Kamis, 18 Januari 2018

MENGENAL LOBSTER AIR TAWAR

MMENGENAL LOBSTER AIR TAWAR


Dahulu sebelum lobster air tawar terkenal, hanya lobster air laut yang menjadi makanan lezat. Padahal, lobster air laut diperoleh dengan cara ditangkap dari alam sehingga ketersediaannya tergantung alam. Sedangkan lobster air tawar dapat
dibudidayakan dengan relatif mudah dan sederhana.
    Lobster air tawar merupakan udang air tawar berukuran relatif besar. Tubuhnya tertutup kulit beruas-ruas yang keras dan terbuat dari bahan kitin. Bagian tubuh terbagi menjadi dua bagian, yaitu kepala-dada (chephalothorax) dan badan-ekor (abdomen).
Kepala tertutup kulit keras dengan bagian depan (rostrum) meruncing dan bergerigi.   Di kepala terdapat sepasang mata bertangkai, sepasang antena panjang, dan sepasang antena pendek. Bagian kepala terdapat lima pasang kaki. Tiga kaki,
diantaranya kaki pertama, kedua, dan ketiga mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi capit. Sepasang capit yang pertama besar dan kokoh yang berfungsi dalam mempertahankan diri dan untuk menangkap mangsa. Bagian belakang, yaitu perut dan ekor kulit tubuhnya beruas-ruas dengan kulit keras, dibagian ini terdapat empat pasang
kaki renang. Ekornya berbentuk seperti kipas dengan lima ruas. Pertumbuhan lobster bertambah besar melalui pergantian kulit (moulting). Pada waktu ganti kulit tersebut lobster dalam kondisi lemah sehingga saat itu sering terjadi
kanibal, seperti udang yang lain.

A. Sistematika
   Phylum         : Arthropoda
   Sub phylum  : Crustaceae
   Kelas             : Malacostraca
   Ordo             : Decapoda
   Family          : Parastacidae
   Genus           : Cherax
Ciri-ciri Utama
1. Badan terdiri dari kepala dada (cephalotorax), tubuh (abdomen) dan ekor   (telson)
2. Pada ujung depan kepala dada terdapat tanduk berbentuk segitiga yang di sebut
     rostrum.
3. Pada dadanya terdapat 5 pasang kaki jalan dengan pasangan kaki terdepan
     berbentuk capit (“chelipet”)
4. Tubuhnya terdiri dari 6 ruas yang tersusun tumpang tindih seperti genteng
   rumah dengan ruas kedua berada di atas ruas pertama dan ketiga
5. Pada tiap ruas tubuh di lengkapi dengan sepasang kaki renang (“pleopod”).
6. Ekor berbentuk segi tiga dengan ujungnya yang runcing.
7. Ekor tersebut di apit oleh sirip ekor yang di sebut “uropod”.
8. Dalam keadaan normal, kulitnya keras dan pada saat ganti kulit udang ini
   membentuk gumpalan kapur yang di sebut gastrolith yang terletak di depan
   lambungnya.


B. Habitat dan Penyebaran
    Lobster air tawar yang berasal dari family Astacidae, Cambaridae, dan Parastacidae,menyebar di semua benua, kecuali. Meskipun demikian, di kedua benua tersebut pernah di temukan fosil lobster air tawar
    Family Astacidae banyak hidup di perairan bagian barat Rocky Mountains di barat laut Amerika Serikat sampai Kolombia, Kanada, dan juga di Eropa. Di Indonesia, terutama di Jayawijaya (Papua), hidup beberapa spesies dari family Parastacidae antara lain Cherax monticola, Cherax lorentzi, Cherax comunis, Cherax papuana, dan Cherax wasseli.

C. Spesifikasi Spesies.
    Dalam usaha budidaya lobster air tawar, ada 3 spesies dari genus Cherax yang dapat dikembangbiakkan secara ekonomis, baik ditinjau dari penyediaan spesies udang hias air tawar maupun udang konsumsi, yakni lobster air tawar capit merah atau redclaw (Cherax qudricarinatus), yabbie (Cherax destructor), dan marron (Cherax tenuimatus).
    Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi telah mulai melakukan domestikasi berbagai spesies lobster air tawar yang berasal dari habitat alam kawasan Kabupaten Wamena. Tujuan utama domestikasi ini adalah menghasilkan induk dan benih teradaptasi dan menghasilkan informasi teknik pembudidayaan yang mengarah kepada upaya pelestarian plasma nutfah asli Indonesia. Di samping itu, merupakan upayapengembangan teknik budi daya lobster air tawar sebagai spesies baru yang mampu meningkatkan pendapatan petani ikan air tawar khususnya dan peningkatan ekspor
nonmigas pada umumnya.

    1. Lobster Air Tawar Capit Merah (Redclaw)
        Lobster air tawar capit merah (redclaw) merupakan salah satu spesies endemic   dari kelompok udang yang pada awalnya hidup di habitat alam, seperti sungai, rawa,    atau danau yang ada di kawasan Queensland, Australia.
        Secara khusus, ciri-ciri morfologi Lobster air tawar capit merah adalah warna  tubuhnya hijau kemerahan dengan warna dasar bagian atas capit berupa garis merah tajam, terutama pada induk jantan yang telah berumur lebih dari 7 bulan.Selain itu, memiliki duri-duri kecil yang terletak di atas seluruh permukaan capityang dilengkapi duri berwarna putih di atas permukaan setiap segmen capit, telur berwarna kuning kemerahan, dan memiliki masa pengeraman telur 32 -35 hari dengan suhu air 20–220 C.
    Lobster air tawar capit merah dapat hidup dan tumbuh pada suhu 2–370 C.Meskipun demikian, suhu air optimum yang paling tepat untuk hidup dan tumbuh adalah 23-310 C. Sementara itu, toleransi terhadap kandungan oksigen di dalam air
adalah 1 ppm, keasaman 6-9,5, dan amonia 1 ppm.
2. Lobster Air Tawar Yabbie
    Lobster air tawar yabbie merupakan salah satu spesies endemik yang menyebar luas di danau atau sungai yang terletak di wilayah tropis hingga subtropis di beberapa negara bagian Australia, seperti Melbourne, Adelaide, Alice Spring, Victoria, dan Townsvilelle. Di wilayah-wilayah tersebut umumnya jenis lobster inimenempati perairan yang kaya akan oksigen, tumbuhan, dan subtrat berlumpur atau berpasir.
    Lobster air tawar yabbie memiliki toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi oksigen terlarut sebesar 0,5 ppm dan suhu air 8-300 C. Namun, metabolime tubuh, nafsu makan, dan pertumbuhannya menjadi rendah jika dipelihara dalam wadah dengan suhu air kurang dari 160 C. Yabbie membutuhkan kisaran suhu untukpertumbuhan optimum antara 20-250 C. biasanya yabbie menjadi induk saat berumur 6-7 bulan dengan bobot maksimum yang ditemukan di habitat alam mencapai 300-400 gram dan panjang total sekitar 30 cm.
    Lobster ini merupakan jenis omnivora, walaupun memiliki kecenderungan menyukai tumbuhan, seperti daun dan ranting pohon yang jatuh ke perairan.
Kebiasaan lain yang dimiliki yabbie adalah kemampuannya membuat tempat perlindungan dengan menggali lubang di dasar perairan hingga kedalaman 2 meter. Kenyataan ini tentunya bisa menjadi faktor yang mempersuliat pembudidaya.

3. Lobster Air Tawar Spesies Indonesia
    Lobster air tawar spesies Indonesia adalah spesies-spesies lobster air tawar yang hidup di habitat asli perairan Indonesia, seperti danau, rawa, atau daerah aliran sungai (DAS), terutama yang berlokasi di berbagai daerah di Propinsi Papua.
    Berdasarkan berbagai penelitian dan pengkajian yang telah dilaksanakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian Pengembangan Teknologi (BPPT), Lembaga Biologi Nasional (LBN), serta laporan tahunan Dinas Perikanan Kabupaten Wamena tahun 2002, diperoleh informasi bahwa ada 12 spesies dan 1 subspesies lobster air tawar yang terdapat di perairan Papua.
    Dalam upaya pelestarian sumber daya plasma nutfah habitat perairan Indonesia dan pengembangan teknik produksi budidaya lobster air tawar dalam bentuk induk benih dan induk yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi telah melakukan berbagai kegiatan perekayasaan. Kegiatantersebut meliputi domestikasi induk lobster asli Indonesia sesuai dengan kajian desain konstruksi wadah budidaya, penanganan dan pengelolaan pakan, kualitas air, serta pengendalian penyakit.

D. Jenis dan Pola Makan
    Lobster air tawar termasuk hewan pemakan segala (omnivora). Bahan-bahan makanan dari hewani dan nabati sangat di sukainya. Lobster menyukai cacing-cacingan, seprti cacing sutera, cacing air, cacing tanah, dan plankton. Setelah berhasil dikembangbiakkan diluar habitat asalnya, ternyata lobster juga menyukai pakan buatan, seperti pelet. Kebutuhan pakan lobster sebenarnya sangat sedikit, yaitu hanya berkisar 2-3 gram per ekor lobster dewasa perhari. Kebutuhan pakan tersebut di gunakan untuk pertumbuhan, pergantian sel-sel yang sudah rusak dan perkembangbiakkan.

E. Sistem Perkembangbiakan
    Pada umumnya lobster air tawar mulai matang gonad pada 6-7 bulan. Selanjutnya, induk jantan dan betina akan bertelur dan mengeraminya hingga menetas 1,5 bulan.
Setiap kali bertelur ,jumlah anakan yang menetas berkisar 150-800 ekor. Namun, ada  jenis lobster yang mampu menghasilkan telur hingga ribuan butir antara lain jenis Astacopsis gouldi dengan jumlah telur sekali bertelur sekitar 4.000 butir.
    Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang pagi. Proses perkawinan ini di perkirakan sekitar 0,5-1 jam. Sekitar 10-15 hari setelah perkawinan telur akan mulai tampak di bagian bawah badan lobster betina. Telur yang baru muncul tersebut berwarna kuning kemudian dalam beberapa minggu akan berubah menjadi oranye dan timbul bintik-bintik hitam sebelum menetas hingga telur tersebut menetasdan menjadi benih. Benih atau anakan lobster akan mulai lepas 4-5 hari setelah menetas.

F. Pergantian Kulit
    Proses pergantian kulit di kenal dengan istilah moulting. Umumnya pergantian kulit
mulai terjadi pada umur 2-3 minggu. Lobster muda lebih sering mengalami moulting di
bandingkan dengan lobster dewasa karena masih dalam masa pertumbuhan. Faktor
makanan berpengaruh pada percepatan moulting, karena makanan yang di serap lobster berfungsi untuk membentuk jaringan material pertumbuhan. Selain factor umum dan makanan, faktor kualitas lingkungan juga bisa mempengaruhi frekuensi moulting. Suplai oksigen, suhu air yang terlalu tinggi dan adanya timbunan zat-zat beracun dalam air akan membuat pertumbuhan lobster terlambat. Otomatis frekuensi moulting juga terlambat.
    Pada dasarnya moulting berfunsi untuk merangsang atau mempercepat pertumbuhan. Moulting juga bisa mempercepat pematangan gonad pada lobster.
Dengan demikian lobster akan cepat menghasilkan telur. Selain itu, pergantian kulit juga
untuk menumbuhkan kembali bagian tubuh yang cacat.

G. Sifat Kanibal
     Lobster termasuk hewan yang suka memangsa jenisnya sendiri. Sifat kanibal pada
lobster akan lebih nyata jika terjadi kekurangan makanan. Biasanya lobster akan memangsa lobster yang sedang mengalami ganti kulit. Kemungkinan pemicu munculnya sifat kanibal saat ada lobster yang ganti kulit adalah aroma yang ditimbulkan oleh cairan  pelican yang dikeluarkan lobster saat proses ganti kulit sehingga memancing lobster lain untuk memangsanya

B. Pembesaran
    Pembesaran lobster air tawar bertujuan untuk mendapatkan lobster dewasa yang siap dikonsumsi, untuk mendapatkan indukan dan untuk dijadikan lobster hias.
Pembesaran lobster sangat berhubungan dengan laju pertumbuhan. Semakin tinggi laju pertumbuhannya, waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan lobster ukuran konsumsi akan semakin pendek.
    Pertumbuhan pada lobster dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan nisbi. Pertumbuhan mutlak yaitu ukuran rata-rata yang dicapai oleh lobster dalam satuan waktu tertentu. Sementara pertumbuhan nisbi didefinisikan sebagai ukuran panjang apa berat yang dicapai dalam periode tertentu
yang di hubungkan dengan panjang atau berat pada awal periode tersebut.
    Secara umum, pertumbuhan di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi sifat genetis dan kondisi fisiologi. Sementara faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan yang menjadi media pemeliharaan, antara lain kimia air, substrak dasar, suhu air, dan ketersediaan pakan.
     Dalam pembesaran, pilih benih yang berjenis kelamin jantan saja karena pertumbuhannya lebih cepat daripada yang betina apalagi ketika memasuki tahap pembesaran energi yang dimiliki lobster betina tidak hanya untuk membesarkan
dagingnya, tapi juga untuk memelihara telurnya.
1. Persiapan Kolam
    Wadah pembesaran lobster perlu dibersihkan dari zat beracun terutama bagian dasar kolam umumnya, zat beracun berasal dari polutan pakan dan bangkai lobster pada periode pemeliharaan sebelumnya. Untuk membersihkannya, lapisan tanah yang berbau tersebut dikerok dan dibuang. Selanjutnya, kolam dikeringkan dan dipupuk seperti pada persiapan pembenihan.
2. Persiapan Instalasi/infrastruktur Kolam
    Sebelum kolam diisi dengan benih, sebaiknya sistem pemasukan dan pengeluaran air sudah bisa di operasikan. Jumlah dan jenisnya perlu disesuaikan dengan jumlah benih yang akan ditebar. Sistem aerasi dan sirkulasi air sudah dapat
bekerja dengan baik.
    1. Persiapan Benih
        Rekondisi pertama dilakukan dengan mencipratkan air pada benih pada sebuah wadah, misalnya ember. Pencipratan dilakukan pada seluruh tubuh  benih, terutama insang. Kolam karantina diaerasi kuat dan diusahakan kondisi
    kolam gelap (diberi penutup). Rekondisi dilakukan selama 1-2 hari.
        Sebelum menebar benih, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut;
        1) Cek kualitas air, terutama suhu, pH, dan DO. Pastikan suhu air berkisar 26-290C, pH 7-8, dan DO sekitar 4 ppm
        2) Cek kondisi kolam jangan sampai masih ada kebocoran
        3) Sistem aerasi sudah berjalan dengan baik. Areator atau blower harus  sudah dinyalakan 24 jam sebelum ditebar
    2. Menebarkan Benih
        Jika media pembesaran berupa kolam semen, bagian atas kolam tersebut   sebaiknya diaci apa dikeramik atau paling tidak 10-20 cm bagian paling atas dari  wadah pembesaran harus dibuat licin. Untuk kolam tanah, bagian pinggirnya
    harus diberi pagar dari karpet talang air selain itu, selang masuknya air atau  kabel listrik sebaiknya dimasukan ke dalam pipa paralon agar tidak dijadikan  sebagai tempat memanjat lobster.


    Ukuran benih yang akan ditebar sebisa mungkin seragam. Namun mendapatkan benih yang demikian memang agak sulit. Oleh karenanya,perbedaan ukuran benih masih bisa ditoleransi hingga tidak lebih dari 10 gram.
    Tingkat kepadatan dalam penebaran berkisar 5-10 ekor/m2 dengan masa pemeliharaan 6-8 bulan. Kepadatan tinggi dapat meningkatkan mortalitas atau memperlambat laju pertumbuhan. Benih ditebar dengan cara meletakannya
diatas permukaan kolam tanah/ semen. Jangan sekali-kali menebar benih dengan cara dilempar karena dapat merusak organ dalam dan organ luar.
3. Pemberian pakan
    Lobster adalah jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala.Sebaiknya, makanan untuk lobster diberikan dalam kondisi mentah, baik itu sayuran maupun daging. Lobster makan didasar kolam, sehingga makanan harus
ditenggelamkan ke dasar kolam. Pakan lain yang cuckup baik di beri untuk lobster adalah daging, cacing sutera dan blood worm. Namun, jika cacing sutera atau cacing tanah diberikan harus ada perlakuan khusus.Ketika baru diambil dari
sungai atu baru dibeli dari pedagang harus diendapkan terlebih dahulu selama satu hari. Tujuannya agar cacing membuang kotoran didalam perutnya sehingga yang tersisa hanya dagingnya. Para pembudidaya pemula disarankan
menggunakan cacing beku untuk pakan lobster-lobsternya.
    Dalam sehari, pakan yang diberikan sebanyak 3% dari berat badan lobster. Pakan tersebut diberikan dua kali sehari, yakni pagi hari pukul 07.00 - 10.00 pakan sebnayak 25% dan sore hari pada pukul 17.00 sebanyak 75%. Persentase
pemberian makan malam lebih banyak karena lobster termasuk hewan nokturnal yang aktif pada malam hari.
        Cara lain untuk mengetahui jumlah pakan yang akan diberikan adalah dengan menetapkan target pertumbuhan yang diinginkan secara periodikal, kemudian menghitung kebutuhan pakan yang menunjang pertumbuhan
tersebut. Cara ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara logis antara pertumbuhan dengan pakan yang dapat dijadikan pola yang lebih terukur.
4. Pertumbuhan Benih
    Pertumbuhan erat kaitannya dengan konsumsi pakan, lingkungan tumbuhan dan faktor genetis. Pemberian pakan memegang peranan yang paling tinggi. Dengan pemberian pakan yang sesuai, pertumbuhan lobster bisa
diprediksi. Semakin besar atau bertambahnya umur lobster, tingkat pertumbuhannya akan semakin menurun (persentase pertumbuhannya semakin kecil).


5. Pencegahan Hama dan Penyakit
    Meskipun lobster air tawar termasuk tahan terhadap serangan hama dan penyakit karena kulitnya yang keras dan tebal, tetapi kewaspadaan tetap saja diperlukan. Beberapa penyakit yang sering menyerang lobster dan menyebabkan kematian adalah sebagai berikut :
    1) Saprolegnia dan Achyla
         Kedua pathogen ini menyerang jaringan luar lobster dan menyerang  telurnya. Mereka dapat menghambat pernapasan lobster sehingga telur   akan mati dan tidak menetas. Tanda lobster terserang penyakit ini adalah  pada tubuhnya ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas. Cendawan ini menyebabkan nafsu makan lobster menurun dan akhirnya  mati. Cara mengatasi Saprolegnia sp adalah dengan merendam lobster yang terinfeksi ke dalam Malachite Green 2-3 ppm selama 30-60 menit.
    2) Cacing jangkar
         Cacing Lernea cyprinacea dan Lernaea carasii menembus jaringan tubuh dengan kaitnya yang menyerupai jangkar. Bagian insang pada lobster yang   terjangkit tampak dihuni cacing dan terdapat cairan atau lender yang  memanjang. Akibatnya, lobster kekurangan darah kehilangan bobot tubuh, dan kemudian mati. Cacing jangkar dapat diatasi dengan merendam lobster  yang terinfeksi kedalam larutan garam (20 gram garam dilarutkan ke dalam  1 liter air) selama 10-20 menit.
    3) Argulus foliaceus
         Serangan argulus pada lobster ditandai dengan adanya bintik merah  pada tubuh. Racun argulus ini menyebabkan kematian pada lobster akibat anemia dan kehilangan banyak darah. Racun yang melukai kulit bisa   mengundang infeksi saprolegnia yang semakin menambah penderitaan lobster. Penyakit ini bisa diatasi dengan merendam lobster kedalam 1 mililiter Lysol yang dilarutkan dalam 5 liter air selama 15-60 detik. Setelah   itu, rendam lobster ke dalam sodium permanganate sebanyak 1 gram yang  dilarutkan dalam 100 liter air selama 1,5 jam. Pemberiaan Neguvon, Masoten, dan Lindane dilakukan jika serangan telah mencapai stadium  puncak karena ketiganya bersifat racun yang justru bisa membahayakan  lobster.
    4) Larva cybister (ucrit)
         Larva cybister (ucrit) adalah hewan yang bentukya seperti ulat, tubuhnya berwarna agak kehijauan, dan panjangnya dapat mencapai 2 cm. hewan ini memiliki gigi taring yang terletak di kepala sebagai alat untuk  menggigit mangsanya. Sementara di bagian tubuh belakang, ucrit memilik alat penyengat. Meskipun demikian tubuhnya kaku, tetapi gerakannya terbilang cepat. Dilihat dari jenis darahnya, larva cybister termasuk hewan berdarah putih.
5) Linsang
    Linsang atau sero adalah hewan berkaki empat, berbulu, dan berekor panjang. Tubuhnya mirip kucung, tetapi ukurannya lebih panjang. Bila terkena sinar, matanya mengeluarkan cahaya berwarna biru. Hewan ini banyak ditemukan di daerah kaki gunung atau daerah berbukit. Tempat persembunyian sero sangat susah ditemukan.
    Sejauh ini, pemberantasan sero masih sulit dilakukan karena sangat susah ditangkap. Selain itu, penciumannya juga sangat tajam, meskipun dipancing dengan ikan dan lobster yang sudah diberi racun. Hanya pencegahan yang baru bisa dilakukan dengan yang dibuat mendadak. Pencegahan lainnya dengan memagar areal kandang, tetapi cara ini membutuhkan biaya yang sangat besar.
6. Penyaing
     Golongan penyaing (kompetitor) adalah hewan yang menyaingi lobster air tawar dalam hicdupnya, baik mengenai pakan maupun ruang untuk bergerak. Keberadaan kompotitor dikolam akan membuat bias dalam perhitungan FCR.
Jumlah pakan yang diberikan ternyata tidak seluruhnya dikonsumsi oleh lobster air tawar. Penyaing ikut memanfaatkan pakan yang di tebar oleh pembudidaya. hitungan FCR menjadi lebih tinggi.  Beberapa jenis penyaing yang sering hidup bersama lobster air tawar dikolam itu yaitu bangsa siput, seperti trisipan dan concong, ikan liar seperti mujair, ketaman-ketaman serta udang kecil-kecil.  Untuk mengendalikan beberapa kompetitor ini, perlu dilakukannya upaya pemberantasan agar tidak bersaing dalammendapatkan pakan dengan lobster air tawar. Berikut ini adalah cara yang bisa dilakukan dalam pemberantasan kompotitor:
     1) Biji Teh
         Bungkil biji teh adalah ampas yang dihasilkan biji teh yang diperas   minyaknya. Sejauh ini, biji teh banyak diproduksi dicina. Kadar saponin  dalam setiap bungkil biji teh tidak sama tetapi biasanya dengan 150-200 kg  bungkil biji teh per hektar kolam, sudah cukup relatif mematikan ikan liar  atau buas tanpa mematikan lobster air tawar yang dipelihara.
         Dosis yang digunakan sekitar 200-250 kg/ha kolam. Sebelum ditebar, volume air dalam kolam dikurangi hingga 1/3-nya saja. Dengan demikian, dosis yang digunakan saponin menjadi lebih encer. Penggunaan bungkil ini
akan lebih efektif jika dilakukan pada siang hari, pukul 12.00 atau 13.00  Sebelum digunakan, bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung, kemudian direndam didalam air selama beberapa jam atau semalam. Setelah itu, air tersebut dipercik-percikan kedalam tambak, sementara menabur bungkil, aerasi dalam kolam dihidupkan agar saponin teraduk merata. Hal yang perlu di antisipasi yaitu air buangan yang telah diberi saponin. Air buangan dipastikan telah bebas dari residu saponin karena bila tidak, bisa bersifat racun bagi lingkungan sekitar.
2) Rotenon dari akar deris (tuba)
    Akar deris dari alam mengandung 5-8% Rotenon.Akar yang masih kecil lebih banyak mengandung rotenone. Zat ini dapat membunuh ikan pada kadar 1-4 ppm, tetapi batas yang mematikan lobster air tawar tidak jauh
berbeda.
3) Nikotin
    Ikan liar, ikan buas, dan siput dapat diberantas dengan nikotin pada takaran 12-15 kg/ha. Selain nikotin, kompetitor dapat di berantas dengan sisa-sisa tembakau berdosis 200-400 kg/ha. Sisa ditebarkan dikolam sesudah tanah dasar dikeringkan dan kemudian diairi setinggi 10 cm. Setelah ditebarkan, sisa tembakau dibiarkan selama 2-3 hari agar racun nikotinnya dapat membunuh kompetitor. Sementara airnya dibiarkan sampai habis menguap selama 7 hari. Setelah itu, kolam dialiri lagi tanpa dicuci dulu sebab sisa tembakau sudah tidak beracun lagi dan dapat berfungsi sebagai pupuk.
7. Penyaing
     Tidak ada salahnya juga, hama seperti tikus air, burung, dan kucing juga harus diwaspadai. Perlu diketahui bahwa kematian lobster umumnya tidak murni disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Kegagalan dalam pergantian kulit (moulting) pertama dapat mematikan lobster. Insang pada lobster yang memaksakan diri untuk berganti kulit biasanya akan lepas danlobster akan mati seketika itu juga. Hal ini bisa diatasi dengan meningkatkan pasokan oksigen terlarut dalam air. Terutama sebelum dan sesudah pergantian kulit berlangsung.

8. Pencagahan
     Beberapa cara yang dilakukan untuk mencegah adanya serangan hama di lokasi pembudidayaan lobster air tawar sebagai berikut :
    a) Mengeringkan bak atau kolam yang akan digunakan sehingga hama-   hama mati.
    b) Melakukan pengapuran pada saat persiapan kolam atau bak.
    c) Memasang saringan pada pintu masuk sehingga hama tidak masuk ke    kolam.
    d) Melakukan filterisasi, yakni air yang masuk ke areal kolam harus melalui  filter terlebih dahulu sehingga bibit-bibit hama yang masih kecil dapat  tertahan oleh filter tersebut.
    e) Memberantas hama, baik secara mekanik, biologis, maupun secara    kimiawi.
    f) Memberi pagar pada seputaran areal kolam setinggi 60 cm. Bahan pagar   yang digunakan yaitu seng,
semen, atau jaringan. Sementara upaya pencegahan terhadap datangnya serangan penyakit dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
    a) Mengeringkan kolam atau bak untuk memotong siklus hidup penyakit.
    b) Mengapur kolam sebelum penebaran benih sehingga dapat membunuh  hama dan penyakit, selain itu juga dapat meningkatkan pH.
    c) Menjaga kualitas air agar parameternya tetap pada kondisi normal.
    d) Menjaga kebersihan sekitar areal perkolaman
    e) Melakukan penebaran dengan padat tebar yang optimal dan ukuran
        yang seragam untuk menurunkan tingkat kanibalisme.
    f) Melakukan penanganan yang baik agar tidak menimbulkan luka pada  tubuh lobster.
    g) Menghindari masuknya binatang-binatang pembawa penyakit, seperti    burung, dan siput.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar