Kamis, 20 April 2017

MEMILIH LOKASI IDEAL UNTUK JARING APUNG

MEMILIH LOKASI IDEAL UNTUK JARING APUNG

Di persada Nusantara ini memang banyak terbentang waduk dan danau yang dapat dimanfaatkan untuk usaha budidaya ikan dalam keramba jaring  terapung. Meskipun demikian, bila kita telah lebih dalam, ternyata tidak semua waduk dan danau ideal untuk usaha budidaya ikan dalam keramba jaring  terapung. Artinya ideal dari segi teknik dan sosial ekonominya. Boleh jadi perairan yang dipilih benar-benar sudah ideal dari segi teknik. Namun, usaha budidaya ikan dalam keramba jaring  terapung baru berialan satu periode saja sudah  "gulung tikar dan kandas di tengah jalan" karena diprotes oleh masyarakat setempat, pakan ikan sulit diperoleh, atau hasil usaha temyata sulit dipasarkan.
Kasus seperti itu sebenamya tidak perlu terjadi bila jauh-jauh hari sebelumnya kita sudah memperhatikan syarat-syarat lokasi yang ideal. Hal ini harus mencakup seluruh aspek teknis dan sosial ekonominya. Terkadang, kita memang kurang menyadari bahwa sukses tidaknya usaha yang nantinya akan dilaksanakan sering ditentukan oleh langkah awal serta benar tidaknya memilih dan menentukan lokasi usaha.
Pendek kata, lokasi ideal ini menjadi masalah yang serius bila kita ingin menekuni usaha budidaya tersebut secara profesional dan serius. Pemilihan lokasi ideal ini tidak boleh dilakukan secara gegabah karena menyangkut modal yang tidak sedikit dan kelangsungan usaha yang bukan main-main. Berikut ini beberapa hal yang hams kita perhatikan pada saat memilih lokasi ideal.

A.  Aspek Sosial Ekonomi

Oleh karena usaha yang akan kita laksanakan nantinya bersifat serius, dalam arti dikelola secara profesional, maka lokasi usaha haruslah menguntungkan ditinjau dari segi ekonominya. Lokasi pilihan harus selalu berorientasi pada efisiensi  dan  pemasaran.  Berikut ini  beberapa hal yang patut diperhatikan pada aspek sosial ekonomi ini.

1.  Prasarana jalan yang baik
Alasan utama perlu adanya prasarana jalan yang baik di lokasi pilihan adalah sifat usaha yang akan kita tekuni nantinya. Hal ini tentunya selalu berorientasi pada segi ekonomi. Bila lokasi pilihan berprasarana jalan baik, dalam arti dekat dengan jalan umum, maka beberapa keuntungan akan dapat diraih sekaligus. Keuntungan tersebut di antaranya adalah kemudahan transportasi, baik itu transportasi alat maupun bahan untuk pembuatan wadah budidaya, dan sarana produksi pada masa pemeliharaan maupun transportasi pemasaran hasil nantinya. Selain itu, dengan adanya prasarana jalan yang baik, pembeli dan pedagang ikan dengan senang hati  akan  datang  ke  lokasi  usaha  untuk  memilih  dan membeli ikan hasil budidava. Pendek kata, dengan adanya prasarana jalan yang baik ini, biaya eksploitasi akan dapat ditekan sekecil mungkin.

2.  Keamanan terjamin
Yang dimaksudkan dengan aspek ini adalah terjaminnya keamanan usaha, baik dari tangan-tangan jahil, hama penyakit, ataupun gangguan lain dari masyarakat sekitar. Untuk mengatasi gangguan dari masyarakat sekitar, ada baiknya bila kita selalu  membina hubungan baik dengan masyarakat, terutama para tokoh dan sesepuh masyarakat setempat. Selain itu, sebagai tindakan pencegahan pada saat usaha berjalan, kegiatan siskamling dan pengawasan lingkungan usaha hendaknya jangan sampai diabaikan.
Untuk menghindari gangguan dari hama pemangsa, seperti kura-kura, biawak, ataupun berang-berang kita dapat menempuhnya dengan cara membuat dan memasang jarring mengelilingi unit usaha untuk mencegah masuknya hama pemangsa itu. Biasanya hama pemangsa itu bersarang di kerimbunan semak yang ada di daerah tepian perairan.

Pembudidayaan ikan dalam keramba jaring terapung
Didaerah tepian kurang terjamin keamanannya.

Untuk itu, kita bisa juga menempuhnya dengan cara lain, yaitu menempatkan wadah budidaya jauh dari daerah tepian dan selalu mengadakan sanitasi lingkungan dengan cara membersihkan semak belukar yang ada di daerah tepian.
3.  Mudah mendapatkan tenaga kerja
Sebaiknya lokasi terpilih juga merupakan lokasi yang banyak menyediakan tenaga kerja yang upahnya wajar. Yang dimaksudkan tenaga kerja di sini adalah tenaga kerja tetap untuk mengelola usaha dan tenaga kerja tidak tetap untuk membuat wadah budidaya, membantu saat panen, dan sebagainya. Sebaiknya tenaga kerja ini diambil dari daerah sekitar usaha. Cara ini, selain dapat menekan biaya eksploitasi, juga merupakan salah satu cara membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar.

4.  Daerah pengembangan budidaya ikan
Lagi-lagi untuk menekan biaya eksploitasi, diusahakan lokasi pilihan dekat dengan sumber benih. Oleh karena benih ikan yang akan dibesarkan nantinya berukuran di atas 8 cm dan berbobot antara 50 - 100 gram/ekor, maka benih seperti ini biasanya lebih mudah didapatkan dari hasil budidaya di sawah (mina padi) ataupun kolam. Untuk itu, ada baiknya bila lokasi pilihan ini merupakan daerah pengembangan budidaya ikan. Dengan cara ini , kita mengharapkan akan lebih memudahkan mendapatkan benih dan memasarkan hasil nantinya.

5.  Sesuai dengan kebijaksanaan
Untuk menghindari kemungkinan ditutupnya usaha di kemudian hari oleh pemerintah setempat, maka diusahakan lokasi pilihan memang merupakan daerah untuk usaha budi daya ikan. Hal ini tentunya sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah setempat. Sehingga sebelum membangun unit usaha, ada baiknya bila jauh hari sebelumnya kita mengadakan pendekatan dan kesepakatan tertulis dengan pihak pengelola utama perairan, dan lembaga terkait lainnya secara lintas sektoral.
Kita perlu mengupayakan pendekatan mengmgat usaha itu merupakan salah satu kegiatan pelengkap dalam memanfaatkan potensi sumber daya perairan untuk meningkatkan produksi ikan. Sedangkan fungsi utama dibangunnya waduk umumnya ditujukan untuk pembangkit tenaga listrik, irigasi, atau pengendali banjir. Dengan demikian, kita sebagai "pihak pelengkap" jauh hari sebelumnya memang selayaknya harus mengurus perizinannya sebagai landasan hukum.

B.  Aspek Teknis

Selain aspek sosial ekonomi, aspek teknis pun perlu mendapat perhatian tersendiri karena merupakan persyaratan vital. Berikut adalah beberapa' hal yang patut diperhatikan dalam aspek teknis.

1.  Kondisi perairan
Dalam kaitannya dengan penempatan unit budidaya berupa keramba jaring  terapung nantinya, kondisi perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kehidupan ikan yang dibudidayakan. Beberapa faktor berikut perlu diperhatikan dalam hal ini.

a.  Volume air
Lokasi penempatan unit budidaya sebaiknya bervolume air besar. Perairan seperti ini dapat memperkecil. pengaruh negatif sisa pakan dan kotoran ikan terhadap pertumbuhan ikan yang dibudidayakan.

b.  Arus air
Unit budidaya sebaiknya ditempatkan pada jalur arus yang ada di perairan pilihan. Jalur arus horizontal ini  biasanya terietak pada daerah muara sungai yang mengalir ke dalam waduk. Adanya arus horizontal ini akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan ikan . Hal ini dikarenakan arus itu beroksigen terlarut yang diperlukan ikan. Selain itu, arus ini dapat menghanyutkan kotoran  dan sisa pakan ikan yang jatuh ke dasar perairan.

Keramba jaring  yang ditempatkan pada jalur arus sangat baik karena bisa ber-
pengaruh pada pertumbuhan ikan budidaya.
      
Bila pada perairan pilihan ternyata tidak ada arus (kondisi air tidak mengalir), disarankan agar unit budi daya atau rakit yang diusahakan luas arealnya tidak melebihi 1 % dari luas perairan. Pada perairan yang kondisi airnya tidak mengalir ini, unit budidaya sebaiknya diletakkan di tengah perairan sejajar dengan garis pantai.

c.  Kedalaman air
Pada usaha budidaya ikan dalam keramba jaring  terapung, kedalaman air perairan yang ideal dipengaruhi oleh sifat perairan itu sendiri, yakni kondisi air mengalir dan tidak mengalir. Pada kondisi perairan mengalir, di sarankan agar unit budidaya ditempatkan minimal pada kedalaman air 3 meter. Sedangkan pada perairan yang tidak mengalir, disarankan agar unit budidaya ditempatkan pada kedalaman air minimal 5 meter.

d.  Luas perairan
Luas tidaknya perairan yang dipilih berpengaruh terhadap penempatan unit budidaya. Pada perairan yang luas dan terbuka, biasanya memungkinkan terjadinya gelombang dan tiupan angin kencang. Hal ini tentunya tidak kita inginkan karena dapat merusakkan unit budi daya, bahkan menghanyutkannya ke lain tempat. Untuk menghindari hal ini, unit budidaya akan lebih aman bila ditempatkan di daerah teluk dan dekat pantai.

e.  Tingkat kesuburan
Perairan danau dan waduk, ditinjau dari tingkat kesuburannya,  dapat dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotrofik), sedang (mesotrofik),  dan  tinggi  (eutrofik).  Bila digunakan untuk budidaya sistem intensif (kepadatan ikan tinggi), maka perairan eutrofik beresiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan perairan oligotrofik ataupun mesotrofik. Hal ini perlu dimaklumi karena perairan eutrofik akan mengalami kekurangan oksigen lebih cepat pada malam hari. Tentu saja hal ini akan berpengaruh buruk terhadap ikan yang dibudidayakan dengan kepadatan tinggi. Untuk itu, tingkat kesuburan perairan yang dipilih hendaknya rendah hingga sedang. Dengan kata lain, perairan  pilihan  hendaknya  berkandungan plankton optimal dengan nilai transparasi di atas 40 %.
f.  Bebas dari pencemaran
Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan adalah penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang menyebabkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai  guna air dan sumber daya perairan tersebut. Bila ditelusuri lebih jauh, pada prinsipnya jenis bahan pencemar   dapat dikelompokkan menjadi bahan pencemar yang sulit terurai dan yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit terurai di antaranya adalah persenyawaan logam berat, sianida, DDT, atau bahan organik sintetis. Sedangkan contoh dari bahan pencemar yang mudah terurai adalah limbah rumah tangga, bakteri, limbah panas, atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab kedua adalah keadaan alam, seperti banjir, ataupun gunung meletus.
Dalam budidaya ikan, khususnya pada waktu pemilihan lokasi, masalah pencemaran memang perlu mendapat perhatian tersendiri. Hal ini memang cukup serius karena berpengaruh langsung terhadap kehidupan ikan dan kelangsungan usaha. Meskipun secara teknis kondisi alami perairan yang terpilih memungkinkan untuk membudidayakan ikan, namun bila sudah ada kegiatan lain yang akan menimbulkan pencemaran perairan, maka langkah pemanfaatan perairan itu perlu dipertimbangkan lebih matang lagi.

2.  Kualitas air
Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan  sebagai setiap peubah (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup, dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi, perairan yang terpilih haruslah berkualitas air yang memenuhi syarat bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang kita budidayakan.
Kualitas air di sini meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi  yang dinyatakan dalam kisaran angka.




Berpijak dari pengalaman, keberhasilan budidaya ikan dalam keramba jaring  terapung pada kenyataannya banyak ditentukan oleh keadaan kualitas air. Perairan yang tidak memenuhi syarat, misalnya sering terjadi perubahan mendadak beberapa parameter di atas, akan dapat berakibat buruk bagi kelangsungan hidup ikan yang kita budidayakan.
Pada kenyataannya, penganalisaan kualitas air di lapangan memang tidak semudah "membalik telapak tangan". Hal ini  memerlukan  keterampilan  dan  ketelitian  tersendiri. Mengingat pentingnya kualitas air bagi usaha kita nantinya, maka tidak ada salahnya bila kita meminta bantuan pihak lain yang berkompeten untuk menganalisa kualitas air, seperti Balai Penelitian Perikanan atau Dinas Perikanan setempat. Namun, bila kita memang sanggup melaksanakannya sendiri, tentu saja hal ini akan lebih bermanfaat. Paling tidak kita dapat lebih menekan biaya eksploitasi.

Diposkan oleh Munawaroh,S.P.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar