Kamis, 04 Januari 2018

PROSES PEMIJAHAN IKAN NILA

PROSES PEMIJAHAN IKAN NILA


PROSES PEMIJAHAN IKAN NILA

Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada suhu 20 – 30 C. Ikan
nila bersifat mengerami telurnya di dalam mulut sampai menetas kurang lebih 4 hari
dan mengasuh larvanya ± 14 hari sampai larva dapat berenang bebas diperairan,
mengerami telur dan mengasuh larva dilakukan oleh induk betina. Nila dapat
dipijahkan setelah mencapai berat 100 gr/ekor. Secara alami nila memijah pada
sarang yang dibuat oleh ikan jantan di dasar kolam, sehingga diperlukan dasar
kolam yang berlumpur. Pemijahan ikan nila berdasarkan pengelolaannya dibedakan
beberapa sistim antara lain:

a.Pemijahan Secara Tradisional/Alami
Pemijahan secara alami dapat dilakukan di kolam. Ikan nila membutuhkan
sarang dalam proses pemijahan. Sarang di buat di dasar kolam oleh induk jantan
untuk memikat induk betina tempat bercumbu dan memijah, sekaligus merupakan
wilayah teritorialnya yang tidak boleh diganggu oleh pasangan lain. Kegiatan
pemijahan alami meliputi antara lain;
1) Persiapan Kolam
Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang akan
dipijahkan. Perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 - 500 gr
perekor. Dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan
yang membuat sarang berbentuk kobakan didasar kolam dengan diameter kira-kira
50 cm dan akan mempertahankan kobakan tersebut dari ikan jantan lainnya.
Kobakan tersebut akan digunakan ikan jantan untuk memikat ikan betina dalam
pemijahan. Oleh karena itu jumlah ikan jantan setiap luasan kolam tergantung pada
berapa banyak kemungkinan kobakan yang dapat dibuat oleh ikan jantan pada dasar
kolam tersebut. Dinding kolam diupayakan kokoh dan tidak ada yang bocor agar
3) Pemberian pakan
Meskipun kolam telah di pupuk dan tumbuh subur pakan alami, pemberian
pakan tambahan mutlak di perlukan. Pemberian pakan tambahan dimaksudkan
untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena selama masa inkubasi telur 3-4
hari induk berpuasa sehingga pada proses pemijahan harus cukup cadangan energi
dari pakan ikan. Pakan tambahan dapat berbentuk dedak, bungkil kedelai, bungkil
kacang atau pellet. Pellet dapat diberikan 3 - 6 % per hari dari bobot induk. Selama
proses pemijahan ± 7 hari dan pasca inkubasi telur yaitu setelah hari ke 8 - 12.
b. Pemijahan Secara Intensif
Metoda ini dilakukan pada kolam yang didesain sedemikian rupa sehingga
setelah pemijahan selesai dapat dipisahkan antara induk jantan, induk betina dan
larva ikan dalam kolam yang berbeda, dengan demikian pemanenan larva relatif
mudah dilakukan dan induk akan lebih produktif karena tidak sering terganggu yang
dapat menimbulkan stres dan kematian pada induk.
1) Persiapan kolam
Kolam pemijahan dibuat dari pagar bambu yang bersekat-sekat antara kolam
jantan, kolam betina dan kolam larva. Kolam induk jantan (lingkaran I) hanya
dapat dimasuki ikan betina yang berukuran lebih kecil dari ikan jantan, kolam
induk betina (lingkaran II) hanya dapat dilalui larva sedang induk betina tidak
dapat keluar dari sekat, dan kolam larva (III) untuk menangkap larva yang
dihasilkan. Pengolahan dasar kolam dilakukan seperti pada persiapan kolam
pemijahan alami.
2) Proses pemijahan
Apabila konstruksi kolam berbentuk lingkaran dengan diameter kolam I
adalah 4 meter dan kolam II adalah 10 meter, serta luas kolam III adalah 44
meter persegi, maka padat penebaran induk adalah antara induk betina bobot ± 250 gr/ekor
 dan 40 ekor jantan 250 - 300 ekor bobot > 500 gr/ekor.
Induk ikan pada saat pemijahan menempati kolam I. Setelah proses
pemijahan berlangsung dan telur telah menetas, induk betina akan keluar dari
kolam I ke kolam II untuk mengasuh anaknya.

 Di kolam II ini larva tumbuh sampai ukuran ± 1 cm, selanjutnya larva akan masuk ke kolam III,
sedangkan induk betina tetap pada kolam II karena ada sekat. Kolam III hanya dapat di
masuki oleh larva dari kolam II ke kolam III, larva akan terusir dari kolam II, karena terganggu
oleh induk betina yang ada.
3) Pemeliharaan
Pemeliharaan induk dilakukan dengan pemberian pakan tambahan 3 - 6 %
perhari dari bobot ikan. Pemberian pakan dilakukan sesuai yang dibutuhkan
oleh induk dan larva
D. Penetasan Telur
Pada ikan nila yang telurnya akan ditetaskan pada corong penetasan harus
dilakukan pemanenan telur. Pemanenan telur ikan nila ini dilakukan pada hari ke 9.
Pemanenan dilakukan dengan cara mengambil telur dari mulut induk betina ikan nila.
Sebelum pemanenan terlebih dahulu permukaan air kolam diturunkan sampai
ketinggian 10 - 20 cm. Jika pemijahan dilakukan di hapa (waring), maka caranya
adalah dengan menarik salah satu ujung hapa ke salah satu sudut hapa. dengan
hati-hati untuk menghindari induk mengeluarkan telur. Karena induk ikan nila jika
merasa dalam bahaya atau terdesak akan mengeluarkan telur di sembarang tempat.
Hal ini akan menyulitkan dalam mengumpulkan telur ikan nila.
Pengambilan telur ikan nila dilakukan dengan menangkap induk satu persatu.
Penangkapan induk dilakukan menggunakan seser kasar dan seser halus. Kedua
seser ini digunakan pada saat bersamaan. Seser kasar berfungsi untuk menangkap
induk sedangkan seser halus berfungsi untuk menampung telur ikan. Seser kasar
terletak terletak dibagian bawah. Pada saat menangkap induk dilakukan dengan hati-
hati agar telur tidak dikeluarkan. Cara mengambil telur dari induk betina yaitu dengan
memegang bagian kepala ikan. Pada saat bersamaan salah satu jari tangan
membuka mulut dan tutup insang. Selanjutnya tutup insang di siram air sehingga
telur keluar melalui rongga mulut. Selanjutnya telur-telur tersebut ditampung dalam
wadah. Hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari gerakan induk sekecil
mungkin agar telur yang telah keluar tidak berserakan. Induk yang telah diambil
telurnya dan yang belum memijah dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk. Telur
pada wadah penampungan jangan terkena sinar matahari langsung dan diupayakan
telur selalu bergerak. Telur yang terlalu lama diam serta kena sinar matahari
langsung dapat menimbulkan kematian. Selanjutnya sebelum dimasukkan ke corong
tetas, telur terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran berupa lumpur, lumut, sisa pakan
dan sebagainya. Telur yang telah bersih dari kotoran dapat dimasukkan ke dalam
corong penetasan
Pelepasan telur terjadi dalam beberapa kali dalam waktu beberapa menit.
Waktu yang diperlukan untuk pemijahan tidak lebih dari 10 - 15 menit. Sekali
bertelur, induk ikan nila dapat mengeluarkan telur sebanyak 300 - 3000 butir,
tergantung besar dan berat induk ikan betina. Induk muda yang pertama kali bertelur
kemampuannya masih sedikit. Makin tua umurnya, makin tinggi/banyak produksi
telurnya. Induk yang terlalu tua juga mulai menurun produksi telurnya serta kurang
baik mutu anak-anaknya. Sebaiknya induk ikan nila dipijahkan hanya selama 2 tahun
saja, kemudian diganti dengan induk yang baru. Telur yang telah dibuahi lalu
dipungut oleh induk betina dan dikulum di dalam rongga mulut untuk dieramkan.
Telur ikan yang dibuahi diameternya kurang lebih 2,8 mm. Selama mengerami
telurnya, induk betina tidak pernah makan sehingga badannya kurus. Pengeraman
terjadi selama 2-3 hari, dan setelah menetas larva masih dijaga oleh induknya
selama 6-7 hari. Ukuran burayak/larva yang baru menetas antara 0,9 - 10 mm.
Burayak yang masih ada dalam mulut induknya mengisap telur kuning yang ada
pada tubuhnya selama 4 - 5 hari.


E. Pemanenan Benih
Kegiatan pemanenan benih meliputi persiapan penampungan benih,
pengeringan kolam, penangkapan benih dan pengangkutan. Pemanenan benih ikan
sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari.
Hasil panen benih ikan terdiri dari berbagai ukuran sesuai dengan tahapan
pembenihan. Hasil dari pendederan berupa benih ikan yang panjangnya 2-3 cm.
Pembenihan tahap I menghasilakn benih berukuran 6-8 cm dengan berat 8-10
g/ekor. Pembenihan tahap II menghasilkan benih yang berukuran 10-12 cm dengan
berat 30-50 g/ekor dan tahap III menghasilkan benih yang berukuran 16-18 cm
dengan berat ± 100 g/ekor (Suyanto, 2010).
Penangkapan benih dilakukan dengan cara ditangkap dengan sekup net
besar atau waring. Setelah ditangkap larva dinilaukan kedalam ember dan
ditampung dalam hapa halus yang dipasang dikolam tersebut. Saat itu juga larva
harus ditebar dikolam pendederan (Arie, 2000).
Menurut Fatimah (2010), pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan dua
cara, antar lain :
1) Panen total
Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam hingga ketinggian air
tinggal 10 cm. Petak pemanenan (penangkapan) dibuat seluas 1 m² di depan
pintu pengeluaran sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan
waring atau scoopnet yang halus. Lakukan secepatnya dan hati – hati agar ikan
tidak terluka.
2) Panen sebagian atau panen selektif
Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan di panen
dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan
waring yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan nila yang tidak terpilih
sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite green 0,5 – 1,0
ppm selama 1 jam sebelum dikembalikan ke kolam (karena biasanya terluka
akibat jaring).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar