MEMILIH LOKASI IDEAL UNTUK JARING APUNG
Di persada Nusantara ini memang banyak terbentang waduk dan danau yang
dapat dimanfaatkan untuk usaha budidaya ikan dalam keramba jaring terapung. Meskipun demikian, bila kita telah
lebih dalam, ternyata tidak semua waduk dan danau ideal untuk usaha budidaya
ikan dalam keramba jaring terapung.
Artinya ideal dari segi teknik dan sosial ekonominya. Boleh jadi perairan yang
dipilih benar-benar sudah ideal dari segi teknik. Namun, usaha budidaya ikan
dalam keramba jaring terapung baru
berialan satu periode saja sudah
"gulung tikar dan kandas di tengah jalan" karena diprotes oleh
masyarakat setempat, pakan ikan sulit diperoleh, atau hasil usaha temyata sulit
dipasarkan.
Kasus seperti itu sebenamya tidak perlu terjadi bila jauh-jauh hari
sebelumnya kita sudah memperhatikan syarat-syarat lokasi yang ideal. Hal ini
harus mencakup seluruh aspek teknis dan sosial ekonominya. Terkadang, kita
memang kurang menyadari bahwa sukses tidaknya usaha yang nantinya akan dilaksanakan
sering ditentukan oleh langkah awal serta benar tidaknya memilih dan menentukan
lokasi usaha.
Pendek kata, lokasi ideal ini menjadi masalah yang serius bila kita ingin
menekuni usaha budidaya tersebut secara profesional dan serius. Pemilihan
lokasi ideal ini tidak boleh dilakukan secara gegabah karena menyangkut modal
yang tidak sedikit dan kelangsungan usaha yang bukan main-main. Berikut ini beberapa hal yang hams kita perhatikan pada
saat memilih lokasi ideal.
A. Aspek Sosial
Ekonomi
Oleh karena usaha yang akan
kita laksanakan nantinya bersifat serius, dalam arti dikelola secara
profesional, maka lokasi usaha haruslah menguntungkan ditinjau dari segi
ekonominya. Lokasi pilihan harus selalu berorientasi pada efisiensi dan
pemasaran. Berikut ini beberapa hal yang patut diperhatikan pada
aspek sosial ekonomi ini.
1. Prasarana
jalan yang baik
Alasan utama perlu adanya
prasarana jalan yang baik di lokasi pilihan adalah sifat usaha yang akan kita
tekuni nantinya. Hal ini tentunya selalu berorientasi pada segi ekonomi. Bila
lokasi pilihan berprasarana jalan baik, dalam arti dekat dengan jalan umum,
maka beberapa keuntungan akan dapat diraih sekaligus. Keuntungan tersebut di
antaranya adalah kemudahan transportasi, baik itu transportasi alat maupun
bahan untuk pembuatan wadah budidaya, dan sarana produksi pada masa
pemeliharaan maupun transportasi pemasaran hasil nantinya. Selain itu, dengan
adanya prasarana jalan yang baik, pembeli dan pedagang ikan dengan senang
hati akan datang
ke lokasi usaha
untuk memilih dan membeli ikan hasil budidava. Pendek kata,
dengan adanya prasarana jalan yang baik ini, biaya eksploitasi akan dapat
ditekan sekecil mungkin.
2. Keamanan
terjamin
Yang dimaksudkan dengan aspek
ini adalah terjaminnya keamanan usaha, baik dari tangan-tangan jahil, hama
penyakit, ataupun gangguan lain dari masyarakat sekitar. Untuk mengatasi
gangguan dari masyarakat sekitar, ada baiknya bila kita selalu membina hubungan baik dengan masyarakat,
terutama para tokoh dan sesepuh masyarakat setempat. Selain itu, sebagai
tindakan pencegahan pada saat usaha berjalan, kegiatan siskamling dan pengawasan
lingkungan usaha hendaknya jangan sampai diabaikan.
Untuk menghindari gangguan
dari hama pemangsa, seperti kura-kura, biawak, ataupun berang-berang kita dapat
menempuhnya dengan cara membuat dan memasang jarring mengelilingi unit usaha
untuk mencegah masuknya hama pemangsa itu. Biasanya hama pemangsa itu bersarang
di kerimbunan semak yang ada di daerah tepian perairan.
Pembudidayaan ikan dalam
keramba jaring terapung
Didaerah tepian kurang
terjamin keamanannya.
Untuk itu, kita bisa juga menempuhnya dengan cara
lain, yaitu menempatkan wadah budidaya jauh dari daerah tepian dan selalu
mengadakan sanitasi lingkungan dengan cara membersihkan semak belukar yang ada
di daerah tepian.
3. Mudah
mendapatkan tenaga kerja
Sebaiknya lokasi terpilih juga
merupakan lokasi yang banyak menyediakan tenaga kerja yang upahnya wajar. Yang
dimaksudkan tenaga kerja di sini adalah tenaga kerja tetap untuk mengelola
usaha dan tenaga kerja tidak tetap untuk membuat wadah budidaya, membantu saat
panen, dan sebagainya. Sebaiknya tenaga kerja ini diambil dari daerah sekitar
usaha. Cara ini, selain dapat menekan biaya eksploitasi, juga merupakan salah
satu cara membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar.
4. Daerah
pengembangan budidaya ikan
Lagi-lagi untuk menekan biaya
eksploitasi, diusahakan lokasi pilihan dekat dengan sumber benih. Oleh karena
benih ikan yang akan dibesarkan nantinya berukuran di atas 8 cm dan berbobot
antara 50 - 100 gram/ekor, maka benih seperti ini biasanya lebih mudah didapatkan
dari hasil budidaya di sawah (mina padi) ataupun kolam. Untuk itu, ada baiknya
bila lokasi pilihan ini merupakan daerah pengembangan budidaya ikan. Dengan
cara ini , kita mengharapkan akan lebih memudahkan mendapatkan benih dan
memasarkan hasil nantinya.
5. Sesuai
dengan kebijaksanaan
Untuk menghindari kemungkinan
ditutupnya usaha di kemudian hari oleh pemerintah setempat, maka diusahakan
lokasi pilihan memang merupakan daerah untuk usaha budi daya ikan. Hal ini
tentunya sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah setempat. Sehingga sebelum
membangun unit usaha, ada baiknya bila jauh hari sebelumnya kita mengadakan
pendekatan dan kesepakatan tertulis dengan pihak pengelola utama perairan, dan
lembaga terkait lainnya secara lintas sektoral.
Kita perlu mengupayakan
pendekatan mengmgat usaha itu merupakan salah satu kegiatan pelengkap dalam
memanfaatkan potensi sumber daya perairan untuk meningkatkan produksi ikan.
Sedangkan fungsi utama dibangunnya waduk umumnya ditujukan untuk pembangkit
tenaga listrik, irigasi, atau pengendali banjir. Dengan demikian, kita sebagai
"pihak pelengkap" jauh hari sebelumnya memang selayaknya harus
mengurus perizinannya sebagai landasan hukum.
B. Aspek Teknis
Selain aspek sosial ekonomi,
aspek teknis pun perlu mendapat perhatian tersendiri karena merupakan
persyaratan vital. Berikut adalah beberapa' hal yang patut diperhatikan dalam
aspek teknis.
1. Kondisi
perairan
Dalam kaitannya dengan
penempatan unit budidaya berupa keramba jaring
terapung nantinya, kondisi perairan memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap kehidupan ikan yang dibudidayakan. Beberapa faktor berikut perlu
diperhatikan dalam hal ini.
a. Volume air
Lokasi penempatan unit budidaya sebaiknya bervolume air besar. Perairan
seperti ini dapat memperkecil. pengaruh negatif sisa pakan dan kotoran ikan
terhadap pertumbuhan ikan yang dibudidayakan.
b. Arus air
Unit budidaya sebaiknya ditempatkan pada jalur arus yang ada di perairan
pilihan. Jalur arus horizontal ini
biasanya terietak pada daerah muara sungai yang mengalir ke dalam waduk.
Adanya arus horizontal ini akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan ikan . Hal ini dikarenakan arus itu beroksigen terlarut yang
diperlukan ikan. Selain itu, arus
ini dapat menghanyutkan kotoran dan sisa
pakan ikan yang jatuh ke dasar perairan.
Keramba
jaring yang ditempatkan pada jalur arus
sangat baik karena bisa ber-
pengaruh
pada pertumbuhan ikan budidaya.
Bila
pada perairan pilihan ternyata tidak ada arus (kondisi air tidak mengalir),
disarankan agar unit budi daya atau rakit yang diusahakan luas arealnya tidak
melebihi 1 % dari luas perairan. Pada perairan yang kondisi airnya tidak
mengalir ini, unit budidaya sebaiknya diletakkan di tengah perairan sejajar
dengan garis pantai.
c. Kedalaman air
Pada
usaha budidaya ikan dalam keramba jaring
terapung, kedalaman air perairan yang ideal dipengaruhi oleh sifat
perairan itu sendiri, yakni kondisi air mengalir dan tidak mengalir. Pada
kondisi perairan mengalir, di sarankan agar unit budidaya ditempatkan minimal
pada kedalaman air 3 meter. Sedangkan pada perairan yang tidak mengalir,
disarankan agar unit budidaya ditempatkan pada kedalaman air minimal 5 meter.
d. Luas perairan
Luas
tidaknya perairan yang dipilih berpengaruh terhadap penempatan unit budidaya.
Pada perairan yang luas dan terbuka, biasanya memungkinkan terjadinya gelombang
dan tiupan angin kencang. Hal ini tentunya tidak kita inginkan karena dapat
merusakkan unit budi daya, bahkan menghanyutkannya ke lain tempat. Untuk
menghindari hal ini, unit budidaya akan lebih aman bila ditempatkan di daerah
teluk dan dekat pantai.
e. Tingkat kesuburan
Perairan
danau dan waduk, ditinjau dari tingkat kesuburannya, dapat dikelompokkan menjadi perairan dengan
tingkat kesuburan rendah (oligotrofik), sedang (mesotrofik), dan
tinggi (eutrofik). Bila digunakan untuk budidaya sistem intensif
(kepadatan ikan tinggi), maka perairan eutrofik beresiko yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perairan oligotrofik ataupun mesotrofik. Hal ini perlu
dimaklumi karena perairan eutrofik akan mengalami kekurangan oksigen lebih
cepat pada malam hari. Tentu saja hal ini akan berpengaruh buruk terhadap ikan
yang dibudidayakan dengan kepadatan tinggi. Untuk itu, tingkat kesuburan
perairan yang dipilih hendaknya rendah hingga sedang. Dengan kata lain, perairan pilihan
hendaknya berkandungan plankton
optimal dengan nilai transparasi di atas 40 %.
f. Bebas
dari pencemaran
Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan adalah
penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang menyebabkan
perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai guna air dan sumber daya perairan tersebut.
Bila ditelusuri lebih jauh, pada prinsipnya jenis bahan pencemar dapat dikelompokkan menjadi bahan pencemar
yang sulit terurai dan yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit
terurai di antaranya adalah persenyawaan logam berat, sianida, DDT, atau bahan
organik sintetis. Sedangkan contoh dari bahan pencemar yang mudah terurai
adalah limbah rumah tangga, bakteri, limbah panas, atau limbah organik. Kedua
jenis bahan pencemar tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab kedua adalah keadaan alam,
seperti banjir, ataupun gunung meletus.
Dalam budidaya ikan, khususnya pada waktu pemilihan lokasi, masalah
pencemaran memang perlu mendapat perhatian tersendiri. Hal ini memang cukup
serius karena berpengaruh langsung terhadap kehidupan ikan dan kelangsungan
usaha. Meskipun secara teknis kondisi alami perairan yang terpilih memungkinkan
untuk membudidayakan ikan, namun bila sudah ada kegiatan lain yang akan
menimbulkan pencemaran perairan, maka langkah pemanfaatan perairan itu perlu
dipertimbangkan lebih matang lagi.
2. Kualitas
air
Dalam budidaya ikan, secara
umum kualitas air dapat diartikan
sebagai setiap peubah (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan,
kelangsungan hidup, dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi, perairan
yang terpilih haruslah berkualitas air yang memenuhi syarat bagi kehidupan dan
pertumbuhan ikan yang kita budidayakan.
Kualitas air di sini meliputi
sifat fisika, kimia, dan biologi yang
dinyatakan dalam kisaran angka.
Berpijak dari pengalaman, keberhasilan budidaya
ikan dalam keramba jaring terapung pada
kenyataannya banyak ditentukan oleh keadaan kualitas air. Perairan yang tidak
memenuhi syarat, misalnya sering terjadi perubahan mendadak beberapa parameter
di atas, akan dapat berakibat buruk bagi kelangsungan hidup ikan yang kita
budidayakan.
Pada kenyataannya, penganalisaan
kualitas air di lapangan memang tidak semudah "membalik telapak
tangan". Hal ini memerlukan keterampilan
dan ketelitian tersendiri. Mengingat pentingnya kualitas air
bagi usaha kita nantinya, maka tidak ada salahnya bila kita meminta bantuan
pihak lain yang berkompeten untuk menganalisa kualitas air, seperti Balai
Penelitian Perikanan atau Dinas Perikanan setempat. Namun, bila kita memang
sanggup melaksanakannya sendiri, tentu saja hal ini akan lebih bermanfaat.
Paling tidak kita dapat lebih menekan biaya eksploitasi.
Diposkan oleh Munawaroh,S.P.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar