dan sebaiknya segera disifon agar tidak menulari telur yang lain. Jumlah telur dalam setiap sarang berkisar 20.000- 30.000 butir. Telur tidak menetas dalam waktu yang bersamaan. Biasanya, penetasan berlangsung 2-4 hari. Setelah telur menetas, kekuatan aerator dikurangi. Adapun persentase telur yang menetas antara 80-90%.
Pemberian Pakan
Pemberian pakan berupa pakan alami maupun pakan pelet yang telah dilunakkan dilakukan setelah cadangan makanan larva yang baru menetas telah habis. Pemberian pakan kita lakukan sesuai dengan kebutuhan ikan yaitu 3x sehari pada pagi hari, siang dan sore secara adlibitum. Setelah ikan mulai bertambah besar selanjutnya kita pindahkan ke kolam pendederan hingga bisa dipanen untuk dijadikan bibit yang akan dibesarkan ataupun di jual.
Pendederan
Pendederan dimaksudkan untuk memelihara larva yang baru menetas dan sudah habis kuning telurnya (yolk sack) ke dalam kolam untuk memperoleh ikan yang seukuran sejari (fingerling). Pendederan biasanya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pendederan I dan pendederan II. Pendederan I dilakukan di dalam bak atau kolam yang lebih kecil, berukuran 5 m x 2 m dengan kedalaman 1 m. Kolam ini dipasangi hapa dengan ukuran mata 500 mikron (0,5 mm) yang berukuran 100 cm x 75 cm dan tinggi 60 cm.
Banyaknya hapa yang dipasang tergantung benih yang akan ditebar. Kepadatan penebaran di dalam hapa pada pendederan I yaitu 30.000 ekor /m2 atau 30 ekor/liter air. Jadi, ke dalam bak tersebut dapat ditampung sebanyak 100.000-150.000 ekor larva, hasil dari 3-5 buah sarang, dengan kedalaman air 50 cm. Lama pemeliharaan di dalam pendederan I ini yaitu 2 bulan. Dengan pakan yang disuplai dari luar, akan dihasilkan benih seukuran 1-2 cm dengan tingkat hidup mencapai 20%. Untuk pendederan 11, dibutuhkan kolam yang luasnya 50 m2 dengan ukuran 5 m x 10 m dan kedalaman kolam 0,7 meter. Kolam dipupuk dengan kotoran ayam sebanyak 0,5-1,5 kg /m2, tergantung dari kesuburan kolam. Lama pemeliharaan di pendederan II yaitu 4 bulan dan akan dihasilkan benih betutu berukuran 10 cm (30-50 g) dengan tingkat kehidupan bisa mencapai 100%.
Pembesaran
Pembesaran dimasudkan untuk menghasilkan betutu berukuran konsumsi. Kolam yang dibutuhkan seluas 200-600 m2. Kolam diusahakan memperoleh air barn dengan konstruksi pematang kolam dari tanah dengan terlebih dahulu dipastikan tidak bocor. Idealnya kolam betutu dengan pematang yang ditembok. Di dalam kolam ditempatkan beberapa tempat persembunyian berupa ban bekas atau dawn kelapa karena betutu menghendaki lingkungan yang agak remang-remang. Kolam dipupuk terlebih dahulu dengan kotoran ayam dengan dosis 0.5-1.5 kg/m2. Kolam diairi dengan air yang sudah lewat saringan. Selanjutnya benih berukuran ditebarkan. Adapun kepadatan penebaran tergantung benih yang ditebarkan. Untuk benih berukuran 100 g dapat ditebarkan 20 ekor/m2, sedangkan yang berukuran 175 gr dapat ditebarkan sebanyak 8 ekor/m2. Dalam tempo 5 bulan benih yang beratnya 100 gr dapat tumbuh menjadi 250 gr/ekor, sedangkan yang berukuran 175 gr dapat mencapai berat 400 gr/ekor selama 6 bulan.
Di poskan Oleh Munawaroh

Selasa, 20 Februari 2018

BUDIDAYA IKAN HIAS (KOI)

BUDIDAYA IKAN HIAS (KOI)


Ikan koi merupakan jenis ikan mas atau karper, nama ilmiahnya Cyprinus caprio. Ikan ini dihasilkan dari perkawinan silang dari berbagai macam ikan mas. Ikan koi dipopulerkan oleh bangsa Jepang. Banyak versi yang menerangkan asal-usul ikan koi.
Di Indonesia ikan koi mulai populer sejak tahun 1960-an hal ini menjadi cikal bakal pengembangan koi lokal meskipun kualitas koi lokal masih dipandang sebelah mata. Perkembangan usaha budidaya ikan koi terus berkembang. Usaha budidaya ikan koi berkembang baik di beberapa daerah  dari waktu ke waktu ikan koi lokal ini mengalami peningkatan kualitas dan semakin terbuka bagi para pembudidaya dengan semakin mahalnya koi impor. Ikan koi lokal menjadi lebih bersaing dari segi harga dan budidaya ikan koi cukup mudah dilakukan. Tahapan-tahapannya hampir sama dengan budidaya ikan mas. Hanya saja yang menjadi krusial adalah ketersediaan bibit berkualitas.
Memilih Indukan Untuk Budidaya Ikan Koi
Memilih indukan memegang peranan penting dalam budidaya ikan koi indukan yang bagus secara genetis akan menghasilkan keturunan yang bagus, begitu kira-kira hukum umumnya. Indukan berkualitas biasanya dimiliki oleh penangkar atau para pehobi. Bila kesulitan menemukan indukan yang baik, bisa dengan jalam meminjamnya dari para pehobi. Dimana pehobi biasanya mengoleksi ikan koi yang berkualitas, baik untuk dipelihara sendiri maupun untuk kontes. Namun para pehobi ini rata-rata tidak memiliki keterampilan atau waktu untuk mengawinkan ikannya. Padahal untuk menjaga agar ikan tetap bugar salah satunya harus dikawinkan jika telah tiba waktunya. Di sini pembudidaya bisa bekerjasama dengan pemilik ikan dimana pemilik diuntungkan karena ikannya bisa dikawinkan dan pembudidaya bisa mendapatkan keturunan berkualitas. Sebagai imbalannya biasanya si pemilik dipersilakan memilih satu atau dua ekor ikan hasil perkawinan. Selain keturunan atau sifat genetis calon indukan ikan koi harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  • Umur ikan sudah cukup matang, lebih dari 2 tahun
  • Memiliki jenis yang sama atau mendekati, misalnya kohaku dengan kohaku
  • Bentuk tubuh ideal, dari atas tampak seperti torpedo
  • Gaya berengang tenang dan seimbang
  • Warna cemerlang dan kontras
  • Sehat, gerakannya gesit tidak banyak diam di dasar kolam
  • Indukan jantan dan betina telah matang gonad.
Pemeliharaan Indukan Ikan Koi
Sebaiknya calon indukan ikan koi dipelihara dalam kolam khusus. Kedalaman kolam setidaknya 150 cm, lebih dalam lebih baik. Kepadatan kolam juga harus diperhatikan apabila kolam berukuran 4×5 meter maksimal di isi 20 ekor indukan betina atau 40 ekor indukan jantan. Hal ini karena indukan betina biasanya lebih besar dari indukan jantan. Indukan betina dan jantan dipelihara dikolam yang berbeda manfaatnya agar saat dipijahkan indukan tidak perlu mengalami pemberokan lagi. Secara umum pemeliharaan kolam indukan sama saja dengan pemeliharaan kolam pembesaran. Pakan yang diberikan berupa pelet berukuran 8 mm, asumsinya ikan koi yang berumur lebih dari 2 tahun sudah berukuran minimal 60 cm. Jumlah pakan yang diberikan sekitar 3-5% dari bobot tubuhnya dalam satu hari frekuensi pemberian pakan 2-4 kali.
Pemijahan Ikan Koi
  • Tempat Pemijahan
Sebaiknya kolam pemijahan terbuat dari semen dan permukaannya diplester. Hal ini untuk menjaga agar sisik ikan tidak rusak bila terjadi gesekan saat proses pemijahan. Ukuran kolam variatif, biasanya sekitar 3×6 meter dengan kedalaman 60 cm dan ketinggian air 40 cm. Kolam harus memiliki saluran masuk dan keluar pada kedua saluran tersebut harus dipasang saringan halus. Tujuannya agar tidak ada hama penganggu yang masuk ke kolam dan telur atau larva hasil pemijahan tidak hanyut ke luar kolam. Sebelum di isi air kolam harus dijemur dan dikeringkan terlebih dahulu. Gunanya untuk memutus siklus bibit penyakit yang mungkin ada dalam kolam. Air yang dipergunakan untuk mengisi kolam hendaknya diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam. Ikan koi senang menempelkan telurnya pada media yang ada dalam kolam oleh karena itu sediakan kakaban yang terbuat dari ijuk atau bisa memanfaatkan tumbuhan air untuk memperkaya kadar oksigen pasang aerotor pada kolam pemijahan.
  • Proses Pemijahan
Setelah kolam pemijahan siap lalu masukkan indukan ikan koi betina terlebih dahulu. Pemijahan biasanya berlangsung malam hari sehingga induk betina bisa dimasukkan pada sore hari. Biarkan indukan betina beradaptasi dengan kondisi kolam agar tidak stres. Setelah 2 hingga 3 jam indukan jantan bisa dilepaskan di kolam pemijahan. Jumlah indukan jantan yang dimasukkan 3 hingga 5 ekor hal ini untuk menghindari kegagalan dalam pemijahan dan semua telur yang dikeluarkan indukan betina bisa terbuahi. Sebenarnya bisa saja menggunakan hanya satu jantan apabila ukuran si jantan cukup besar namun resiko kegagalannya lebih tinggi.
Pemijahan biasanya berlangsung sekitar pukul 11 malam hingga dini hari sebelum matahari terbit. Selama masa itu akan terjadi aksi kejar-kejaran, dimana si betina akan menyemprotkan telurnya pada kakaban. Setelah telur menempel indukan jantan akan menyemprotkan spermanya untuk membuahi telur tersebut. Setelah proses pemijahan selesai segera angkat indukan-indukan tersebut dari kolam pemijahan. Apabila induka dibiarkan di kolam dikhawatirkan akan memakan telur-telur tersebut biarkan telur-telur yang ada di kolam untuk menetas.
  • Penetasan Larva
Telur-telur yang menempel pada kakaban atau tanaman air harus terendam dalam air oleh karena itu berikan pemberat pada kakaban. Pada keadaan normal suhu sekitar 27-30 °C  telur akan menetas dalam waktu 48 jam. Jika suhu air terlampau dingin penetasan akan lebih lama dan bila terlampau panas telur bisa membusuk. Setelah telur menetas kakaban atau tanaman air bisa diangkat lalu larva yang baru menetas masih menyimpan persedian makanan yang bisa bertahan hingga 3-5 hari. Apabila persediaan makanan sudah habis burayak ikan koi mulai membutuhkan pakan.
Pakan yang bisa diberikan pada burayak umur 5 hari adalah kuning telur yang telah direbus kemudian kuning telur tersebut dilumatkan dan dicampur dengan air. Perhatikan pemberian pakan jangan sampai berlebihan dan mengotori air dan bila ada sisa pakan segera dibersihkan. Beberapa penangkar tidak menganjurkan pemberian pakan kuning telur karena mudah membuat air kotor dan menyebabkan kematian massal. Sebenarnya yang paling diinginkan burayak adalah pakan hidup. Oleh karena itu bisa diberikan kutu air (daphnia dan moina) yang telah disaring. Penyaringan kutu dilakukan hingga burayak berukuran 1 cm. Bila sudah lebih besar bisa diberikan kutu yang tidak disaring atau udang artemia. Cacing sutera bisa diberikan bila ukuran burayak sudah mencapai 1,5 cm. Pemberian pakan tersebut berlangsung hingga burayak berumur 3 minggu. Setelah itu ikan dipindahkan ke kolam pendederan.
  • Pendederan
Kolam pendederan adalah kolam untuk memelihara ikan koi hingga berumur 3 bulan. Pada umur ini biasanya ukuran ikan koi telah mencapai 15 cm. Ukuran kolam 3×4 dengan kedalaman 40 cm bisa menampung 250-300 ekor anak ikan koi. Pada fase ini pelet sudah bisa diberikan sebagai pakan ikan berikan pelet berukuran kecil berukuran 250 mikron. Satu ons pelet cukup untuk 1000 ekor ikan koi dan pemeberian pakan dilakukan 2 kali sehari. Untuk membentuk warna berikan sesekali cacing sutera atau udang artemia. Setelah anak ikan berumur 3 bulan bisa diberikan pelet kasar sesuai takaran. Berikan pelet hingga ikan kenyang dan bila dalam tempo 5 menit pakan tidak dimakan dan tersisa di kolam berarti ikan sudah kenyang umumnya Pemberian pelet dilakukan 2-3 kali sehari.
  • Penyortiran Ikan Koi
Penyortiran ini berguna untuk menentukan tingkat harga. Ikan koi yang berkualitas tentunya dihargai lebih tinggi. Penyortiran dalam budidaya ikan koi sudah bisa dilakukan sejak ikan berumur 1 bulan. Pada umur tersbeut ikan cukup kuat untuk dipindah-pindahkan. Atau kalau ingin lebih aman maka lakukan setelah ikan berumur 3 bulan. Faktor-faktor penyortiran didasarkan pada ukuran badan, bentuk dan kualitas warna. Ikan koi digolongkan berdasarkan ukurannya kecil dengan yang kecil dan ukuran besar dengan yang besar. Sedangkan bentuk badan dipilah dari bentuk yang tidak bagus. Bentuk badan yang bagus harus proporsional. Badannya membulat seperti peluru tidak terlalu panjang. Siripnya simetris dan gerakannya tenang tapi mantap. Pemilahan juga dilakuan terhadap ikan yang warnanya cerah dan memiliki garis batas yang tegas. Koi yang baik memiliki batas warna yang kontras. Tidak ada gradasi warna pada batas-batasnya. Untuk seleksi lebih lanjut terdapat standar internasional kualitas ikan koi berdasarkan jenisnya.
  • Pakan Ikan Koi
Pakan ikan koi juga harus diperhatikan jika menginginkan hasil ikan koi yang berkualitas tinggi maka pemilihan pakan yang bagus juga dapat membantu menjaga kesehatan koi dan membuat warna kulit ikan koi semakin terang dan tampak cerah. Pakan koi sendiri bisa dibedakan menjadi dua yakni pakan alami dan pakan buatan. Untuk membantu pertumbuhan koi dapat diberi makan wheat germ yang mengandung protein mencapai 32% maka Sangat bagus untuk mempercepat pertumbuhan ikan koi.
Di poskan oleh Munawaroh

Sabtu, 17 Februari 2018

SISTEM PENCERNAAN IKAN

SISTEM PENCERNAAN IKAN

Uraian Sistem Pencernaan Pada Ikan (Lengkap) – Ikan merupakan kelompok hewan vertebrata yang hidup di air, baik air tawar, asin atau payau. Terdapat ikat herbivora yakni yan memakan alga atau autotrof lainnya; dan ikan karnivora yang merupakan predator perairan. Ikan memiliki sistem pencernaan untuk menghancurkan senyawa kompleks dalam makanan menjadi senyawa yang sederhana agar dapat diserap oleh tubuh dan kemudian diedarkan ke seluruh sel untuk proses pertumbuhan dan perkembangan. Sistem pencernaan yang dimiliki ikan pada umumnya memiliki kesamaan dengan sistem yang dimiliki oleh vertebrata daratan, hanya saja akan ada beberapa variasi organ yang dimiliki oleh ikan. sistem pencernaan ikan terdiri atas saluran dan kelenjar pencernaan. Berikut uraian lengkap mengenai sistem pencernaan pada ikan.
SISTEM PERNAFASAN
Organ penting ang berperan dalam sistim pernafasan ikan adalah insang juga berfungsi sebagai mengatur pertukaran air dan garam dan melepas nitrogen sisa hasil metabolisme. Pertukaran oksigen adalah tujuan utama dari respirasi ikan. Proses fisiologis pengambilan oksigen dari air jauh lebih sulit daripada mengeluarkan oksigen dari udara. Air sekitar 800 kali lebih padat daripada udara dan mengandung oksigen hanya sekitar 3%. Sedangkan udara mengandung sekitar 20% oksigen.
Proses respirasi memakan energi cukup tinggi dan sistem hanya bekerja dengan baik jika ikan dalam kondisi fisik yang baik, dan lingkungan mengandung oksigen terlarut yang memadai. Luas permukaan insang hanya sekitar 6-10 kali lebih besar dari luas permukaan seluruh tubuh. Areal ini relatif kecil dibandingkan dengan paru-paru sebagai organ pertukaran. Sebaliknya, permukaan paru-paru bisa 100 kali lebih besar dari permukaan tubuh mamalia. Pertukaran gas terjadi di lamellae sekunder dari insang dan sangat efisien. Efisiensi ini dicapai dengan aliran lawan arus air dan darah. Darah vena miskin oksigen bergerak berlawanan dengan aliran air yang relatif kaya oksigen. Dalam mekanisme ini, air harus mengalir terus-menerus melalui insang untuk menjaga respirasi efektif.
Sekitar 80% dari oksigen lingkungan dilepaskan selama respirasi. Pada manusia hanya 25% dari oksigen biasanya dilepas dari udara selama respirasi. Pada ikan, anestesi dicapai dengan menggunakan prinsip-prinsip ini. Agen anestesi dilarutkan dalam air dan anestesi dipertahankan dengan menjaga air obat mengalir di insang, bahkan jika seluruh tubuh ikan keluar dari air. Efektivitas ekstrim dari insang sebagai organ pertukaran gas juga membuat mereka sangat rentan terhadap bahan beracun. Zat beracun dapat terakumulasi dalam tubuh ikan hingga 1 juta kali konsentrasi zat yang sama di dalam air.
SISTEM EKSKRESI
Insang selain sebagai organ pernafasan, juga salah satu organ ekskretori utama. Insang mengeluarkan mayoritas amonia sedangkan sisanya dari produk limbah diekskresikan melalui ginjal.
Ekskresi produk sisa metabolisme hampir sama untuk semua ikan, namun, ginjal dan insang memainkan peran signifikan berbeda pada ikan air tawar dibandingkan dengan peran mereka dalam ikan air laut.
Ikan air tawar yang hipertonik dibandingkan dengan lingkungan. Sebagai konsekuensi langsung, air terus memasuki tubuh ikan melalui insang dan pengenceran darah.
SISTEM PEREDARAN DARAH
Jantung ikan terdiri dari dua bagian, satu atrium dan satu ventrikel
  1. Jantung terdiri dari 4 bilik yaitu sinus venosis, atrium, ventricle dan elastic bulbus arteriosis.
  2. Sirkulasi : darah mengalir dari jantung ke ventral aorta, ke arteri branchial afferent , ke insang untuk oxygenasi dan berlangsung melalui arteri efferent arteries ke dorsal aorta.
  3. Bilik disusun secara linear dan darah bersirkulasi dalam jalur peredaran darah tunggal. Jantung dapat diakses untuk proses mengeluarkan darah, namun bagian yang lebih disukai adalah vena ekor.
Jaringan hematopoetic ikan terutama terdiri dari ginjal, tetapi juga mencakup limpa dan hati. Darah ikan memiliki kemiripan dengan darah reptil dan burung. Parameter darah normal pada hewan darat tidak dapat digunakan untuk ikan, karenaikan mengandung sel-sel yang jauh lebih rendah. Oleh karena itu, tidak mungkin meramalkan kondisi normal darah ikan menggunakan model hewan terestrial. Misalnya, leucosit pada ikan hanya 10% dan normal bagi ikan. Ikan juga mengandung haemoglobin rendah sehingga darahnya tampak pucat. Pembuluh getah bening ada tetapi tidak ada kelenjar getah bening yang terpisah. Jantung terletak di caudo-ventral ke insang. Jantung ikan terdiri dari 4 bilik yaitu; venosus sinous, satu atrium, satu ventrikel dan bulbus arteriosus.
SISTEM PENCERNAAN
  1. Stomach (ikan karnifor memiliki saluran pencernaan lebih pendek dari herbivora)
  2. Pyloric caeca (blind-ended finger-like projections extending outward from pyloric valve region)
  3. intestine (mungkin dibagi menjadi intestin besar dan kecil)
  4. liver dengan gall bladder (tidak memiliki bentuk lobul yang khas seperti mamalia. Tidak terdapat sel phagocytic (Kupffer cells) di liver.
  5. pancreas (may be interspersed with mesentery of pyloric ceca or along portal veins of liver)
MULUT
Rongga mulut merupakan saluran pembuka pada sistem pencernaan maupun sistem pernafasan. Tidak seperti pada vertebrata daratan, mulut ikan tidak difungsikan untuk mencerna makanan baik secara mekanik ataupun enzimatis. Ikan tidak memiliki kelejar ludah oleh karena itu, tidak ada enzim yang disekesikan ke dalam rongga mulut. Artinya tidak terjadi pemecahan makanan di dalam mulut. Rongga mulut ikat tersusun atas sel – sel epitel yang menghasilkan lendir atau mukus yang berfungsi untuk melumatkan makanan ketika makanan ditelan di esofagus.
Tidak semua ikan memiliki gigi. Ikan hiu dan ikan pari (kelompok ikan tulang rawan – chondrichthyes) memiliki gigi polyphyodont yaitu jenis gigi yang terus diganti jika ada gigi yang tanggal. Ikan memiliki lidah yang menempel di dasar rongga mulut. Pada umumnya, lidah ikan tidak dapat digerakkan. Lidah ikan sangat sederhana, tipis, dan kaku. Tidak seperti pada vertebrata daratan, lidah ikan tidak digunakan sebagai alat pendorong makanan. Hal ini karena makanan terdorong bersama aliran arus air yang masuk. Pada langit – langit pangkal rongga mulut terdapat penebalan lapisan mukosa menjadi palatin yang berfungsi mengatur kelebihan air yang masuk dan memompakan ke bagian insang.
FARING
Faring merupakan saluran pendek setelah mulut. Faring dilapisi oleh sel – sel epitelium sama seperti rongga mulut. Faring dapat memiliki gigi pada permukaan atas atau bawah pada beberapa ikan. Gigi – gigi faring berfungsi untuk memecah makanan yang masuk sama seperti fungsi gigi geraham pada mamalia. Selain itu, faring terletak antara rongga mulut dan insang yang juga berfungsi sebagai filter makanan. Faring akan memfilter jika bukan partikel makanan yang masuk maka akan dialihkan ke insang untuk di buang.
ESOFAGUS
Esofagus atau kerongkongan merupakan saluran pencernaan setelah faring yang tersusu atas jaringan otot dan epitel. Sel- sel epitel squamosa (pipih) menyusun dinding – ding esofagus yang menghasilkan lendir atau mukus untuk mendorong makanan ke lambung dengan gerakan yang dihasilkan oleh jaringan otot polos. Esofagus juga berperan sebagai kontrol konsentrasi garam dalam makanan. Esofagus akan menyerap kelebihan garam secara difusi sehingga akan menurunkan konsentrasi garam dalam makanan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan penyerapan air di usus.
LAMBUNG
Lambung merupakan saluran pencernaan yang membesar. Lambung ikan dilapisi oleh lapisan mukosa yang dihasilkan oleh sel – sel mukus pada dinding lambung. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi sel – sel lambung dari keasaaman asam klorida yang disekresikan ke lumen lambung. Sama seperti pada vertebrata daratan, asam lambung berfungsi untuk menghancurkan ikatan protein dan mengaktifkan enzim pepsin. Pada ikan yang tidak bergigi (ikan herbivora) memiliki lambung gizzard sebelum saluran lambung ini. Gizzard berfungsi untuk menggerus makanan untuk sebelumnya masuk ke lambung. Pada pangkal lambung terdapat saluran lambung yang memendek dan mengecil sebelum masuk ke usus, saluran ini disebut dengan saluran pyloric yang berfungsi mengatur masuknya chyme dari lambung masuk ke usus. Pencernaan kimiawi pada ikan berlangsung pertama kali di lambung.
USUS
Usus merupakan saluran pencernaan yang panjang berkelok – kelok. Usus tersusun atas lapisan sel – sel epitel dan otot. Pada umumnya, anatomi usus sama seperti pada vertebrata daratan. Di dalam usus akan disekresikan enzim – enzim pencernaan dari pankreas (amilase, lipase, dan tripsin). Selain itu, hati akan mensekresikan getah empedu untuk pemecahan senyawa lemak dalam makanan. Seluruh penyerapan nutrisi makanan terjadi di sepanjang dinding usus halus, sementara zat makanan yang tidak tercerna akan diteruskan ke rektum untuk dibuang melalui anus.
REKTUM
Rektum merupakan segmen saluran pencernaan antara usus dengan anus. Rektum menjadi muara senyawa yang tidak dapat dicerna untuk dibuang melalui anus menjadi feses. Selain itu, di dalam rektum terjadi penyerapan air dan ion – ion yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada larva ikan, penyerapan protein juga terjadi di dalam rektum. Ikan – ikan tertentu (beberapa ikan purba, ikan hiu, ikan pari), rektum bermuara di kloaka yang merupakan saluran dari urine, pencernaan, dan genitalia. Namun pada sebagian besar ikan, rektum bermuara di anus. 80 -90% limbah pencernaan ikan berupa limbah metabolisme protein (ammoniak) dan bakteri yang telah mati.
ANUS
Anus merupakan akhir dari saluran pencernaan. Sisa-sisa makanan yang tidak tercerna akan (feses) dibuang melalui anus. Umumnya anus terletak di depan lubang genitalia.
Di poskan oleh Munawaroh

Kamis, 15 Februari 2018

Budidaya Ikan Patin Dalam Keramba Jaring Apung

Budidaya Ikan Patin Dalam Keramba Jaring Apung

Pada melakukan usaha budidaya ikan Latin, petani harus mengetahui dan  mengerti apa saja yang harus dipersiapkan dan  dilakukan.   Jika petani sudah mengetahui teknik serta hal-hal pada pembudidayaan ikan patin dengan baik khususnya di media keramba, kegiatan budidaya tak akan terlalu rumit.
Hal-hal yg harus dilakukan sebelum aplikasi usahatani ikan ini artinya pengetahuan mengenai kondisi lokasi budidaya, penyiapan sarana dan  prasarana mirip media budidaya, dan  peralatan-alat-alat pendukung.   Media yang biasa digunakan dalam budidaya ikan ini ialah kolam, jaring apung, serta keramba.  Sedangkan alat-alat yg dipergunakan merupakan waring dan  scoopnet (rachmatun, 2010).
1. Persiapan wadah dan  media pemeliharaan
Persiapan wadah dan  media adalah keliru satu kegiatan yang menunjang Keberhasilan pembesaran.  Keramba ialah alat atau sarana satu wadah yg dapat dipergunakan buat aktivitas pembesaran ikan patin.  Bahan-bahan yang diharapkan buat pembuatan keramba terdiri berasal balok kayu serta bambu.  Balok kayu berfungsi menjadi rangka serta bambu menjadi dinding serta penutup yang diikatkan dengan tali nilon pada rangka kayu.  Bentuk keramba ialah kotak segi empat yg pada bagian bawahnya terbuka dengan berukuran panjang 4 meter, lebar dua meter dan  tinggi 1,lima meter. Penempatan keramba ialah dua/3 pada dalam air dan  1/3 diatas permukaan air. Di bagian tengah penutup keramba dibuat lubang terbuka berukuran 0,5 x 0,lima meter yang berfungsi menjadi tempat anugerah pakan dan  pengontrolan ikan.
Pada bagian pada karamba dimasukkan jaring yg diikat di dinding keramba, menjadi wadah penampung ikan patin yang dipelihara.  Berukuran mata jaringnya lebih kecil asal ukuran benih ikan patin yang ditebar.  Jaring ukuran tersebut sudah tersedia dan  praktis dibeli pada pasaran.
Karamba ditempatkan di pinggir sungai secara berkelompok serta setiap gerombolan  terdapat 20 – 40 karamba.  Penempatannya secara berpasangan serta diantara pasangan karamba ditempatkan bambu bulat yg berfungsi sebagai daerah pengikat, sekaligus menjadi pelampung karamba.  Pada antara tiap karamba didesain jalan penghubung berasal papan kayu.  Ke 2 ujung bambu tersebut pada ikat pada tiang yang ditancapkan kedasar sungai sebagai pelawan agar karamba tidak terbawa arus air sungai.  Buat setiap gerombolan , diatas bambu pelampung dibuat pondok berukuran 1,5 x 1,lima x 1,lima meter menjadi daerah berteduh bagi petugas yang jaga pada malam hari. Rangka pondok terbuat berasal bambu serta kayu, lantai dari bambu serta atap berasal daun rumbia atau nipah
Dua. Penebaran benih
Setelah wadah serta media siap, maka dilakukan penebaran benih. Sebelum dilakukan penebaran, dilakukan aklimatisasi supaya benih tidak stress.  Proses aklimatisasi ini menggunakan cara menambahkan sedikit demi sekit air kolam pemeliharaan
Ke bak atau kantong benih supaya kualitas airnya sama.  Benih yang dipergunakan buat pembesaran ialah benih yg memiliki berat antara 50 – 100g/ekor dengan kepadatan 100 – 200 ekor/m3. Penebaran benih ikan usahakan dilakukan di sore hari atau pagi hari waktu syarat perairan tidak terlalu panas. Supaya ikan tidak stress, sebelum ikan di tebarkan, perlu dilakukan aklimatisasi (penyesuaian kondisi lingkungan) kurang lebih 5-10 menit.
Tiga. Pengelolaan pakan.
Pakan artinya faktor penting pada pertumbuhan ikan. Pemberian  pakan
Pada ikan patin dibedakan sinkron ukuran ikan.  Pada umur ikan satu bulan pertama diberikan pakan berupa pakan menggunakan butiran halus serta selanjutnya pakan menggunakan
Butiran yg relatif besar  dan  lalu butiran yg besar  yang sudah diubahsuaikan
Menggunakan bukaan verbal ikan.
Jumlah pakan yg diberikan sebanyak 3 – 4% dari berat biomass/hari, di bulan pertama pemeliharaan diberikan pakan sebesar 4% dan  saat bulan kedua
Diberikan sebanyak 3% dari berat biomass.  Frekuensi anugerah pakan sebanyak
Dua kali sehari yaitu di pagi dan  sore hari.
4. Kualitas air
Kualitas air ialah keliru satu faktor yang sangat mensugesti pertumbuhan.  Adapun parameter kualitas air meliputi :
A) suhu. Suhu air di umumnya ditentukan oleh suhu udara, sedangkan suhu udara
Ditentukan oleh ketinggian lokasi dari muka bahari. Semakin tinggi lokasi di atas muka bahari semakin rendah suhu udaranya serta sebaliknya).  Suhu air merupakan keliru satu sifat ekamatra yang bisa mempengaruhi nafsu makan ikan dan  pertumbuhan
Badan ikan.  Perubahan suhu yang mendadak mengakibatkan ikan mati, meskipun
Kondisi lingkungan lainnya optimal (purnamawati, 2002).  Menurut kordi (2005) suhu buat pemeliharaan ikan patin yg optimal yaitu 25-33oc.
B) kecerahan.  Kecerahan ialah berukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual menggunakan memakai secchi disk. Secchi disk dikembangkan oleh profesor secci di sekitar abad 19, yg berusaha menghitung taraf kekeruhan air secara kuantitatif.  Taraf kekeruhan air tersebut dinyatakan menggunakan suatu nilai yang dikenal menggunakan kecerahan secchi disk (jeffries dan  mills, 1996 dalam effendi, 2003).  Perairan yg aman bagi ikan patin merupakan perairan yang bisa ditembus oleh sinar matahari hingga kedalaman lebih asal 40 centimeter.
C) derajat keasaman (ph).  Derajat keasaman atau ph merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang membagikan suasana asam atau basa suatu perairan. Derajat keasaman suatu perairan dipengaruhi oleh konsentrasi co2 serta senyawa yg bersifat asam (lesmana, 2002).  Menurut khairuman dan  sudenda (2002), ikan patin mempunyai toleransi yang panjang terhadap derajat keasaman yaitu antara lima,0-9,0 dan  derajat keasaman yg optimum artinya 7,0.   Ph antara 6,lima-9 adalah kadar optimum buat pertumbuhan ikan dan  ph 11 artinya titik tewas basa (boyd, 1981 pada purnamawati 2002).
D) oksigen terlarut (do).  Kandungan oksigen yg optimal buat pemeliharaan ikan patin yaitu antara lima-6 ppm.   Peningkatan kandungan oksigen pada air dapat dilakukan menggunakan aerasi, filter mekanis dan  penambahan bahan penyegar. Menggunakan aerasi berarti oksigen atau udara bebas dialirkan ke pada air sebagai akibatnya dapat menempati rongga-rongga yang ditinggalkan oleh gas yg lebih ringan yg terusir.
Dengan filter mekanis berarti mengurangi kandungan bahan organik serta koloid dalam air sebagai akibatnya memungkinkan oksigen atau udara bebas memasuki rongga pada air. Dengan penambahan bahan penyegar berarti memasukkan bahan yg bisa mengikat gas-gas dalam air sehingga rongga yang ditinggalkan bisa
Diisi sang oksigen atau udara bebas (kordi, 2005)
E) laju/kecepatan arus air.  Laju/kecepatan (rate) pertukaran air di dalam sebuah keramba berbanding eksklusif dengan laju aliran air serta jeda linier yang melintasi keramba; sang karenanya, semakin mungil keramba semakin besar  laju pertukaran air potensialnya. Laju aliran air sebanyak 1 m/mnt akan berganti air satu kali dalam satu mnt dalam keramba menggunakan lebar sisi 1-m (1-m3), namun hanya satu kali dalam tujuh mnt dalam keramba menggunakan lebar sisi 7-m (98-m3) schimittou, dkk., (2004). Kecepatan arus yang ideal buat pembesaran ialah antara 15-30 cm/detik.
5. Hama dan  penyakit
Penyakit ikan ialah segala sesuatu yg bisa menyebabkan gangguan
Di ikan, baik secara langsung maupun tidak pribadi.  Gangguan terhadap ikan
Dapat disebabkan sang organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yg
Kurang menunjang kehidupan ikan.  Jadi timbulnya serangan penyakit ikan pada bak
Artinya akibat hubungan yang tidak harmonis antara ikan, kondisi lingkungan dan
Organisme penyakit.
A) bintik putih (white spot)
Penyakit bintik putih biasa menyerang benih ikan patin. Penyakit bintik putih dapat diketahui menggunakan tanda-tanda mirip benih berenang pada bagian atas kolam.  Jika diperhatikan, badan benih ikan patin terdapat bintik-bintik putih serta nafsu makan berkurang.  Cara mengatasi penyakit ini dengan menyurutkan air kolam sampai 1/2, kemudian di beri garam sampai salinitas 3 ppt (30 garam/10 liter) disertai
Peningkatan suhu air media hingga 310c (hernowo, 2001).
B) bakteri
Dari khairuman (2002), penyakit bakteri yang bisa menyerang ikan patin artinya aeromonas sp. Dan  pseudomonas sp.  Bakteri ini menyerang bagian perut, dada serta pangkal sirip sebagai akibatnya menimbulkan pendarahan dan  lendir di tubuh berkurang yg dicirikan menggunakan kulit ikan terasa kasap saat diraba.  Pengobatan
Yg dapat dilakukan merupakan menggunakan merendam ikan ke dalam larutan pk (kalium
Permangnat) 10-20 ppm selama 30-60 menit.  Cara lain  menggunakan merendam ikan ke
Dalam larutan nitrofuran 5-10 ppm selama 12-24 jam atau larutan oksiterrasiklin lima
Ppm selama 24 jam.
C) jamur
Selain parasit dan  bakteri, infeksi fungi pula dapat menyebabkan penyakit.  Jamur tiba sebab adanya luka-luka di bagian badan ikan. Penyebab luka dikarenakan penanganan yang kurang baik pada saat pemanenan atau pengangkutan. Jamur yang menyerang ikan patin asal golongan achlya sp. Dan  saprolegnia sp. Identitas ikan yg terkena fungi ialah bagian tubuh terluka, terutama di tutup insan, sirip dan  bagian punggung ditumbuhi benang-benang halus, seperti kapas yang berwarna putih hingga kecoklatan.  Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air sesuai kebutuhan ikan dan  menjaga agar ikan tak mengalami luka-luka pada bagian tubuh seperti tutup insang, sirip serta bagian punggung.  Pengobatan yang dapat dilakukan ialah dengan merendamnya ke dalam larutan malachyte green oxalate (mgo) menggunakan dosis dua-tiga g/m3 air selama 30 menit.  Pengobatan dilakukuan sampai tiga hari berturut-turut agar ikan patin benarbenar sembuh (khairuman, 2002).
6. Panen
Pemanenan ialah ketika yg dinantikan di budi daya ikan patin.  Meski
Terlihat sederhana pemanenan juga perlu memperhatikan beberapa aspek agar ikan
Tidak mengalami kerusakan,kematian, cacat waktu dipanen.  Buat pemanenan ikan di keramba, dilakukan dengan menggunakan serok atau indera tangkap lainnya.
Penanganan ketika pemanenan harus hati-hati dan  menghindari adanya luka sebab bisa menurunkan mutu serta harga jual ikan.  Penangkapan pribadi memakai tangan usahakan tidak dilakukan sebab tangan mampu terluka terkena patil atau duri sirip ikan.  Buat menjaga mutu ikan yg dipanen, sehari sebelum dipanen umumnya pemberian  pakan tidak boleh (diberokan). Ikan patin yg dipanen dimasukkan pada wadah yang telah diisi dengan air jernih sehingga ikan permanen hidup serta tidak stress.
Buat pemanenan pada pemeliharaan di kolam tanah, dilakukan menggunakan cara mengeringkan kolam sampai air yg tersisa hanya di kemalir saja. Ikan yang berada di kemalir diambil dengan menggunakan jarring. Ikan digiring ke arah saluran pembuangan lalu diangkat serta ditampung pada tempat penampungan.  Penangkapan ikan menggunakan memakai jala usahakan tidak dilakukan karena
Akan menyebabkan ikan mengalami luka-luka.
7. Pasca panen
Penanganan pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup juga ikan segar.