Rabu, 10 Januari 2018

PEMIJAHAN PATIN

PEMIJAHAN PATIN


Pemijahan Ikan Patin
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang dikenal sebagai
komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah
yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para
pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian
makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa
mencapai panjang 35-40 cm. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan
oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini. Adapun
klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut :
Filum              : Chordata
Sub Filum       : Vertebrata
Kelas              : Pisces
Sub Kelas       : Teleostei
Ordo              : Ostariophysi
Sub Ordo       : Siluroidei
Famili             : Schilbeidae
Genus            : Pengasius
Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti
perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut
terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan
catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi
sebagai peraba.
1. Pemeliharaan Induk
Dalam kegiatan pembenihan ikan, pemeliharaan induk merupakan salah satu
faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas benih yang
dihasilkan.
meliputi:
·Wadah dan media pemeliharaan
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan induk dapat berupa kolam tanah
atau bak beton.Sebaiknya bak pemeliharaan dilengkapi dengan waring yang
Pada kegiatan ini, ada beberapa hal yang harus di perhatikan yang ukurannya
di sesuaikan dengan ukuran bak. Penggunaan waring ini bertujuan untuk
memudahkan saat melakukan seleksi induk.
Pada bak pemeliharaan induk, ketinggian air berkisar antara 1,2-1,5 m dengan
kepadatan 2-3 ekor/m2. Pada bak ini juga sebaiknya terdapat saluran pembuangan
dan pemasukan air agar memudahkan dalam pengelolaan media pemeliharaan.
· Pakan induk
Pakan induk dapat menggunakan pakan komersil dengan kandungan protein
antara 28-32%. Kandungan pakan ini sangat berpengaruh terhadap kualiatas telur
yang dihasilkan. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu
pada pagi dan sore hari. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 2% dari biomass
(Hamid dkk, 2007).
Misalkan, induk sebanyak 50 ekor dengan berat rata-rata 3 kg/ekor. Jadi,
berata biomassnya adalah 150 kg. Pakan yang harus di berikan adalah 2% dari 150
kg, sebanyak 3 kg. Pakan ini dibagi menjadi dua bagian, 1,5 kg di berikan pada pagi
hari dan 1,5 kg diberikan pada sore hari.
2. Seleksi Induk
Seleksi induk adalah kegiatan yang dilakukan untuk memilih induk yang siap
untuk dipijahkan. Sebelum melakukan seleksi, induk terlebih dahulu diberok selama
1 hari dengan tujuan agar memudahkan dalam seleksi yaitu induk yang membesar
perutnya adalah benar-benar induk yang matang gonad bukan karena pakan (Kordi,
2005).
Induk yang diseleksi adalah induk yg telah berumur lebih dari 3 tahun dengan
berat 1,5-2 kg untuk jantan dan 1,5-2 kg untuk betina.
Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah
sebagai berikut :
a. Induk betina
·         Umur tiga tahun.
·         Ukuran 1,5–2 kg.
·         Perut membesar ke arah anus.
·         Perut terasa empuk dan halus bila di raba.
·         Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
·         Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
·        kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang
·        bentuknya bundar dan besarnya seragam.
b. Induk jantan
·         Umur dua tahun.
·         Ukuran 1,5–2 kg.
·         Kulit perut lembek dan tipis.
·         Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
·         Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
3. Pemijahan
Penyuntikan
Pemijahan pada ikan patin dilakukan secara buatan dengan menggunakan
hormon stimulan yang berfungsi untuk menstimulasi kematangan gonad yaitu melalui
pemberian ovaprim. Dosis yang biasa digunakan antara 0,50-0,75 cc/kg untuk induk
betina, (Kordi, 2005). Sedangkan untuk induk jantan tidak ada perlakuan atau tidak
dilakukan penyuntikan sebelum dilakukan pemijahan.
Penyuntikan dilakukan pada punggung yaitu dibawah sirip secara intra muscular (Khairuman, 2002). Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali. Penyuntikan pertama dapat dilakukan pada malam hari
 yaitu pada pukul 22.00 dengan dosis 1/3 dari total dosis, sedangkan penyuntikan kedua
 dilakukan pada pagi hari yaitu pada pukul 09.00 sebanyak 2/3 dari dosis total.
Induk yang telah di suntik, kemudian dimasukkan kembali ke dalam bak.
Setelah 8 – 12 jam penyuntikan, dapat dilakukan stripping untuk mengeluarkan telur
dan sperma induk.
Strippng
Induk yang telah siap untuk distripping kemudian diangkat dan dikeringkan
terlebih dahulu dengan handuk atau kain lainnya untuk menghindari masuknya air ke
dalam waskom. Proses stripping dilakukan dengan metode kering (dry stripping).
Stripping dilakukan dengan cara mengurut bagian perut induk betina ke arah
belakang. Telur yang keluar ditampung dengan menggunakan waskon yang telah
dikeringkan sebelumnya.
Setelah selesai striping telur, kemudian dilakukan pengambilan sperma.
Sperma diambil dengan cara mengurut bagian perut induk jantan ke arah belakang.
Sperma yang keluar dari papila ditampung di dalam mangkok yang telah dibersihkan.
Setelah telur tertampung di dalam waskom kemudian sperma dimasukkan ke
dalam telur dan diaduk dengan menggunakan bulu ayam sampai sperma dan telur
tercampur merata. Pengadukan dilakukan perlahan, setelah telur dan sperma
tercampur rata kemudian ditambahkan air sedikit demi sedikit agar sperma aktif dan
dapat membuahi telur.
Telur yang telah terbuahi ini kemudian dimasukkan ke dalam air yang dicampur
dengan lumpur yang terlebih dahulu air yang dicampur lumpur ini di rebus sampai
mendidih agar streril. Tujuan pencampuran telur dengan air yang di campur lumpur
ini agar telur tidak lengkat satu dengan dengan yang lain. Kemudian telur dibilas
hingga bersih dan siap untuk di tetaskan
·Penetasan telur
Telur-telur hasil stripping dapat di tetaskan dalam akuarium atau bak
penetasan. Sebelum penebaran telur, terlebih dahulu bak atau akuarium di bersihkan
kemudian diisi air setinggi 20 cm dan dipasang aerasi dan Heater untuk menjaga
suhu media penetasan.
Selama proses penetasan kondisi suhu selalu dikontrol agar tetap stabil yaitu
pada kisaran 28-31 0C. Jika suhu dibawah 28 0C maka heater dinyalakan dan jika
suhu 31 0C maka heater dimatikan. Telur akan menetas berkisar antara 28-28 jam
pada suhu 28-290C (Siregar, 2001).
Setelah telur menetas, wadah penetasan di bersihkan dengan cara menyipon
cangakang dan telur yang tidak menetas. Wadah yang digunakan untuk penetasan
dapat juga digunakan sebagai pemeliharaan larva dengan cara membuang air
hingga 90%. Tetapi sebaiknya larva dipelihara pada wadah dan media yang baru
agar lebih steril.
4. Pemeliharaan Larva
Larva ikan patin dapat dipelihara di dalam akuarium, setiap akuarium dipasang
1 titik aerasi. Ketinggian air pada saat pemeliharaan 20 cm dan sejalan
pertumbuhannya air ditinggikan menjadi 30 cm. Ruangan yang digunakan tertutup
rapat untuk menjaga suhu agar tidak fluktuatif. Pada akuarium yang diletakan pada
ruangan tertutup digunakan kompor untuk memanaskan ruangan serta air di
akuarium.Untuk menjaga kualitas air dilakukan penyiponan pada pagi hari dan
pergantian air sebanyak 60-70% setiap 2-3 hari sekali (Khairuman dan Sudenda,
2002). Pada saat larva berumur 1-2 hari, belum di beri pakan karena masih memiliki
yolk sac sebagai cadangan makanannya. Larva yang telah berumur 3 hari diberi
pakan berupa Artemia sp. yang diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 2 jam
sekali. Setelah larva berumur 4 hari dapat diberi pakan alami berupa kutu air (Dapnia
sp. dan Moina sp.) dan cacing sutra (Tubifex) yang dicacah terlebih dahulu,
diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 3-4 jam sekali. Larva yang berumur lebih dari 5 hari,
di berikan pakan berupa cacing sutra (Tubifex) yang dicacah terlebih dahulu, diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 3-4 jam sekali. Pemeliharaan larva ini berlangsung hingga umur 15 hari. Larva yang
berumur 15 hari dengan menggunakan pakan Tubifex dapat mencapai ukuran 0,75 inchi.
5. Panen Benih
Pemanenan larva patin dilakukan saat larva telah berumur 15 hari.. Panen
dilakukan dengan cara air pada akuarium dikurangi sebanyak 70-80%, kemudian
diambil dengan menggunakan skopnet dan ditampung kedalam waskom.
Setelah larva terkumpul, kemudian dimasukkan dalam jaring untuk dilakukan
greding. Setelah larva dalam jaring, kemudian air dipercik-percikkan agar larva yang
berukuran lebih kecil keluar dari jaring. Sedangkan larva yang tertampung dalam
jaring dipindahakan kedalam akuarium lain. Kegiatan tersebut dilakukan terus
menerus sampai semua larva tergreding semua.
Ikan yang berukuran kecil akan keluar dari jaring sedangkan yang berukuran
yang lebih besar akan terperangkap dalam jaring. Ikan yang lolos dikembalikan
dalam akuarium untuk dibesarkan kembali. ditampung juga dalam wadah yang terpisah.
Sedangkan ikan yang terperangkap Setelah semua benih di greding,kemudian larva
di pindahkan ke wadah pemeliharaan untuk didederkan.
6. Penanganan Penyakit
Pengamatan terhadap penyakit hanya dilakukan seacara visual. Penyakit yang
sering terjadi pada saat pemeliharaan jamur, larva yaitu bintik putih atau White Spot,dan
perut pecah, akibat bakteri. Susanto dan Amri (2002) menyatakan bahwa penyakit yang
sering menyerang ikan patin yaitu berupa penyakit bintik putih, jamur dan bakteri.
Untuk menjaga dari terserangnya penyakit setiap selesai pergantian air selalu diberikan
 larutan garam dapur sebanyak 10 mg/liter.
Ikan yang sakit karena white spot diobati dengan mengunakan Methylene blue
sebanyak 1 ppm. Jika benih terserang bakteri dengan ciri perut kembung tidak perlu
diobati langsung saja dimusnahkan sebab apabila tidak dimusnahkan dikawatirkan
akan menular pada benih ikan yang lain. Untuk mencegah penyakit yang terbawa
oleh cacing Tubifex sebagai pakan benih ikan, maka sebelum diberikan kepada
benih ikan tersebut, cacing direndam dalam larutan KMnO4 5-10 ppm selama 10 -15
menit sebagai disinfektan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar