Kamis, 27 April 2017

Merancang Perlengkapan Penunjang Karamba Jaring Apung.

Merancang Perlengkapan Penunjang Karamba Jaring Apung.


Rakit yang telah dirancang di atas, tentu saja belum bisa segera dipasang di lokasi pilihan. Masih perlu dilaksanakan beberapa kegiatan tersebut antara lain.

1.  Pelampung rakit     
Di lapangan, pembudidaya karamba jaring apung umumnya menggunakan pelampung dari drum bekas berkapasitas 200 liter yang mudah didapat di masyarakat . Selain pelampung berupa drum bekas, atau bambu yang sudah tua kita dapat juga menggunakan pelampung dari drum plastik, jerigen plastik, atau ban bekas mobil yang diisi gabus sty ro foam  dan lain-lainnya.
Pelampung yang dipilih itu selanjutnya dipasang pada setiap sudut rakit atau dipasang pada setiap jarak 3 meter bila digunakan rakit berukuran lebih besar. Diusahakan agar pelampung tersebut dipasang dan diatur sedemikian  rupa agar kokoh terpasang di tempatnya supaya kuat dan tidak mudah rusak untuk pemakaian lama. Misalnya, pelampung nada rakit dijepit dengan pelat besi atau dibuatkan tempat khusus. Jadi, sebaiknya kita mengatur sendiri letak pelampung itu agar tidak bergeser dari posisinya dan baik .

Kita tetap melakukan kegiatan pemasangan pelampung itu di darat. Pelampung yang terbuat dari drum karena murah dan mudah didapat di masyarakat, sebelum ditempatkan di perairan umum atau waduk yang dipilihan, sebaiknya dicat dulu dengan meni besi atau cat anti karat agar tahan lama dan tidah mudah berkarat, demikian juga dengan rakit yang terbuat dari besi juga di cat biar tidak berkarat juga. Drum yang dijadikan pelampung sebelumnya harus diperiksa dulu ada yang bocor apa tidak. Diusahakan agar drum yang digunakan masih dalam keadaan baik, dalam arti tidak bocor. Saat pemasangan pada rakit, diusahakan agar tutup drum tersebut selalu berada di bagian atas.
2.  Jangkar rakit
Selain pelampung, perlengkapan lain yang perlu disiapkan adalah jangkar. Jangkar berguna untuk menahan rakit agar tidak hanyut di perairan umumatau waduk. Jangkar dibuat sesuai dengan kondisi tanah di dasar perairan umum atau waduk. Pada prinsipnya, kita dapat menggunakan tipe jangkar yang sesuai. Bila tanah dasar perairanumum atau waduk keras, kita dapat menggunakan jangkar pasak. Sedangkan bila tanah dasar perairan umum atau waduk yang datar, curam, berpasir, atau berlumpur, kita dapat menggunakan jangkar pemberat biar bisa tenggelam.
Tipe jangkar ,pemberat terbuat dari bermacam-macam bahan, misalnya  antara lain dari besi, semen beton, batu yang dibungkus dalam keramba jaring , dan sebagainya. Berat jangkar tipe ini dipengaruhi oleh keadaan angin, kecepatan arus, berat dan ukuran rakit, serta kondisi tanah dasar perairan umum atau waduk itu sendiri. Pada prinsipnya, berat jangkar ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat agar tetap dapat berfungsi sebagai penahan dan pemberat, agar rakit tetap pada posisinya.

3.  Gudang, rumah jaga, dan perahu
Sarana penunjang lain yang tidak kalah pentingnya bagi usaha kita nantinya adalah tersedianya gudang dan rumah jaga. Bahan untuk gudang dan rumah jaga ini dapat dibuat dari dinding kayu atau bahan lain yang tahan terhadap air atau uap.air, cukup kuat namun ringan. Untuk atapnya, dapat digunakan seng bergelombang yang sebelumnya dicat meni biar tidak berkarat. Untuk atap boleh juga digunakan bahan sirap atau plastik bergelombang. Ukuran gudang dan rumah jaga ini tentu saja disesuaikan dengan ukuran rakit yang menopangnya. Oleh karena gudang dan rumah jaga ini berdiri di atas rakit, maka kita perlu membuat rakit itu sedemikian rupa agar mampu menahan lantai gudang dan rumah jaga dengan kuat yang kokoh tidak mudah rusak.  Untuk lantai ini, kita dapat menggunakan papan dengan ketebalan tertentu yang diinginkan aleh pemiliknya.
Sebagai sarana transportasi dari lokasi usaha ke darat, kita juga memerlukan sebuah perahu yang terbuat dari kayu ataupun fiberglass atau serat kaca. Bila situasi dan kondisi belum memungkinkan, kita dapat juga memanfaatkan rakit yang terbuat dari rangkaian bambu sebagai pengganti perahu walaupun bersifat sementara. Ukuran besar kecil perahu atau rakit transportasi ini di sesuaikan dengan daya angkut yang dikehendaki.

  Cara Pemasangan Unit Budidaya di Lokasi Pilihan
Bila rakit budidaya sudah dipasangi pelampung, berarti rakit itu sudah siap diceburkan di perairan umumatau waduk untuk diletakkan pada posisi pilihan yang diinginkan si pemilik. Untuk membawa rakit ini ke lokasi pilihan, kita dapat melakukannya dengan cara menaikinya dan langsung mendayungnya. Atau, kita bisa menariknya dengan menggunakan perahu bermotor.Sesampainya di lokasi perairan umum atau waduk yang dipilih, keempat sudut rakit budidaya ini kemudian diikat dengan tambang yang dihubungkan dengan jangkar. Panjang tambang untuk jangkar ini sebaiknya tiga kali kedalaman perairan. Bila kedalaman air perairan 4 meter, maka panjang tambang jangkar masing-masing 12 meter. Tambang sepanjang ini nantinya akan membuat rakit menjadi lebih stabil pada posisinyatidak mudah rusak. dan tidak mudah tenggelam karena ada pemberatnya yang sudah di buat sedemikian rupa sehingga .

  Cara Pemasangan Keramba jaring  pada Rakit
Bila pemasangan jangkar selesai dan keadaan rakit sudah stabil, kita dapat melanjutkan pekerjaan berikutnya, yakni memasang keramba jaring  pada rakit budidaya. Cara pemasangannya adalah mengaitkan tali ris setiap sudut atas keramba jaring  dengan bagian sudut rakit. Untuk memperkuat kedudukan keramba jaring  ini, kita dapat pula membuat beberapa ikatan lagi di antara tali ris bagian atas dengan sisi rakit.
Agar keramba jaring  dapat meregang sesuai dengan bentuk yang diinginkan, dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti berbagai cara berikut ini.

1.  Menarik setiap sudut keramba jaring
Pada cara ini, kita perlu meletakkan tiang di setiap sudut rakit. Kemudian kita memberikan cincin di kedua ujung tiang ini. Cara merenggangkannyatidak kumpul biar mekar atau melebar kemana-mana supaya jaring, kita masukkan tali ris yang ada di setiap sudut keramba jaring  ke dalam cincin pada tiang yang sudah di pasang ke waduk tersebut ikan pada masuk ke jaring. Kemudian kita tarik talinya.

2.  Memasang pipa besi di dasar kantong
Ukuran panjang pipa besi yang digunakan disesuaikan dengan ukuran keramba jaring . Pipa ini kemudian dirangkai berbentuk bujur sangkar atau sesuai ukuran keramb adan diletakkan di dasar keramba dengan cara diikatkan pada tali ris bagian bawah dan diluruskan yang rapi.

3.  Memasang pemberat pada setiap sudut kantong
Cara perenggangan keramba jaring  terakhir ini merupakan cara yang sering diterapkan pembudidaya ikan di waduk karena fungsi untuk pemberat adalah biar masuk kedalam air tidak ngambang yang di sukai oleh ikan. Pada cara ini, setiap sudut keramba jaring  bagian dasar dipasangi sebuah pemberat.  Besar kecil pemberat disesuaikan dengan ukuran keramba jaring . Untuk setiap keramba jaring , paling tidak dipasangi empat buah pemberat.

Diposkan oleh Munawaroh,S.P.

Rabu, 26 April 2017

BUDIDAYA IKAN LELE ( Clarias )

BUDIDAYA IKAN LELE
( Clarias )

1. SEJARAH SINGKAT
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan.

2. KLASIFIKASI IKAN LELE
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986) adalah:
Kingdom                    : Animalia
Sub-kingdom            : Metazoa
Phyllum                     : Chordata
Sub-phyllum                         : Vertebrata
Klas                            : Pisces
Sub-klas                    : Teleostei
Ordo                           : Ostariophysi
Sub-ordo                   : Siluroidea
Familia                       : Clariidae
Genus                        : Clarias

3. MANFAAT IKAN LELE
1)    Sebagai bahan makanan
2)    Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan hias.
3)    Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele.
4)    Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-lain.

4. PERSYARATAN LOKASI KOLAM TANAH
1)    Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.
2)    Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
3)    Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4)    Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya, tidak tercemar dan tidak terkena banjir
5)    Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
6)    Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
7)    Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60 cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.

5. PEDOMAN TEKNIS PEMBESARAN IKAN LELE
5.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen atau dari terpal

5.2. Penyiapan Bibit
1) Menyiapkan Bibit
 Ciri-ciri benih lele yang baik:
-       Hasil keturunan lele unggul.
-       Tidak terkena penyakit baik benih maupun induknya dan lincah
-       Keaadaan badan panjang .
-       Hasil saringan ke 1 dan ke 2.
-       Ukuran seragam

 Syarat induk lele yang baik:
-       Induk dari jenis unggul dan ukuran badan panjang
-       Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
-       Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina berumur satu tahun.
-       Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat apabila makanannya mengandung cukup protein.

5.3. Persiapan kolam pembesaran
1). Persiapan kolam
(a). Pengeringan kolam
Keringkan dasar kolam sampai pecah pecah dan lakukan pengapuran 25 – 200 gram / m2 bila PH kurang dari 7 dan dengan pengeringan zat beracun akan menguap ( H2S dan almoniak )

(b) Pemupukan kolam
a.       Pada saat kolam dikeringkan lakukan pemupukan dulu dengan pupuk organik agar tumbuh /plog , plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele. Dengan dosis 20 kg / m2 kompos.
b.       Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm kemudian beri probiotik 2 cc / m2 dan dibiarkan sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
c.       Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
d.       Lakukan pemupukan lagi apabila warna air kolam menunjukan akan berubah bening

(c). Penebaran benih
Padat tebar untuk kolam pembesaran antara 50 sampai dengan 200 ekor per m2. Bila sekali tebar untuk tiga kolam dijadikan satu kolam dulu bila sudah berumur 1 minggu  disize yang besar dipindahkan kekolam ke 2 , minggu ke 2 kolam penebaran di size lagi yang besar dipindahkan ke kolam ke 3 dari cara ini diharapkan pertumbuhan lele akan rata sehingga tidak banyak terjadi kanibal


(d) Pemberian Pakan
a. Makanan Alami Ikan Lele
1.     Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air.
2.     Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
3.     Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
4.     Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.
b. Makanan Tambahan
1.    Pemberian pakan pelet tiap pagi dan sore dengan cara ditabur sampai ikan kenyang atau diukur melaui berat badan 2,5% s/d 5% /hari
2.    Dengan ikan rucah , siput , kerang2an , atau bangkai

(e). Aplikasi probiotik.
Aplikasi probiotik di maksudkan agar sisa makanan dan limbah kotoran lele bisa diuraikan menjadi pupuk sehingga tidak menimbulkan pencemaran dan bau tidak sedap. Adapun caranya sebagai berikut :
1.    siapkan wadah yang bersih tidak bekas minyak atau deterjen 1 buah ember dengan tutupnya untuk membangunkan probiotik
2.    ambil air sumur 2/3 ember tersebut
3.    campur air dengan air leri ( bekas cucian beras ) atau dedak secukupnya
4.    tambahkan air gula pasir atau tetes 1/20 air ember
5.    tambahkan probiotik 1/20 air ember
6.    biarkan 24 jam dengan ember ditutup rapat baru di gunakan ke kolam


Diposkan oleh Munawaroh,S.P.

Selasa, 25 April 2017

MERANCANG DAN MENYIAPKAN SARANA BUDIDAYA KARAMBA

MERANCANG DAN MENYIAPKAN
SARANA BUDIDAYA KARAMBA

Bila minat, modal, dan lokasi pilihan ideal sudah kita peroleh, maka langkah selanjutnya untuk meraih keuntungan usaha adalah merancang dan menyiapkan sarana budi daya. Untuk budidaya ikan dalam keramba jaring  terapung, sarana pokok yang terlebih dulu harus dirancang adalah keramba jaring  sebagai wadah budidaya dan rakit atau kerangka sebagai tempat untuk menggantungkan wadah budi daya.

A.  Merancang Keramba jaring

Ukuran keramba jaring  yang dipergunakan sebagai wadah budidaya tidak ada batasannya. Namun, ukuran keramba jaring  yang biasa digunakan di lapangan cukup beragam, mulai dari 2 x 2 x 2 meter hingga 9 x 9 x 2 meter. Di pasaran hingga saat ini, sayang sekali belum tersedia wadah berupa keramba jaring  yang siap pakai. Untuk itu, bahan dan alat yang diperlukan harus dibeli, kemudian di rancang sendiri menjadi wadah budidaya sesuai ukuran yang diinginkan. Untuk merancang wadah budidaya, kita harus mempersiapkan bahan dan alat di antaranya sebagai berikut.

1.  Jaring
q  Jaring yang digunakan adalah jaring polyethylene No. 380 D/15 dengan mata jaring berukuran 1 inci (untuk wadah budidaya) dan jaring polyethylene No. 380 D/9 dengan mata jaring berukuran 2 inci (untuk pelindung wadah budidaya atau pencegah serangan hama pemangsa). Di pasaran, biasanya jaring itu  tersedia  dalam  bentuk  gulungan  atau lembaran yang dijual berdasarkan berat (kg).

2.  Tambang
q  Tambang plastik digunakan untuk membuat tali ris atau penahan jaring bagian atas dan bawah. Tambang yang biasa digunakan untuk tali ris berdiameter 5 mm. Selain itu, kita memerlukan benang plastik polyethylene No. 380 D/15 untuk merajut atau menyambung masing-masing lembaran jaring atau sisi kantong.

3.  Alat lain
Alat-alat lain, seperti gunting, pisau, meteran, dan coban (alat pengganti jarum), digunakan juga untuk merajut atau menyambung jaring.
Bila alat dan bahan sudah tersedia, maka kita dapat segera merancang jaring menjadi kerambawadah budidaya. Oleh karena jaring yang ada bempa lembaran atau gulungan, maka jaring ini perlu dibentangkan dan dipotong sesuai dengan ukuran wadah budidaya yang diinginkan.
Untuk memotong jaring ini, kita hams melakukannya dengan benar berdasarkan perhitungan ukuran mata jarring dan tingkat perenggangannya saat terpasang di perairan. Perhitungan ini sebenamya menggunakan rumus tertentu dengan perhitungan yang agak rumit. Namun, rumus itu jarang digunakan di lapangan oleh petani. Sebagai gantinya, mereka menggunakan perhitungan cara lapangan. Perhitungan itu masih bisa dipertanggungjawabkan. Untuk mudahnya, perhitungan ini dipaparkan dalam bentuk kasus sebagai berikut.
Misalkan jaring yang digunakan bermata jaring 1 inci (2,54 cm). Dalam keadaan belum direnggangkan atau keadaan tertutup, setiap 1 meter (100 cm) jaring akan terdapat 39 buah mata jaring. Angka itu didapat dengan perhitungan berikut.
100
   ———  = 39,37 (dibulatkan menjadi 39)
2,54

Menurut hasil penelitian, jaring dalam keadaan terpasang atau sudah bempa keramba jaring  akan mengalami renggangan atau mata jaring dalam keadaan tertarik ataupun terbuka. Dalam keadaan seperti itu, panjang jaring akan berkurang sebesar 30 % dari semula. Jadi, setelah terenggang jumlah mata jaring menjadi 56 buah. Angka ini di dapat dengan perhitungan berikut.

            100                                 100
——————————— = ——————— = 56,2 (dibulat kan menjadi 56)
 (100 % - 30 %) x 2,54          0,7 x 2,54 
 
Berdasarkan perhitungan jaring dalam keadaan terenggang itu, maka bila kita menginginkan ukuran keramba jaring  4 x 4 x 2 meter, berarti kita hams memotong lembaran jaring berukuran 224 x 224 x 112 buah mata jaring. Angka-angka ini diperoleh dari hasil perkalian antara ukuran keramba jaring  denganjumlah mata jaring.
Di antara kita barangkali saja masih ada yang merasa kesulitan dalam perhitungan tersebut di atas. Agar pemotongan lembaran jaring sesuai dengan ukuran kerambajarring yang dikehendaki, maka di bawah ini disajikan tabel berdasarkan cara perhitungan di atas.



TABEL 2. PERHITUNGAN JUMLAH MATA JARING YANG HARUS DI POTONG DALAM BERBAGAI UKURAN   KERAMBA JARING  DAN MATA JARING.

Ukuran Keramba jaring

(P x L x T) meter
Ukuran Mata
Jarring (inci)
Ukuran pemotongan lembaran jarring
(P x L x T) buah mata Jaring
2 x 2 x 2
3 x 3 x 2

4 x 4 x 2

5 x 5 x 2

6 x 6 x 2

7 x 7 x 2

8 x 8 x 2

9 x 9 x 2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
112 x 112 x 112
56 x 58 x 56
168 x 168 x 112
84 x 84 x 56
224 x 224 x 112
112 x 112 x 56
280 x 280 x 112
140 x 140 x 56
336 x 336 x 112
168 x 168 x 56
392 x 392 x 112
196 x 196 x 56
448 x 448 x 112
224 x 224 x 56
504 x 504 x 112
252 x 252 x 56

Bila ukuran pemotongan sudah diketahui, langkah selanjutnya adalah gulungan jaring dibentangkan untuk di potong. Berdasarkan kasus di atas, bila kita menginginkan ukuran keramba jaring  4 x 4 x 2 meter, berarti kita harus memotong lembaran jaring sepanjang 16 meter (896 buah mata jaring 1 inci) dan lebar 2 meter (112 buah mata jaring). Periu diketahui bahwa lembaran jaring yang dipotong itu hanya untuk empat sisi saja. Untuk sisi bagian bawah (dasar), kita memerlukan lembaran jaring berukuran 4 x 4 meter atau 224 x 224 buah mata jaring. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Dengan mengikuti cara pemotongan di atas, kita akan lebih mudah merancangnya menjadi sebuah keramba jaring . Berdasarkan gambar di atas, kita tinggal mempertemukan sisi AF dengan EJ. Kemudian kita merajutnya dengan benang plastik berdiameter 2 mm memakai coban. Untuk bagian dasamya, kita juga harus merajut tiap sisinya dengan cara mempertemukan sisi KL dengan FG, LN dengan GH, NM dengan HI, dan MK dengan IJ.
Bila keramba jaring  sudah terbentuk, sekarang kita tinggal memasukkan tali plastik berdiameter 5 mm pada beberapa mata jaring secara selang seling pada keliling atas keramba(A,B,C,D) dan dasar keramba(F,G,H,I). Tali ris bagian atas ini sebaiknya dilebihkan 0,5 meter untuk setiap sudutnya. Dengan adanya kelebihan ini, panjang tali ris bagian atas menjadi 26 meter (perhitungan dari 24 + (4 x 0,5) m.) Untuk tali ris bagian dasar kantong, panjangnya dapat mengikuti tali ris bagian atas ataupun tetap sepanjang 24 meter. Hal ini tergantung pada cara pemasangan dan perenggangan keramba jaring  yang akan diterapkan nan tiny a. Agar keramba jaring  dapat terpasang dengan kuat, setiap mata jarring bagian atas yang dilalui tali ris sebaiknya dibuat rangkap dua. Caranya, keramba jaring  di bagian atas dilipat beberapa sentimeter.
Oleh karena setiap unit budidaya umumnya terdiri dari empat buah keramba jaring , maka kita harus membuat tiga buah keramba jaring  lagi dengan ukuran yang sama. Namun, jumlah keramba jaring  setiap unit tentunya sesuai dengan minat dan modal yang tersedia.
Pembuatan keramba jaring  bermata jaring lebih besar prinsipnya sama  dengan  di atas. Keramba jaring  yang berukuran lebih besar ini dapat kita gunakan juga untuk melindungi wadah budidaya dari gangguan hama pemangsa.
Diposkan oleh Munawaroh, S.P.